Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Menantik Reaksi Fundamentalis Bahasa Jaman Now

Gambar
Membaca artikel atu ini guwa betul2 dibikin ngakak abizzz. Walok sebelumnya udah dibikin kenyang liat komen2 alay para pegiat medsos menyindir berbagai produk abal2 di olshop. Begitu pesat tren penggunaan bahasa campur2 di era kekinian ini. Padahal ini Koran Padek sebagai jaringan Jawa Pos Group se-perasaaan ku ketaatannya pd EYD-things sebetulnya lebih kuat ketimbang koran pribumi yg banget terpengaruh gaya berbahasa grammar daerahnya/lidah ibu yg sptnya sering alamiah atau tdk disengaja atau udah habit aja. Sungguh penasaran melihat reaksi org2 pusat bahasa atau fakultas bahasa yg berpikiran ortodoks dgn paradigma bhs Indosnesia normatif ala Badudu Group melihat hal2 spt ini, apakah makin kejang2 mereka? Ataukah cuek aja, sibuk dgn hal lain yg ada proyeknya tdk cuman interest keilmuan semata. Aq juga ndak tau apakah pusat2 bahasa itu masih penuh dgn stock org2 lama atau orang2 tua yg sangat konvensional itu, sensitif kpd "pemberontakan" bahasa. Ataukah kini sudah mulai di

Repiuw Pelem "Jackass Bad Grandpa" (2013) dan "Anie Hall" (1977)

Gambar
anie hall review jackass bad grandpa Ass'alamu'alaikum wr, wb,. Pertamax (walaw tergeletak dikalimati ke/dua) mar’ilah kitak panjat— emberrrr , emang pohon khuldi—dan senandungkan kidung puji serta sukurr ke hadirat Tuhan di "atas" sana yang kita sok kenal aja ; yang padahal you don't know shit cuman ikut-ikutin "arahan cq tuntunan" arus mainstream ajahh. Maklum, dishibukkan oleh beban hidup nyari duwit yang tidak melanggar hukum formiil serta etika konsensus topeng bermasyarakat . Walau itu profesi mubazir, bahkan men-dekandensi peradaban, seperti menjadi dosen/guru/ustadz nan bloon . Iya toh; daripada di dunia fana(tik) ini orang-orang dibuat sibuk saling perang dan saling rampok terang-terangan. Mari kitak mainkan "perang-perangan" versi “softek”-nya. Ya, supaya dianggap lebih beradab gituu; lebih ngancil kira-kiranya . Banyak akal, esensinya sebetulnya gitu jugakk. Kemudian tak lupa pula sholawat dan shalom kita kirim-kirim kepada

Hidup Mewah dan Agama

Gambar
Belakangan ini sedang hot pemberitaan infotainment tentang seorang ustadzah yang dituduh abal-abal dan katanya difitnah suka bergaya hidup mewah. Belum lagi prasangka negatif tentang ijazah formal da'i yang bersangkutan dalam disiplin ilmu keagamaan sehingga punya legalitas etis untuk "berfatwa" atau menceramahi orang awam tentang apa itu kebenaran. Bagaimanapun kebenaran yang sebenarnya itu katanya objektif, tapi ketika pemahaman akan objek itu berproses dalam otak beserta segenap referensi pribadi seorang anak manusia tentulah subjektifitas akan hadir. Padahal kalau kita mau jujur formalitas pendidikan juga bukan jaminan objektitas opini dari lobang mulut seseorang anak manusiawi. Sebenarnya bukan hanya belakangan ini. Beberapa lebih ke belakang lagi--setidaknya sejak fenomena kematian Ustadz "gaul" Uje--isu tentang da'i abal-abal atau mubaligh yang belum pantas untuk ditampilkan sebagai ulama publik telah lama mencuat. Bahkan ada yang kelihatannya m