PERJALANAN MENCARI DUNIA YANG HILANG

Sekilas tidak ada yang salah dengan hidup Oei Hui Lan. Ia memiliki impian hampir semua gadis: cantik, terpelajar, dan menikahi seorang politikus cerdas. Selain itu, Hui Lan adalah putri Oei Tiong Ham, pria terkaya di Asia Tenggara. Ayahnya bahkan disebut-sebut sebagai raja gula asal Semarang.
Ayahnya sangat ambisius dan selalu menekankan putrinya agar menjadi nomor satu. Sedangkan, sang ibu pun berkehendak agar Hui Lan memiliki kedekatan dengan keluarga bangsawan di Eropa dan Amerika.

Kehidupan Hui Lan terlihat sempurna dan bertaburan kemewahan. Berlian, permata dan emas adalah sahabat akrabnya sejak kecil. Ia adalah wanita yang kedudukannya sejajar dengan para petinggi Eropa dan Amerika. Beberapa kali pun ia menerima undangan orang-orang penting, seperti Ratu Elizabeth dan Presiden Kennedy.

Lalu apa yang salah dengan dirinya? Seolah tak puas, Hui Lan tak mengerti bagaimana mencari dunianya yang hilang. Ia kerap berlibur ke negara mana pun yang ia suka, menjelajahi pesta-pesta elit dan belanja setiap hari. Namun, pencariannya akan kebahagiaan pun tak kunjung berakhir.

Hui Lan terbentur dengan posisinya sebagai seorang wanita yang terkukung dengan adat kolot dan standart hidup tinggi yang ditetapkan keluarganya. Selain itu, Hui Lan tertekan karena pernikahan orang tuanya jauh dari harmonis. Sang ayah memiliki banyak gundik, namun baik ayah dan ibu tak ingin bercerai karena itu adalah aib. Sejak itu tertanam dalam diri Hui Lan bahwa bahwa pernikahan dan cinta adalah kedua hal yang bertolak belakang.

Konflik demi konflik terjadi. Hal itu memuncak ketika sang ayah meninggal dan menyisakan sengketa warisan di antara keluarga besarnya. Demikian kisah tragisnya diulas dalam novel biografi Oei Hui Lan; Putri orang terkaya di Indonesia.

Novel yang ditulis Agnes Danovar ini mengangkat Hui Lan sebagai sosok utama. Sebagai seorang wanita kaya, ia berkarakter angkuh, bergantung pada ayahnya dan kadang suka bertindak semaunya. Pembentukan karakter itu disebabkan didikan orangtuanya yang selalu memberikan pelayanan secara berlebihan padanya.

Sejak kecil, Hui Lan tinggal di rumah bergaya klasik eropa campur china yang memiliki 200 kamar dengan luas tanah 9,2 hektar. Ia memiliki 40 pembantu dan 50 tukang kebun. Setiap anggota keluarga mempunyai koki pribadi. Inilah yang membuat Hui Lan merasa bisa membeli apapun. Meskipun demikian, Hui Lan adalah wanita yang cerdas, kritis, berkelas, perasa dan berkeinginan keras.

Kehidupan pun memberikannya sebuah pelajaran. Hari demi hari, ia berusaha keras menemukan pencarian dirinya. Ia ingin menikmati hidupnya yang baru dan melupakan pertikaian antaranggota keluarga. Nah, perjalanan apakah yang membuatnya berpikir bahwa kekayaan tidak bisa menukar kebahagiaannya? Simaklah dalam novel terbitan Inti Book yang diulas berdasarkan kisah nyata.

Novel ini ditulis dengan latar belakangan kehidupan era sebelum kemerdekaan Indonesia berkisar tahun 1880-an. Cerita dalam novel ini membawa Anda untuk berada kembali di masa lampau. Apalagi kisah ini berada di tengah-tengah masa konflik China dan Indonesia.

Selain itu, penulis sangat piawai menggambarkan detil kehidupan wanita kaya ini dengan gaya bahasa bertutur dengan memposisikan dirinya sebagai Hui Lan. Dengan begitu, Anda serasa membaca sebuah diari yang ditulis Hui Lan sendiri. Kisah ini diulas penuh emosional dan inspiratif.

Perjalanan Hui Lan bagaikan drama kepedihan hidup. Konflik yang terjadi, tak ubahnya kisah Marie Aintoinette, permaisuri perancis yang bergelar bunga mawar dari Versailles. Kisah Hui Lan membuka mata hati kita tentang kemewahan duniawi hanyalah bersifat semu dan menipu.

Ok, tulisan ini kukutip dari sebuah situs yang gw lupa dimana nyimpen linknya. Niy adalah resensy dari sbuah novel getho, oks. Oya, skalian ini link titipan agitagat bernama best student loans. Sebuah situs tentang perbankan ukm kayaknya, yoi.

Komentar

Posting Komentar

silakan komen yaw mmmmmmuuuahhhhh

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!