Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Pengalaman "Dikafirkan" oleh "Radikalis"

Gambar
Seberapa waktu berlalu seseorang relationship dlm koneksi yang semi anonim kalo ndak salah ingat--maklum bukan muhadits yg hafal 100.000 kabar sunnah lengkap dgn garis sanadnya, tapi masih juga dikafirkan xixi--di jarsos facebook mengundang akun resmi gw untuk bergabung ke sebuah grup gerakan politik agama lokal. Sewaktu itu misi utama grup ini adalah mengganyang syiah yg de factonya merupakan mayoritas historik dakwah islam yg dominan tassawuf di Minangkabau. Orang minang memang tidak bisa persis dibagi kepada kaum santri dan abangan seperti thesis Cliff "Burton" Gerts tentang kultur islamis jawa, namun umumnya di luar org islamis biasa aka duniawis--disini antara moderat dan sekuler nyatu--yang tersisa adalah kalangan ustadz sufi atau "urang surau" baik yang kental banget atau agak tawar sedikit. Sedikit-sedikit baru kemudian ada generasi islamis yang bersentuhan dengan model-model baru seperti sekte sawah dan lain-lain namun tidak signifikan. Belakangan ber

Memaknai Tuduhan Jualan Agama

Gambar
 Ini klise saja, sejak kasus “Robert Al-Baqarah”-nya PKS meledak kemaren-kemaren jadi muncul lagi ke permukaan perdebatan tentang orang-orang yang berpolitik dengan membawa-bawa isu–bahkan klaim identitas–keagamaan. Buya “Sapi Arif” dalam sebuah tulisannya di media terbesar di Indonesia, yakni KxxPxS, beberapa waktu lalu menceritakan lagi perdebatan lama ini di kalangan politisi Indonesia sewaktu akan merdeka. Ada yang berpendapat bahwa kekotoran dunia politik sudah tidak seharusnya dirasuki eh merasuki pula kesucian agama–inilah yang kemudian dilabeli dengan kaum sekuler–dan ada pula pihak yang justru berpendapat kesucian agama bisa digunakan untuk “merinso” kekotoran politik. Jauh berabad sebelumnya sejak dunia pemikiran dan ilmu bahasa berkembang di kalangan manusia dunia sebetulnya ini juga sudah kontroversi; dan terus berlangsung, hanya berwacana seperti tanpa ujung hinggat kini. Di berbagai forum komentator dapat kita saksikan–dan nikmati–kecaman “kalangan sekuler” kepada p

Masuk Akal Untuk Nafsu

Gambar
Seorang anti “wahabi”, bahkan ikhwani, dalam akun ‘tweet’-nya pernah membahas sebuah kitab klasik popular di Hadramaut (Yaman) yang membahas tentang hubungan hawa (nafsu) dan akal dalam (tassawuf) Islam. Simpulannya, hawalah yang berperan “menyesatkan” orang dan manusia yang berakal (berilmu) yang diseruduk hawa lebih sulit disembuhkan. Ini sekirannya memperlihatkan misi ‘ngetweet’-nya yang anti kalangan radikal. Dalam sebuah akun lain seorang pilot penggemar Marteg punya analisis menarik tentang “sukses” duniawi dengan pembicaraan teyori SKA (skill, knowledge, attitude) dan ‘game(bler) japan’-nya. Kemudian ada sosok yang mengukuhkan diri sebagai salafyunpad eh ternyata fans Marteg juga seperti @nagascorpio. Garis merah dari semua ini hingga ke LHI barangkali seperti slogan populer, “dalam hal uang agama semua orang adalah sama”. Sistem ekonomi/kehidupan membuat ini merupakan keniscayaan, namun bisa macam-macam pemahaman; menariknya semua aliran ini bisa disatukan dengan uang meski

Akronim Jokowi

Gambar
Beberapa waktu yang berlalu sebuah berita yang mengezutkan kita tanpa perlu terkejut-kejut betul muncul: suatu survei menempatkan elektabilitas 'Jakarta Elected Governor' Mr. Joko Widodo atau yang lebih kerap disebut Jokowi berada di atas mantan wapres Megawati Soekarno Poetri dan bekas pangkostrad Letjen (Pur) Prabowo Subianto untuk kandidat capres 2014. Tidak saya ketahui, jujur aja, apakah juga bisa mengalahkan popularitas pertahana Haji SBY jika disurveyi juga saat ini ataupun apabila nanti. Walaupun semua juga tahu dan dapat mengertiin berita "heboh" ini dikarenakan fenomenalnya Jokowi akhir-akhir ini, namun terkemas menarik untuk dipublikasikan ke publik ketika nama Jokowi ini disandingkan langsung 'head to head' dengan para "sponsornya" di PDIP maupun Gerindra tersebut. Terlebih lagi jika kita mencermati peristiwa ini dalam konteks bahwa Joko Widodo "dipasang" menjadi gubernur ibu kota sebetulnya hanya untuk digunakan sebagai alat

Politik Uang dan Islam

Gambar
maharani suciyono, "psk"  "Musibah" yang "menindas" PKS baru-baru ini semakin meyakinkan saya bahwa memang Islam tidak sejalan dengan cinta harta dan jadi menyimpang andai diseret-seret untuk cinta harta. Dengan alasan atau dalih apapun boleh sementara dibilang, tapi bisa diperdebatkan terlebih dahulu "cinta harta" itu didefenisikan bagaimana. Memang juga tidak mudah untuk mengukur seperti apa peran harta pada zaman Nabi Muhammad SAW, dibandingkan kepada kedudukan harta dalam "sistem keuangan" zaman sekarang. Alih-alih mengukur "pasti", niscaya untuk hal-hal begini disandarkan saja pada keyakinan yang bisa saja diklaim sebagai ukuran yang paling pasti. Karena, umat Islam percaya dan harus yakin ajaran Rasulullah adalah tanpa tanggal kadaluarsa hingga akhir zaman, nubuat armageddon, turunnya Isa, datangnya Mahdi. Sekali lagi ikhtilaf timbul pada tafsir, karena Khatimul Anbiya agama hanif ini juga telah mengisyaratkan tenta