Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Mengenal Jurusan Sastra Indonesia Sontoloyo

Tidak ada yg perlu disesali dlm hidup ini, selama kita tdk melakukan perbuatan kejahatan (tentu saja yg merupakan kejahatan menurut gundulku!). Kesalahan atau keputusan salah adalah trek yg mesti didaki, kita belajar dari itu dan--spt kata entah siapah saya tiada ingat namanya (yg penting ngutip dulu biar kelihatannya banyak baca dan intelektual)--teruslah berbuat kesalahan krn pd akhirnya diujungnya baru ditemukan kebenaran. Kerasa kurang keren yaa klo kalimat persisnya dikarang sendiri. Lagi pula filosofi begini paling cocoknya utk metode trial and error kali ya (itupun klo at the end story, u get those lucky "bad ass" luck fellas!). Tapi klo pun ada yg perlu disesal-kan--bedakah dg disesal-i(?), sok atuh diatur-aturi dan diseolahpastikan (pseudo-kepastian)--maka hal paling tersesalkan dan tersesali dan tersesal dlm hidupku adalah keputusan dunguku ketika memilih melanjutkan studi ke perguruan tinggi dg memilih program studi sastra indonesia dan membuang2 waktu utk menamatk

Miusikk of de Heart (1999): Film Mengharoekan Yg Bisa Bikin Para-Antum Pd Loepa Makan, Bahkan Tak Ingat Lg Siapa Toehan! Man Robbuka?

Gambar
ya ampun, dikutip thesis ini lho, duh gusti,... You teach humanities at a state college, Phil. You're not fucking Hawking! That wasn't cool. (People You May Know, 2017) Selain berkecimpung dg film2 berbobot yg terpinggirkan , aq juga tentu tiada pernah meng- haram- kan diri dari sinema2 populer /kotak kantor (maksud ee: box office ) yg—baik krn juga berbobot pun atau krn ia mewakili sebwah kalcer atawa trend atau regime atau bahkan hegemonik (politik kesuksesan). Tjontohnja kali ini, kita akan membahas sebuah film hollywood biasa-biasa saja dg bintang utama Meryl Streep sang aktris langganan Oscar/Academy Award tsb. Kuperhati-perhatikan, ibu yg satu ini terlihat sama saja rawut paras mukanya —Nek Titik Puspa kalah deh—sejak masih memerani mama2 muda pada film Kramer vs Kramer (sekitar 1970-an) dg tandemnya aktor legendaris Dustin Hoffman hingga peran nenek2 owner sebuah firma koran besar dlm The Post, dg kompatriot aktor yg tak kalah akan me-legendaris si abang Tom H

Far From Men (2014), Sebuah Film Katartik's Ber-gizi 'Tuk Kaum "Dapek Aa Den Dari Paja Ko?" dan Katalis Motiff Segerrr 'Wat Ummat "Aa Untuang Ee!"

Gambar
the power of tonjolan #myanimal_instinct, huhuhu "Di mata orang Prancis kami adalah Arab. Dan sekarang, di mata orang Arab kami adalah Prancis." (Viggo Mortensen, Far From Men: 2014) Selamatmualaikum yaa habib yaa handrei tawlani sexalian! Lame tak jumpe dan kutak-katik lagee di dunyya blogging aktivitas sia2 begini . Untuang waden lai punya banyak setock tulisan ceracau ngasal lainnya dari situs kompasiana; yang ngakan kupindah kesini di- sett per setiap awal bulan secara automotif eh autraumetik, xixi. Sehingga drpd itu ianya akan terus rutin ngapdet hinggasampai 2-3 tahun ke depan kelak dipantau para crawler penambang big data di "alam" digital ini. Ketimbang para warga dunmay sekalen cumak baca2 tulisan reposting- ku tsb, sesekali kusempatkan nie bikin yang masih frezz cum otentik's. Sambil nyalain kompi petite -ku; sembari dihibur lantunan instrumen Kaisar Kitaro dari sekte Da'i nippon ini yang chord harmoninya tengah membuat melayang2 fantas

Menyusuri Dunmay, Dari PKS Hingga PSK

Menarik menyimak klaim Akun Twitter Hafidz Ary tentang ke-PKS-an Walikota Bandung Ridwan Kamil. Dengan menyuguhkan data dan fakta yang mendukung saja, alumnus Inst Tekno Babakansiliwangi yang tidak terlalu mahir bahasa arab tapi sok tahu tentang Islam ini--persis seperti aku ini yang gemar benar menyaksikan dialektika frontal antar sesama yang tahu hingga paham betul ilmu bahasa arab--menunjukkan bukti-bukti cukup intensif kepada pemirsa twitlandnya tentang "baia't" senior almamaternya Kang Ridwan--yang pernah harus jauh mengais rezeki tuhan ke negeri kafir amrikiyah tersebut--kepada embrio khilafah/khafilah versi PKS. Salah satunya ketika Kang Hafidz ini lagi "maen" menyambangi Balai Kota (hebat ya) dan kebetulan 'nge-gap' Pak Wali lagi ngobrol-ngobrol dengan (semuanya?) kader PKS membicarakan masa depan keislaman rakyat Bandung; mungkin agar bebas dari pengaruh "sepilis", "syiah", dan "wahyudi". Kalau soal aga