Pengalaman Berurusan dengan Polisi 110

Anda sudah mengenal nomer telpon nine one one-nya Kepolisian RI? Ya 110, bukan 911 seperti di Amerika Serikat. Layanan ini baru saja seingat saya sejak sebulan ini diluncurkan. Waktu itu kubaca beritanya disampaikan oleh Wakapolri Komjen Nanan Sukarna yang juga mantan Kadivhumas dan kabarnya penggemar berat olahraga "Harley Davidson" tersebut. Dimulai dengan adanya NTMC Polri yang polwantasnya cantik-cantik dan berdinas di antara meja-meja komputer tersebut, iklim Kepolisian terlihat makin melek teknologi di pandangan masyarakat kontemporer ini. Waktu zaman Letjen Nanan (apa udah bintang empat sekarang walau bukan Kapolri?) ini jugalah seingat saya yang mana Humas Polri terlihat kerap dengan sopan memberikan keterangan pers kepada masyarakat yang dilayaninya lewat media massa. Model PR-nya ini membuat wajah Polri terlihat menjadi semakin modern dan humanis seiring dengan masyarakat yang mulai memasuki era keterbukaan informasi. Divisi teknologi Polri tidak lagi hanya berada di kamar mayat dan kuburan untuk mengidentikasi jenazah--atau kamar-kamar gelap intelkam untuk menyadap koruptor(?)--namun terlihat fesyen tampil di layar kaca maupun layar LED/LCD dengan akun twitter yang hiperaktifnya. Ya kita bisa maklumi generasi perwira-perwira remaja Polri pun tentu telah mulai diisi oleh orang-orang muda yang melek gadget; yang perlahan demi per lahan akan terus mengisi posisi untuk menentukan 'policy' institusinya polisi tersebut. Layanan telpon Polri 110 ini adalah bukti teranyarnya. Menariknya lagi: bebas pulsa dari ponsel sekalipun hehe. Kebetulan nih sekitar dua minggu yang lalu ada maling yang masuk rumahku tengah malam; menggondol dua laptop, satu handphone, dan satu kamera digital. Untung saja tidak sampai membuat saya jadi almarhum karena waktu itu ada di rumah namun tertidur. Yang namanya takdir Allah, kebetulan pula malam itu saya tidak lagi begadang atau patroli sambil nenteng sabit, wkwkwk. Sebagaimana diketahui dan barangkali pembaca budiman juga maklumi, saya "malas" untuk melapor ke kantor polisi setempat karena pertimbangan "ini itu". Nah seminggu setelah kejadian saya putuskan untuk mencoba layanan 110 Polri ini. Dengan harapan, jika laporan saya tercatat di Mabes Polri maka kemungkinan oknum di tingkat Polres atau Polsek untuk nakal atau mempersulit bisa diminimalisir; walaupun teman sekolah saya sendiri kabarnya ada yang udah jadi Kapolsek di daerah lain sana hihi. Singkat cerita laporan saya dicatat dan hingga seminggu kemudian ternyata tidak ada anggota polisi yang datang. Waktu melapor itu juga saya katakan pada polisinya bahwa saya bisa mengerti jika dana operasional polisi terbatas dan masalah saya bukanlah prioritas jadi daripada nanti minta duit operasional ya sudah nggak usah diusut. Yang utama dari laporan saya ini hanyalah memberitahukan mereka bahwa wilayah tanggung jawabnya ini ada tindak kriminal; mudah-mudahan mereka bisa lebih waspada; itu saja. Soal barang hilang ya sudahlah sudah kehendak Allah, tapi tidak ada salahnya bukan saya membantu polisi untuk menjalankan amanat profesinya? Kalau tidak ada dana menyidik ya sudah catat saja supaya jadi lebih waspada saja; sekali lagi: saja. Termasuk saya sendiri harus tidur dekat-dekat golok sekarang karena insya Allah kalau mati pun akan syahid karena halal insya Allah memerangi maling. Namun kalau sudah kabur ya nggak perlulah dicari-cari, mana tahu dia diberi kesempatan oleh Allah untuk tobat kelak. Cuma tugas polisi ya tetep jalankan siap laksanakan dong. Dan sekarang sudah dua minggu; tadi saya telpon lagi 110 dengan menyebutkan nomor pelaporannya. Ternyata tidak ada keterangan kenapa kasus saya tidak atau belum ditindak lanjuti dan hanya dicatat lagi. Namun menarik setidaknya adanya 'call center' Polri ini bisa tampil ala Mbak Veronica-nya Telkomsel dengan standar pelayanan dalam menyapa 'customer'. Bahkan pada telpon pertama kali melapor sang operator--yang entah polisi atau di-outsourcing-kan--menyarankan untuk melaporkan kembali ke 110 bila ada oknum yang "bermain". Saya agak ragu itu petugas polisi karena ketika saya ajak diskusi tentang tugas polisi ia kelihatan tidak yakin dengan keterangannya. Namun sekali lagi yang jelas mereka cukup ramah profesional melayani pengaduan kita lewat "temu suara" ini ketimbang persepsi yang terbentuk bahwa kita--yang tidak kelihatan orang berkedudukan atau berduit--akan dibentak-bentak kalau langsung ketemu muka melapor ke bagian sersenya hehe. Tapi kadang saya bayangkan bagaimana ceritanya jika yang mengadu darurat; dan butuh polisi saat itu juga tidak lebih dari dua minggu seperti saya. Seingat saya Komjen Nanan menjanjikan petugas di lapangan akan tiba segera sejam sejak pengaduan masuk ke 110. Tentu saya nggak ngerti bagaimana sistem di sana berjalan, atau direncanakan untuk kelak berjalan. Apa mungkin pelayanan cepat ini baru bisa terjadi di Polda Metro Jaya terlebih dahulu baru menyusul kota-kota lainnya. Padahal tempat tinggal saya juga bukan daerah terpencil alias masuk wilayah hukum Poltabes Padang kotanya. Dengan ini semoga Polri terus meningkatkan performa 110-nya dan tidak hanya jadi tukang tampung tanpa tindak lanjut seperti "kilahan" Si Merah Veronica; terutama ini buat orang-orang yang membutuhkan bantuan darurat dan sangat segera.... Memang sungguh berat tugas polisi, semoga yang bekerja dengan amanah mendapatkan balasan yang semilyar trilyun lebih berharga daripada renumerasi gaji dan "sedekah", yakni pahala di akhirat nanti... menurut pendapat saya nih.

https://www.kompasiana.com/wem/pengalaman-berurusan-dengan-polisi-110_552a58baf17e61af7bd62406

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!