Teror Sekte Islami, Ukhuwah, dan Politik Kepentingan Sendiri


Kembali bom baru-baru ini dikhabarkan meletus di Jakarta; bahkan konon kota Bandung. Bahkan lagi, kali disertai rentetan tembakan dan tidak dilakukan pelaku tunggal dengan lokasi yang multiple spot. Bahkan lagi juga, terakhir saya pantau sebagian pelaku masih bisa melarikan diri dari baku tembak dengan petugas kepolisian. Bahkan, lebih lagi-lagi dari itu semua, konon diperingatkan oleh saudara-saudara kita sewarga-negara lewat media sosial agar saudara-saudaranya yang lain untuk menjauh dari kendaraan para pelaku karena tidak ragu-ragu memuntahkan AK-47 ke para pejalan sebagaimana hanya biasa kita saksikan selama ini dalam naskah film-film.

Tidak tanggung-tanggung, Kapolda Metro Jaya Irjen Titi Karnivian yang mantan Kadensus 88 tersebut memimpin langsung operasi pengejaran para teroris.

Teroris. Inilah sebuatan atau istilah yang menimbulkan polemik tersendiri. Meski bahasa itu arbiter atau mana suka alias tergantung konsensus masyarakat pengguna, namun ternyata timbul polemik apakah patut gelar teroris ini disematkan kepada para pelaku teror tersebut. Mungkin Anda wahai pembaca merasa lucu logika sederhana ini masih coba diuji rasionalitasnya. Ibarat mempertanyakan apakah seseorang yang menulis sebuah buku bisa disebut sebagai penulis buku?

Masalahnya adalah: dalam "konsensus" masyarakat Islam ada irisan antara kegiatan teror tersebut dengan amaliah bernama jihad qital. Ada area bersinggungan antara apakah pelaku teror kata media "sekuler" tersebut bisa disebut teroris ataukah mereka mujahidin yang sedang berjihad di jalan Allah Swt.

Dari sini suka ndak suka kita akan masuk ke persoal aliran-aliran di tubuh yang satu umat Islam. Dalam teks hadits dinubuwatkan bahwa muslim akan terpecah menjadi 72 kelompok yang mana daripada itu hanya satu kelompok yang selamatkan sedangkan 71 sisanya akan masuk neraka. Kenyataannya dari dulu sampai sekarang umat Islam telah pecah ke dalam berbagai kelompok-kelompok meski tidak rigid juga batas-batasnya. Dalam penelitian ilmiyyah di universitas-universitas keagamaan mungkin ada para pelajar yang membagi pengelompokan-pengelompokan ini dengan berbagai kriteria dan bervariasi pula jumlahnya.

Sampai sekarang tidak jelas juga yang manakah yang dimaksud satu kelompok yang lurus, selamat, dan masuk syurga ini dan mana pula 71 lainnya yang pasti masuk neraka walau berlabel Islam. Sejauh yang saya lihat biasanya kelompok-kelompok yang jadi objek studi adalah aneka tarekat-tarekat sufi yang memang paling rentan untuk terpecah ke kelompok-kelompok berdasarkan siapa guru atau mursidnya. Ada juga pengelompokan-pengelompokan besar yang tidak konsisten juga kriterianya. Belum kita bicara aliran-aliran Islam dalam perspektif kehidupan modern seperti partai politik dan ormas ataupun sekedar berupa yayasan. Bahkan nih ya, salah ketua MUI daerah saya dengar langsung billisan menyebut 900 kelompok yang terpantau sesat. Berarti ini harus dikerucutkan lagi menjadi 71 sehingga jelas lah bagi umat mana yang hanya satu tidak masuk neraka itu.

