A Prophet (2009), Film Disnormatif yg Mampu utk Memenarikkan Tema-tema Klise spt Kisah-kisah From Zero To “Hero” Gini

sang "utusan"
Tell me something, girl
Are you happy in this modern world?
Or do you need more?
Is there something else you're searching for?

Tell me something, boy
Aren't you tired, trying to fill that void?
Or do you need more?
Ain't it hard, keeping it so hard-core?

(A Star Is Born, 2018)

Tadinya kuterakhir pantengin film Ghostland (Kanada, 2018) yg membikin aq jengkel sangat krn hingga pertengahan durasinya, film KAMPRETTT ini tak kunjung jelas buatku tentang apakah gerangan ini ceritanya. Padahal ini jelas2 film mainstream pop horror yg agak2 family themes mestinya krn ada unsur dunia badut dan boneka seandainya minus segi perhantuan dan banjir darah segala. Tapi itulah, film yg kuanggap pop dan menye2 tsb ternyata hingga setengah perjalanan mampu juga mengicuhku yg semula mengira ini tentang hantu-hantuan belaka ala trending film selera spektator alayer fil al-Hindunesia. Menariknya, malah part yg gw kira fiksi dan dunia hantu ternyata malah kenyataan dan bagian yg kukira kenyataan ternyata hanyalah dunia imajinasi tokoh utamanya si Mbak Elizabeth yg tetap cuakepp gitu walau mukanya sudah penyok2 lebam dihajar tokoh2 antagonis.

Tapi tetap saja ini bukan genre film berat kayak Memento-nya Nolan atau film Persona yg tahun jebot serba layar hitam putih gitu. Ini sangat pop, tetep saja dangkal atau topik ringan; tapi yaa itu, mampu juga aq yg merasa pinterrr ini dikecohnya, hehe. Tadinya utk menjaga keseimbangan semesta “the force” ala realm Star Wars ini gw pengen juga sesekali nulis artikel blog utk membahas film cupu namun laku sebagai bagian sebuah kebudayaan massa. Kiranya yg jelek juga berhak utk diberi tempat, bukan hanya yg cantik2 saja. Begitukah “keadilan”? Banal banget yaa perspektif memandang gw; reduktif dan menggeneralisir van ilmiyyah abal2. Namun saking betul2 dangkalnya PERIHAL INI sehingga aq kesulitan mencari topik menarik utk gw bahas darinya; walau tentu saja dari perspektif kajian kultural pop, justru film2 ringan inilah yg kaya akan khasanah utk bahan pergunjingan tentang kelakuan “umumnya” makhluk2 yg bernama manusia2 kaum sebaran normal sontoloyo iku, xixixi.

Akhirnya, sementara mencari ide lain yg menarik—atau versi pasifnya: menunggu Ilham datang—gw mutusin bahas satu lagi nomor yg avant-garde yaitu film A Prophet dari Perancis (Un Prophete’), sebuah negeri yg konon ditasbih sbg sentral perikanan eh perikebudayaan multukulturalik, baik dr segi kajian akademik di ruang2 kelas se-hingga realitas publik di lapangannya sbg eks bangsa kolonial yg cukup luas juga cakupan okupasinya setelah Inggris (klo ndak salah ianya juga punya wilayah klaim di Antartika sana, oh Ghost!). Saya tengok laman2 networld, hanya satu-dua blog berbahasa Indonesia yg membahasnya. Itupun spt situs Oldebuoi di Wordpress yg cukup spesialis membahas film juga kurang menjelaskan jalan ceritanya film berdurasi panjang, kalo gak salah, lebih dari dua jam ini. Hanya penjelasan situs Wikipedia dlm bahasa Inggris yg agak komplit MERINGKAS jalan ceritanya; dlm Wikipedia berbahasa Indonesia juga lebih “diringkus” lagi. Sehingga ada baiknya gw turut meramaikan ensiklopedi resensi atas film kelas internasional bermutu ini dari perspektif kami orang Indonesia; atau tepatnya org daerah atau org kampung dari sebuah pelosok di negeri Indonesiana, hehe. Walau bukan patokan mutlak tapi just fyi aja: film ini selalu dapat skor atau penilaian tinggi, baik dari atau di IMDB, Rottentomatoes, Metacritic, hingga Robert (siapalah itu) yg selalu nongkrong di halaman pertama Google Search jika kita mencari info tentang berbagai macam film populer yg sudah “diresensi” org lain.

Jalan Ceritain, Ya

Malik El-Djareba, seorang “muslim” (sekuler) Perancis keturunan Arab (tepatnya Aljazair, koloninya di Afrika Utara yg konon umumnya bermahzab-fikih Malikiyyun) harus masuk bui di penghujung umurnya yg baru belasan tahun krn kasus “sepele” spt pemukulan polisi atau kerusuhan kecil apalah gitu2. Sptnya beliau sejenis abandon child (lagi) gitu2 yg living on the street krn hingga akhir film tdk ada tanda2 penampakan pihak keluarga biologisnya utk visitasi; alih2 di akhir cerita sekeluar dari penjara kelaknya, ia malah akan “pergi sama isteri orang” pula. Upppsss, koq gw baru mulai men-SINOPSIS (lagi) koq sudah sampai ujung-ujungnya cerita begini. Di sebuah penjara tsb, remaja Malik ini akan menjalani hukuman selama enam tahun ke depan betapa lamanya. Di kandang situmbin versi Eropa ini tedapat dua kelompok terkuat, yaitu kelompok muslim Arab dan kelompok mafia Corsica (ini adalah sebuah pulau besar di seberang laut Monaco di Perancis selatan di atas Pulai Sardinia di Laut Mediterrania, mirip2 Sisilia di selatan Italia yg juga terkenal dunia mafiosonya itu).

