artikel buat pr
Tanggapan Secakap-Non-lisan dari Non-tokoh n’tuk Tokoh Penulis Teks tentang Kematian Teks Kemaren-kemaren, sebuah teori baru lahir: teks telah mati. Tak usahlah saya beri tanda seru, nanti dibilang hiperbolik dan hiper-ekspretik. Nanti dibilang propagandis dan provoka(tif/toris) dan, apalagi, teroris! Ngeri. Padahal saya cuma menulis apa yang orang (Tokoh) telah tuliskan, apa yang orang (Lain) telurkan, apa yang...nah itu! Djoe-djoer saya, saja terguncang. Dengan hebat. Saya rasa (bukan saya pikir) hal ikhwal tentang kematian teks itu akan cukup menyiutkan nyali kami. Siapa kami? Saya Noto, asal Sono, kerjanya di bidang reparasi’ teks. Bahkan bukan pemroduksi teks. (Konsumtor teks, saya yakin negeri ini rajanya. Apalagi hal perihal yang berbau keilmuan seperti itu.) Ibarat motor, ibarat TG (Telepon Genggam), dan ibarat dan lain sejenisnya, kami, saya, hidup dari “hidup”-nya teks. Dan harus disertai: kehidupannya yang bermasalah, ber-masalah. Jika teks telah dibunuh...