Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

A Prophet (2009), Film Disnormatif yg Mampu utk Memenarikkan Tema-tema Klise spt Kisah-kisah From Zero To “Hero” Gini

Gambar
sang "utusan" Tell me something, girl Are you happy in this modern world? Or do you need more? Is there something else you're searching for? Tell me something, boy Aren't you tired, trying to fill that void? Or do you need more? Ain't it hard, keeping it so hard-core? (A Star Is Born, 2018) Tadinya kuterakhir pantengin film Ghostland (Kanada, 2018) yg membikin aq jengkel sangat krn hingga pertengahan durasinya, film KAMPRETTT ini tak kunjung jelas buatku tentang apakah gerangan ini ceritanya. Padahal ini jelas2 film mainstream pop horror yg agak2 family themes mestinya krn ada unsur dunia badut dan boneka seandainya minus segi perhantuan dan banjir darah segala. Tapi itulah, film yg kuanggap pop dan menye2 tsb ternyata hingga setengah perjalanan mampu juga mengicuhku yg semula mengira ini tentang hantu-hantuan belaka ala trending film selera spektator alayer fil al-Hindunesia. Menariknya, malah part yg gw kira fiksi dan du

In The Aisle (2018), Film Tdk Terlalu Banyak Bicara yg Membuatku Jadi Ingin Membicarakannya

Gambar
mother of animal's character Nomor yg akan sa bicarakan kali ini adalah sebuah (mungkin) karya indie dari Eropa (entah NOMOR BRP maksudku, yg penting keren aja klo diksinya kuantitatif-numerik begini, berasa lebih ilmiyyah dan serba pasti gitu-gitu); yg jika ditilik dari bahasanya sptnya produksi dari negera Jerman sang agresor PD II ketika dipimpin ahli demagogi Sang Fuhrer yg berkumis menggemaskan kayak Kak Freddie Merkurie. Atau mungkin juga ini saya tenggarai dari negeri tetangganya di sebelah selatan (jadi tepatnya memang agak ke tenggara), yaitu Austria, yg kalo ndak salah juga menggunakan bahasa yg sama, masih pengaruh kebudayaan Eropa Barat, dan belum termasuk negri Balkan atau Eropa Timur spt Polandia, Hungaria, dan Rumania yg ce-nya cakep2 gitu (jadi ingat film Three Weeks, Two Days, and Four Mounth—kalo ndak salah—tentang gadis kuliahan yg menyewa dokter penggugur kandungan yg mana ilegal by law di negara bekas komunis keji tak bermoral non-Islam KONTOLOYO tsb, xi

Modern Life is Rubbish (2018), Ketika Hadirnya Orang Ketiga yg Menjadi Lakon

Gambar
Di tengah2 Axl Rose dan formasi Guns N Roses lama minus Izzy Stradlin sedang menghentak publik negara Indocarr di GBK Senayan, Jakarta, saya yg semasa masih kanak2 sempat menjadi fans fanatiknya salah satu band hardrock terbesar sepanjang masa ini malah menghabiskan malam mingguan dgn menonton sebuah film menye2 . So sadly, maybe . Lebih konyolnya lagi meski kini menganggap pemujaan terhadap kharisma personel band itu sebuah kenaifan masa remaja , tetep aja gw dibuat penasaran buat baca2 lagi kisah mereka yg ditampilkan oleh mass media. Tentu, yg membuat menarik kini bukan lagi hal sepele krn ketertakjuban pada bakat musikal mereka , tetapi lebih kpd ibrah kehidupan dari kisah konflik personel band ini di masa puncak kejayaan   pada masa awal 1990-an. Lihat aja komen makjleb Stradlin tentang kenapa ia tak sudi bergabung lagi dan juga kenapa ia keluar: “mereka tidak mau berbagi harta jarahan secara fair !” Sebuah kisah klise memang tentang politik hubungan baik antar manusi

"PKS", Sang "Perampok" Dari "Surga"?

Gambar
Semalam jagat maya 'netter' Indonesia dikejutkan lagi dengan diseretnya adegan perang maya (twitwar) di Republik Twitter (tanpa tanda kutip, eh petik apa?) ke dunia nyata aka ranah hukum di Republik Indonesia. Terlepas dari istighar al-juziyat dalam kaedah agama, saya agak bingung apakah harus menulis dengan huruf awal kapital kata-kata "republik twitter" ini dan apakah harus diberi tanda petik istilah khusus sesuai kaidah formal tata bahasa negara Indonesia. 'Twitwar' antara Misbakhun (politisi PKS/Golkar) vs Benny Handoko (kontraktor non-parpol) ini sebetulnya hanyalah sebutir pasir di labirin tepian pantai dibanding trilyunan kasus-kasus 'twitwar' lainnya. Mengemuka karena ditindaklanjuti oleh Pak Misbakhun dengan membuat laporan polisi dan penyidik polisi "mau" menindaklanjuti sehingga saat berkas lengkap pihak penuntut dari kejaksaan se

Bushwick (2017), Satu Buah Thriller-War-Action-Singkat Yg di Sejak Awal2 Sudah Membuatku Tahan Tegang Selama 12 Menit 30 Dtk

Gambar
"Ave ngers 4 tidak berjalan seperti yang kamu pikirkan. Ini adalah film yang berbeda dari yang kamu kira, dan juga kematiannya nyata. Saya hanya ingin memberi tahumu bahwa itu nyata, dan semakin cepat kamu menerima itu, semakin cepat kamu akan dapat melanjutkan ke tahap kesedihan berikutnya." (Christopher Markus, Penulis Avengers: Infinity War ) gembel kiddos ibukota Jumpa lagi sobat, kita di dunia yg tak linier , dimana semwa planning dan siasat ente itu akan dihampakan . Pada posting blog kali ini ane akan menunda dulu curhat2annya mengenakan fakultas bahasa dan sastra yg penuh manusiawi2 sontoloyo itu . Disamping saya sendiri jg tdk tertarik utk membincangkannya—krn pd akhirnya bisa memaklumi toh, akan kemudian gw juga habis nonton film kereen abiss nih brayy; sampai2 saya menyimpangkan-dari petunjuk kitab suci kamus-normatif ituh ttg pengaksaraannya yg baik dan benar utk kosakata pujian lebayy gw atas film atau pilem yg akan kita bahasa kali ini. Lagi pulak “