Awalnya Malik tdk tergabung dlm kelompok manapun, walau ia adalah seorang keturunan Arab. Suatu ketika krn ingin (dan perlu untuk) membunuh seseorang muslim keturunan Arab lain yg baru datang ke penjara ini dgn cara yg “bersih”, kelompok preman Corsica dgn Pak Cesar Luciani sbg tetuanya merekrut paksa Malik utk melakukan tugas kotor ini. Malik mau tak mau harus laksanakan perintah “atasan” krn jika tidak menurut maka nyawanya sendirilah yg akan menjadi taruhan. Akhirnya anak muda lugu imut ini dilatih oleh seorang preman senior Corsica ttg cara membunuh yg cepat dan efisien ke arah urat leher calon terbunuh dgn menggunakan sebuah silet kecil yg bisa disembunyikan di dlm mulut/lidah. Akhirnya (lagi, walau resensi gw ini belum berakhir yaaa, catettt) pada hari-H yg naas itu Malik berhasil juga mengeksekusi order yg mau tak mau ia mesti ambil meski agak melenceng sedikit dari rencana operasi semula sehingga sang target sempat memberikan PERLAWANAN ALOT sebelum tsk Malik pd akhirnya (ingat, resensinya belum berakhir yaaa) mampu juga memotong urat leher korbannya itu. Bagi Anda-anda yg alergi tontonan sadistik bedarah-darah sebaiknya men-skip scene ini krn disinilah adegan paling vulgar dalam cerita film ini; dgn visualisasi jelas darah yg memuncrat deras keluar dari batang leher somebody kayak pipa air keran bocor aja dear.... “Sukses” menjalankan misi perdana-nya, sejak saat itulah new kid on the block Malik resmi menjadi bagian dari dan sekaligus mendapat perlindungan kelompok abang2 mafia Corsica.

Seiring waktu Malik kemudian dicritrakan punya teman sesama keturunan Arab muslim juga yg mengajarinya membaca dan menulis (semacam belajar paket C mungkin) yg klo ndak salah ingat mas-nya bernama Riyad (yaa mirip2 nama ibukota Saudi, mungkin gw mixture disini). Tentu Anda pembaca resensi-resensian ini bertanya koq si Malik ini selamat begitu saja habis bunuh org dari kelompok muslim Arab itu dan malah kemudia BERTEMAN (dgn) salah satu dari mereka? Membualkah saya atau film ini? Tidak, its all just about how money to talk dude! Sebagaimana umum diketahui, org beruang menguasai aparat negara dan ini adalah “bahasa universal” dimana saja. Tak terkecuali di negara modern spt Perancis tsb (setidaknya begitu kata film ini). Kelompok preman Corsica punya sumber keuangan sangat besar utk mampu membeli sebagian petugas penjara. Bahkan di satu sesi diceritakan mereka punya pengaruh hingga ke parlemen (lewat senat atau utusan daerah) dan hingga ke Presiden Nick Sarkozy yg di dunia nyata memang pernah menjadi presiden kenyataannya di negara Perancis. Dan Anda mungkin perlu juga tahu bahwa sudah umum diketahui bahwa mantan PM Italia Silvio Berlusconi disebut-sebut punya hubungan spesial dgn kelompok mafia pulau Sisilia. Saya agak lupa apakah kasus korupsinya yg dulu sering diberitakan di media massa berhasil diusut apa mandeg krn jejak kekuasaannya masih ada. Yang jelas di Italia kini (di dunia nyata yaaa), aneka kelompok2 mafioso ini katanya sih makin lemah pengaruhnya. Klan Sisilia (kampungnya Don Corleone sang godfather legendaris di dunia fiksi) konon adalah salah satu kelompok mafia terkuat di dunia; tapi masih ada lainnya spt kelompok penculik cucu milyunner minyak John Paul Getti (di-film-kan dlm All The Money in The World, 2017) yg basisnya juga di Italia selatan. Kakek Getti ini sempat membuat kaget negosiatornya krn ada juga org ternyata yg berinvestasi di bisnis penculikan yg ditanggapi oleh Getti ini (dlm film-nya nih) dgn kata2 keren—yg klo sempat nanti kucarikan quote-nya—bahwa Anda tdk akan pernah tahu seberapa pintar dan banyak akalnya manusia dlm urusan cari uang, hahahaha.


John Paul Getty: "They sold the boy to an investor."
Fletcher Chase: "An investor? Who invests in kidnapped children?"
John Paul Getty: "You’d be surprised. There’s nothing people can’t find a way to turn into money. You told me that Paul and his mother had cooked this up to soak me."
Fletcher Chase: "And I was wrong, alright? Paul may have talked about being kidnapped with his friends. He put it out there. He’s not behind this."
John Paul Getty: "How do I know that you’re not wrong now?"

Oke segini dulu bok, udah maghrib, kapan2 keterusan artikelnya, dan kita kembali ke cerita film A Prophet ini. Tanggung udah sampai Italy, kututup dulu tulisan amatir ini dgn cuplikan lagu-laguan berikut-ikutan ini:

Nothing to lose if we are wise
We're not expecting rainbow-colored skies

Both you and I have seen what time can do
We'll only hurt ourselves if we build dreams that don't come true

(Henri Mancini)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!