Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

For Whom The Words Sorry Should I Saying

Tadinya aq mo menulis secara ngenglish. Tapi rasa2nya akan makan waktu banget jg kalok sampe tiap2 bentar tengok kamus (setdknya utk ketepatan spelling ). Belum gramatikal-nyah. Dan kalopun sudah 100% correct grammar itu (yg mana ini kemungkinanku posible ), belum lagi masalah agar ber- style ; supaya jd tulisan yg berciri-khas, tdk narasi hambar khas produksi massal factory thing . Jadi so supaya fluent and saving-time, kuputuskan utk menulis dlm bhs Indonesia alaku ajalah as usual . Cepet dan memuaskan, krn kita bertutur in our habit and in my own way . Punya water - mark tersendiri. Walok konsekuennya akan mungkin sangat sulit utk di- translate ke bhs asing oleh para peng-copas dan mesin2 pemogram; krn struktur, bahkan vocab dan fonik-nya dan graphemnya, sukak kumain-mainkan hehe. Identitasku semoga menyatu dlm gaya kepenulisankuw; songong bgt dah elo, Jal. Biasanya toh memang lebih nyaman dlm bhs Indonesia ala gw sendiri yg anti-normatif bin formal van konvensional old - fash

Orang2 Berjasa & Dun-sanak-den Fun-tech

Kita terlahir di duniawi ini (atau, ke keduniaan ini; manah yg lebih pas yahh ? ) bukanlah dr ketiadaan semena. Bukan spt peristiwa Dentuman-Besar pd awal “ada”-nya alam jagad raya, yg secara fisika-teori muncul di (atau dari) “ruang hampa yg bener2 hampa atau tiada yang: sama sekali tak ada keber-ada-annya ada, bukan sekedar terlihat tiada atau hanya seolah-olah tak ada”. Singularitas , begitulah teori—meski hanya konseptual/abstraksi, tentunya disertai kalkulasi matematis yg tdk hoream utk terus dikaji-diuji/tdk pake percaya-percaya aja begitu saja—yg didengar Hawking muda ketika “dimentoring” oleh senior kampusnya sehingga kelak ilmuwan berkursi roda komputeristik dr Cambridge ini menulis kitab A Brief History of Time. Ia, si kafir tsb, menulis/berpikir/dan menghitung sejarahnya sang waktu itu sendiri—bukan hanya menggombal dan megalomania berpuisi, yg berbasis konon katanya “wahyu”— dimana sebelum Big Bang terjadi, dimensi waktu ini, “teorinya”, juga belumlah ada atau “dilahirka

Jurusan Sastra Indonesia Sebaiknya Dibubarkan Saja?

Beberapa tahun silam (aq males nge- check tanggal pastinya krn toh tiada pasti yg di dunia akting gini), presiden Indonesia terpilih ke-6/7 (yang dianggap thogut oleh sebagian pihak yg sangat konsisten dlm beragama tertentu aliran tertentu pula) Ir. Jokowi membuat pernyataan agar ada semacam revolusi dalam dunia pendidikan generasi muda Indonesia. Lebih spesifiknya lagi yang dimaksudkan beliau adalah lebih digencarkannya pendidikan vokasi/terapan seperti poli-poli teknik ataupun smk-smk. Program2 studi di universitas2 pun diminta utk lebih kekinian; tidak terlalu kaku mengikuti doktrin2 usang dan visi2 down to date tentang “kotak-kotak” keilmuan . Fakultas2 diharapkan berani membuat jurusan yang baru sama sekali spt mengenai video blog, video game, terkait ekonomi kreatif, dan apa lagilah sayah lupa nama persisnya (dan saat ngetik gini biasanya ambo offline utk nyari-nyari referensi maya). Cara pikirnya memang praktis saja yaitu untuk men-sinkron-i “pabrik pendidikan” tsb agar sel

Kutika Papa -Onal Minta Nominal

Gambar
konsepsional negara vs negara konsepsional Betul dan kebenaranlah apa yang dinyatakan pepatah (atau semacam itulah mereun nya’ ) bahwa there’s no such things like a tiny devil’s in the details . Kalaupun vocab dan grammar dari apa yang saya tulis ini mungkin saja salah ataupun kalimatnya tdk persis begitu—dan saya kira juga takperlu ditutup-tutupi, beginilah adanya kemampuanku untuk mengingat—poin dari maksud konsepsi yang ingin kusampaikan sebagai landasan berpikir untuk menu pembuka tulisan kali ini adalah: si setan itu baru kelihatan nantinya kalau kita memeriksa hingga ke detil. Dan kali ini, proses membacaanku dibuat terganggu oleh obstacle yang satu itu; yang mungkin bagi pembaca budiman sekalian yang mobilnya ber-ban tebel dan pegas bagi kaki-kaki rodanya senyaman sedan, dan sedang bergegas-gegas pula, tak akan berasa telah melindas jalan pada sesuatu yang tak semulus kelihatannya (spirit ignoransi). Saya jadi pengin iseng menulis tentang hal ini kali ini ber-se

Sejarah "Tanah Pusako" Simpang By Pass Lubuk Minturun

Gambar
Meski ngaku-ngaku sebagai seorang zahid, qonaah , dan tidak sudi bergabung dgn jemaat pemuja harta (dan kedudukan duniawi tea ), ternyata si Ngaku-Ngaku ini kembali lagi akan bercerita tentang topik per-HARTA-an hehehe. Berkebetjulan baru sj tadi aq mendengar lagi (ya, ini bukan yg pertamax) cerita dari ibuku tentang tanah pusaka keluarga matrilinial ini—barangkali ada manusia masa depan yang butuh sumber data riset tertulis yg beraliran naturalis, sebuah confession yang tidak “disiap-siapkan”? Xixixi. Kupikir-pikir lebih baik kubuat pengetahuan ini menjadi artefak digital tertulis dan terbuka; setelah menimbang pelbagai hal, termasuk mengeleminiir watak licik untuk menyimpan pengetahuan ini utk diri sendiri doanx . Meski aq jg tdk menutup kemungkinan informasi ini bs dimanfaatkan oleh org2 lain yg punya motif jahatt’s, akan tetapi toh ada Gusti Allah swt yang tidak “tidur”, so don’t worry lah yaw ! Huffftt panjang yah anak-anak kalimatnya. A boy's best friend is his mother. A

