RELAWAN GANTENG part 3

Bukankah kalian orang amerika terkenal sebagai pejuang sejati? Bahkan kalian mau berkelahi untuk sesuatu yang kalian tak ingini? (Le Divorce)

nyampe bundaran air mancur gw liat ada spanduk posko gempa di masjid taqwa. kemudian kesanalah aku, yang memang jadi tempat alternatif buat jumatan selama ini. tapi setelah merhati2in ternyata ndak ada meja yang secara formal meletakkan buku pembukaan pendaftaran relawan. berarti ya sudah mereka seperti biasa dan dimaklum rekruitmennya berdasarkan koneksi dan relasi yang sudah ada dari lingkungan aktifis muhammadiyah. gw bukannya, dan memang, nggak mau keukeuh maksakan diri untuk pdkt dan memeperkenalkan diri untuk secara "halus" gabung dengan mereka. cos "posisi" gw saat ini tidak menguntungkan bagi itu. gw sendiri nggak masalah siy dengan takdirku saat ini tapi gw hanya mencoba melihat dari sudut pandang mereka. dan percuma punya niat baik kalo malah akhirnya nanti malah merusakkan diri sendiri en pengalaman gw telah banyak soal ini. alih2 nyari2 hepi dari bosan di rumah, malah jadi timbul tekanan batin baru. begitu kejadiannya kalo gw pake pintu belakang dan cara "halus", bukannya gw nggak bisa melebur ke orang lain (dan gw cukup penasaran untuk mempraktikkan kemampuan ini di saat yang tepat nanti). beda kalo gw daftar lewat jalur formal dan telah terorganisir dengan baik sehingga jelas nanti apa yang harus kukerjakan sesuai kompetensiku dan maksimal bisa kubuat. tapi ya maklumlah di keadaan darurat ini sulit juga. organisasi manapun pasti hanya mengandalkan bagian terorganisirnya pada jaringan yang sudah ada. dan berdasarkan pengalaman, gw ga nyaman bekerja dengan organisasi yang riweuh ngoyo jeprut ngono. seperti jaman sparta: keputusan diambil oleh siapa yang teriak paling keras.

tapi gw nyantai2 dulu disana nonton tipi. lihat berita apa yang terjadi setelah engga ada komunikasi dengan dunia luar selain mencuri2 dengar sesekali lewat radio tiga hari ini. kebetulan di posko relawan muhammadiyah disana ada tv buat nonton rame2. dan betul juga seperti sudah gw duga kebanyakan relawan juga manyun2 saja bermenung karena perorganisiran yang tidak rapi. tapi beginilah darurat, beginilah pasar. gw memang selalu hanya pergi bermain2 untuk sementara ini jika pergi terjun ke dunia "bawah" ini. selama berdiri disana kulihat seorang koordinatornya acap ngelirik2 ke arah gw. cowok pula, idihhh. gw rasa2nya engga kenal sama sekali. tapi bisa jadi juga kami pernah ketemu. dulu sama mairizal aku juga pernah main ke lingkungan aktifis2 muhammadiyah ini karena salah seorang anak koto baru jadi imam masjid taqwa pasaraya ini sebagai seorang hafidz quran. atau bisa saja bagian dari masa lalu gw yang lain yang juga lingkungan islami seperti mtsn gunung pangilun yang termasuk sltp islam ter-top di sumatera barat. padahal banyak bajingan juga tuh disana seingat gw haha.

setelah bosan di taqwa gw jalan ke arah balai kota. mana tahu disana ada posko pendaftaran relawan resmi. terus terang kalau menggabung dengan jalur gak resmi dan terorganisir baik dan situasinya chaos lalu gw disuruh kerja fisik lapangan atau bahkan jadinya bermenung2 seperti yang lain ya enggak efektif deh. mending2 enggak, mending gw kerja keras berbaring di atas kasur bekerja keras memutar otak memeras keringat kepala untuk menafsirkan makna dari setiap peristiwa yang terjadi. itu bukan kompetensi gw dan tiap orang2 beda2 letak kemampuannya. tapi di tengah pasar: pasar tidak peduli dengan kemampuan anda tapi yang mereka butuhkan apa. dan bagiku jika belum ada akses (dibukakan hantu) kesana saya juga nggak usah maksa. ambisius dan serakah bagiku adalah sifat yang buruk. tapi kalo secara formal (dalam artian terencana dan termanajemen baik) gw misalnya ditempatin di bagian administratif untuk menghandle akses informasi teknologi atau setidaknya sekedar mendata teknis (<-- sebetulnya yang kurang mikir teknisi gini gw agak males sih) oke jugalah sejauh kemampuan gw. selain biar lebih efektif, karena percayalah walau ganteng dalam kondisi sekarang gw tidak terlalu berguna jika diperbantuin di kerjain fisik.

kenyataannya di balai kota pun aku ndak lihat ada posko resmi yang buka pendaftaran. belakangan nantinya aku baru tahu kalo pusat penanganan bencana ini ternyata di gurbernuran. akhirnya aku malah nonton2 berita metro tv lagi di sebuah layar besar milik mobile xl depan balai kota tersebut. menyaksikan proses evakuasi hotel ambacang yang sebetulnya tak jauh juga dari sini namun lumayan juga di tengah terik mentari buat jalan kaki. nah di tengah kerumunan kecil penonton tv inilah akhirnya aku berhasil juga sedikit jadi relawan ikhlas sebagaimana tujuan kepergianku kali ini. dan tanpa harus menderita sakit hati karena perbuatan baik dibalas dengan perlakuan buruk. di mobil xl yang ada tipi gede ini para karyawannya lagi jualan pulsa dan perdana. nah, kebetulan saat itu jaringan telkomsel sedang rusak di kota padang. jadi berbondong2 lah orang beli perdana dan pulsa xl. disini atau xl center lainnya karena kebanyakan counter pulsa tentu pada tutup dan barangkali juga bermasalah jaringan komunikasinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!