Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2009

DENGKI ITU...

Alkisah, di beranda masjid kumpul2 Rasululullah SAW dkk dan beliau bilang bahwa bentar lagi bakal lewat seorang ahli surga. Para sahabat deg2an siapakah di antara mereka yang beruntung dijamin masuk surga tersebut. Ternyata oh ternyata yang lewat adalah Si Fulan. Ya bahkan namanya pun dalam kisah ini cuma Si Fulan gitu, intinya dia orang biasa yang tak seterkenal nama2 para sahabat agung. Lain waktu Rasul bilang lagi bahwa akan lewat seorang ahli surga. Sahabat2 pun jadi penasaran lagi. Eh, ternyata Si Fulan itu lagi. Salah seorang sahabat tak tahan lagi dengan rasa penasarannya. Mengapa orang tak terkenal ini yang justru dijamin Rasul bakal masuk surga. Apa sih kelebihan amal ibadahnya dibandingkan para sahabat yang senantiasa setiap waktu kongkow2 mendampingi Rasul kemanapun dimana jua. Diam2 seorang sahabat ini mengikuti Si Fulan ke rumahnya, kepengen tahu.... Tiba di sana sang sahabat minta numpang nginap sama Si Fulan dengan alasan2 tertentu. Tujuan sebenarnya adalah mengivestigas

LEGISLATOR PILIHAN RAKYAT DAN KEMENANGAN DEMOKRAT DAN SENANTIASA ADA HARAPAN

Sekarang lagi ramai2nya orang2 pada "bicarain" pemilu legislatif 9 April 2009 di Republik Indonesia Raya. salah satu fenomena yang cukup phenomenon dari -pil- kali ini adalah tentang buanyaknya jumlah caleg (calon legislator ya bukan legislatif, itu mah penamaan kolektif pada lembaganya) yang ikutan audisi. Bahkan yang mengenaskan di sebuah berita pada sebuah daerah dikabarkan sejumlah calon anggota dewan perwakilan rakyat yang terhormat tersebut mengundurkan diri setelah ternyata keterima sebagai PNS! Ya ya ya salah satu yang cukup disayangkan dari caleg2 kita sekarang ini adalah status legislator dianggap sebagai lowongan kerja bagi para pencaker; lebih spAsifik lagi: dijadikan lahan penghasil uang... dan ya ya ya semua orang tahu itu; apalagi untuk konteks Indonesia, yang begini2 lumrah2 saja. Salahkah? Jangan jadi person yang gampang menyalah2kan, begini.... Salah satu sumber penyebab kerumitan prosesi pencontrengan calon2 legislator kita adalah dikabulkannya gugatan kepa

GOYANG2NYA SISTEM IT KPU 2009

Adalah sebuah lelucon yang sangat menggelitik ketika setelah dua hari pusat tabulasi surat suara KPU di Hotel Borobudur Jakarta bekerja, pergerakan surat suara yang masuk tak kunjung melewati angka 1%. Padahal niat semulanya sistem dengan teknologi canggih dan menelan biaya besar ini diadakan sekedar untuk mempercepat informasi kepada media (masyarakat) karena secara aturan hukumnya tetap saja penghitungan manual mesti dilakukan dan (yang) menjadi patokan. Secara aturan hukum pula proses penghitungan ini mesti selesai dalam sekian waktu yang tak berapa lama. Anggota KPU dalam wawancara media terlihat berpatokan saja kepada tanggal 9 mei yang merupakan batas akhir penghitungan manual oleh Undang2. Nah, sementara jika dalam satu hari saja pusat tabulasi nasional teknologi canggih KPU tersebut hanya menghasilkan satu persen suara yang masuk tentunya membutuhkan 100 hari (tiga bulan lebih, yakni awal bulan juli!) untuk mencapai angka 100%. Lah, lalu dimana letak kemudahan yang ditawarkan t

PARIWISATA PADANG BY AKU

Dengar punya lihat salah sanu isu yang cukup gejreng dibicarakan adalah tentang pariwisata. Terutama karena disini ada duit. Di tangan saya saat ini tak ada data statistik saklek untuk mengargumentasikan tentang pentingnya kue ekonomi dari sektor pariwisata dalam perputaran uang di kehidupan rakyat negeri zamrud khatulistiwa ini. Alhamdulilah saya juga kurang giat untuk memiliki akses referensi online yang instan dus rentan tersebut (bahkan saja untuk mencari rujukan offline saya sepertinya kudu jalan kaki sejauh sekitar mungkin 20 kilo meteran guna sambil jogging track ke perpustakaan daerah provinsi sumatera barat yang, alhamdulilah lagi, sekarang kelihatan lebih ramai dibanding jaman2 aku jadi remaja bandit salon2 padang theater 10 tahun silam). Walhasil dengan pede dan taktahu malunya guwa cuma nyatakan sepengetahuan guwa: cukup besar. Walaupun kabarnya dari segi dana APBN yang dialokasikan--akuan pejabat eselon tinggi--pada depbudpar sangatlah kecil, tapi dana2 (bahkan yang liar)

MUNAWIR OH MUNAWIR

Setelah sebelumnya aku berceloteh dengan posting berjudul "pilkada oh pilkada" yang nyaris tak ada hubungan nya dengan pemilu, sekarang gw kembali melakukan perbuatan repetitif dengan memberi judul yang se-konstruksi dengan posting belum lama ku tuw. Secara teknis resepsi pembaca, pola2 repetisi macam ini bisa ber-efek negatif namun bisa pula konstruktif. Sangat banyak (f)aktor dan konstituen yang menentukan--sebagaimana lumrahnya analisis ilmiah non eksak/pasti/terukur-jelas. Bahkan penjelasan kualitatif non-kuantitatif pun terasa tak cukup menjelaskan. Kualitas kadang malah bisa mengaburkan. Dan, tulisan ini mulai mengabur kala belum juga menyinggung munawir. Siapakah anak ini? Bocah kurus, keriting, item dekil, dan akan kerap bisa Anda jumpai kala tengah cekakak-cekikikan dengan suara keras ini adalah seorang nyong ambon berumur sekitar 25 tahunan yang terakhir saya jumpai tengah berjuang menghidupi anak bininya di belantara Kota Bandung, Propinsi (bukan provinsi) Jawa Bar