Kalau soal kelompok-kelompok, aliran-aliran, sekte-sekte ini kita tanya-tanya lagi sama salah satu fans dari berbagai kelompok-kelompok itu maka tentulah mereka akan menjawab kelompoknyalah yang benar dan selamat serta masuk syurga itu. Lebih lucu lagi ada yang meyakini kelompoknyalah yang benar tapi juga tidak berani memvonis salah kelompok-kelompok lain. Lah, kalau begini berarti sabda nabi yang menjadi dalil tersebut direvisi penafsiran dengan penjelasan bahwa satu kelompok yang benar tidak masuk neraka itu terpecah-pecah lagi ke dalam berbagai kelompok-kelompok. Padahal dalil Qur'an jelas sekali bahwa umat Islam itu satu dan juga hanya satu jalan yang lurus tidak bengkok dan bercabang-cabang lagi. Kadang-kadang memikirkan ini kita dibuat seperti medapat hadiah ulang tahun coklat yang dibungkus kotak. Di dalam kotak itu ternyata ada kotak lagi dan di dalam kotaknya kotak itu ada kotak-kotak lagi! Ini namanya bukan Islam yang satu tapi umat yang terkotak-kotak!

"Laa Syarqiyyah, Laa Gharbiyyah, Laa Sunniy, wa Laa Syi’ah, Islamiyyah, Islamiyyah!"

Walau tidak setuju dengan kelakuan para (disebut) teroris oleh media sekuler dan bid'ah, kadang saya simpati juga dengan nasib berbagai faksi dari kelompok Islam militan itu. Apalagi melihat pengorbanan tokoh-tokohnya seperti Ustadz Abu Bakar Baasyir yang diumur sepuh itu ridha mejalani kehidupan penjara sementara aktivis Islam radikal lainnya disibukkan dengan gelimang kenikmatan dunia....

Saya kira para ulama atau yang mengaku ulama ataupun yang merasa ulama harusnya menjelaskanlah kepada umat yang mayoritas di Indonesia ini apakah yang dimaksud nabi dengan satu-satunya kelompok/sekte/atau aliran yang benar satu-satunya itu. Jangan lagi menjawab normatif tanpa penjelasan lebih rinci seperti sekedar mengulang lagi teks hadits dengan kata-kata sepanjang ikut qur'an sunnah. Justru disitulah soalnya sejak zaman khulafaurrasyidin juga. Qur'an dengan tafsiran yang bagaimana, Sunnah mau piliha membenarkan riwayat siapa? Kan itu yang bikin kita bertengkar selama berabad-abad selama ini? Justru yang bikin Islam ini damai karena kebanyakan umat tak terlalu tahu dan bahkan tak mau tahu lebih jauh bukan? Hehe...

Jadi jangan lagi kita menghindar dari kewajiban mengulik kerumitan perkara sekte-sekte Islam ini dengan selalu menimpakan tanggung jawab dalang teror kepada yahudi dan amerika bahkan Presiden Jokowi; Anda kan ulama dan dihormat-hormat orang-orang bodoh seperti kami dengan gelar alim yang artinya fihak yang mengetahui? Kalau soal keterlibatan tangan kotor amerika, proxynya amerika, hingga komprador amerika yang bergentayan demi rupiah sudahlah itu bukan denial lagi karena barat pun sudah banyak mendiskusikan dan memberikan bukti-bukti.

Toh orang kafir memang mencintai harta duniawi ini bukan serta banyak tipu daya muslihatnya dan bahkan dijanjikan surga dunia oleh Allah kenapa kita harus iri hati dan mendengki? Kan lebih baik kita ngoprek persoalan internal kita sendiri sehingga umat Islam ini tidak hanya beriman sekedar ikut-ikutan, lalu tidak bisa memberikan argumen bahkan sekedar untuk persoalan istilah. Berikanlah argumentasi sekiranya ente memang benar, begitu bukan al-Qur'an memerintahkan? Jangan jadi orang yang malas untuk merinci penjelasan dan selalu berdakwah dengan argumentasi pokoknya! Jadinya ya seperti saudara-saudara kita yang memilih amaliyah ijtihad dengan jalan teror inilah kita.....

Kompasiana, 14 Januari 2016
http://www.kompasiana.com/wem/teror-sekte-islami-ukhuwah-dan-politik-kepentingan-sendiri_56973ca817937340051fe93d

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!