Lanjutan Pengamatan Bahasa Ayam

Gambar
Wokehhh, perlukah dilanzutkan crita2 tak bermanfaat dan ndak bisa dimanfaatin ini (#unsosialita mode on )? Kalok waada dihantara pembaca yang budiman sekalen yang misal kembalik menengok2 untuk kedua kalinya ke blog imutku ini (dgn menunggingi resiko bahwa Anda akan difersulit ketemu istilah2 inkonvensional dan terbata2 membaca susunan kosakata taklumrah yang mendurhakai kamus bahasa formiil itu), pastilah bisa dicurigai sedikit banyak apa yang kutulis telah memengaruhi Anda. Menggoda, menyihir, menghipnotize... atau ah—ke-PD-an gw yakk—setidaknya mengundang nasar Anda (pe- nasar -an maksud sayahh, mungkin etimologinya dari Tasar krn di kampunganku ini ada kakek2 yang bernama nyentrik begituw; walok mungkin jugak dari ‘nazar’ atau ‘nazarrudin’ krn pengaruh pemomuleran istilah xenobis nge-gaya dari kaum snobiya pemuja negeri Onta sana). Atau penasarannya adolalah krn kangen tahuan aja spt apa stupiditas manusia keliatannya lagi tress tak nentu arahan kemana ini. Atau jg, mungkin e

Analisis Sosiolinguistik / Biolingua Varietas Bahasa Ayam

Gambar
Baiklah saudara sekalian-saudara sekalian, qta kanjoetkan membuang-buang waktu dengan kisah berikutnya; berhubungan artikel kami sebelumnya terasa topik berat juga: hepeng-hunting, so dipikir-pikir atau dirasa-rasa sebaiknya kami lebih diendapkan lagi dulu saja dulu saja lagi dulu. Biasalah, gegara di- rehatin apa yang tadinya sudah begitu tegang hendak dimuncratkan ke hadirat publik kini menjadi lesu kembali; saya pun agak-agak lupa tadinya kalimat cantik macam mana hendak kususun sebagai sarana penyampai maksud dari ide dasar proposisi struktur-dalam konsep narasi yang rasa-rasanya tadi sudah ketemu performance terbaiknya. Coba kutulis ulang terasa basi, klise, agak normatif. Maklum saya sudah kadung punya kredo hiperliterasi: daripada menulis biasa-biasa saja lebih baik tidak pernah menulis sama sekali. Sekali lagi saya katakan ya: diam itu emas, bicara itu perak, bagi sa- bicara dengan cara yang biasa-biasa saja alias konvensional itu taik kucing buatku. Buat-ya aja lho ini ya

Cari Uang

Gambar
yawla, bantulah baim tua ini studi english lg ya alloh.... Awalnya untuk memerbaharui konten blog “latihan belajar menulis” gw ini di- eh pada zulhijah-komariyah atawa masehi-syamsiah Oktober 2017 ini—supaya tidak’s hanya diramaikan sekali sebulan dgn menu klasik pindahan postingan gw di- eh dari kompasiana for back-up —si gw ini tadinya sudah menyiapkan sebuah artikel, atau mungkin lebih tepatnya hanya celotehan, terbarunya dengan topik tentang nasib sarjono susastro ( hihi , lebay nih agak di-melow-in persona gelitikisme begitooh ). Tapi ini sepertinya topik agak berat; yg membuat si gw ini agak terhenti di tengah petualangannya dlm menyusun untaian kata berbasis ingatan pengalaman sekedarnya dan hanya secuilnya pengetahuan (mungkin jg saraf2 otak kurang gizi ini agak korslet jg membebani nalarnya dengan tegangan voltase yg melampauin kapasitas hehe) sementara ruang lingkup cuap-cuap kita melentur keluar dari sekadar “masalah pribadi” krn bernafsu utk meng-inferensia ke penga

Contoh Perbandingan Cerpen (Silakan Copas dan Jangan Lupa Bayar PAKAI Do'a-in Aq Yah) -- JILID 2

Gambar
Para-Pendahulu Perempuan, disamping aspek seksualnya, juga sudah sejak lama menjadi obyek sensualitas yang menukik secara lebih mendalam dan filosofis kepada norma estetika kecantikan. Visuali kecantikan ini sudah lama pula menjadi sumber telaga inspirasi tidak kunjung habisnya bagi karya-karya budaya dalam dunia seni dan kesusastraan. Dalam sejarah sastra Indonesia yang sudah sejauh ini tergali, cukup lama pula terekam periode dimana perempuan menjadi obyek tersebut, baik kecenderungan positif atau negatif ataupun dalam berbagai tingkat takaran pengobyekan (menjadi sentral atau hanya latar sekilas). Bahkan terekam pula secara cukup terukur dalam sistem kontinuitas. Polanya pun terlihat cukup jelas; walaupun tidak bernilai mutlak dan bisa dinominalkan ke dalam satuan angka persis sebagaimana keniscayaan kajian lingkup sosial-budaya yang bersifat kualitatif.             Sebelum periode penerbit Balai Pustaka—yang dikenal sebagai zaman bacaan liar dengan dominasi cerita dunia pers