TV One Menyudutkan Jokowi?
Akhir pekan ini media berita elektronik diramaikan oleh dua isu kontra produktif tentang citra Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang selama ini mereka sanjung-sanjung bertubi-tubi. Pertama-tama mengenai izin cuti bermasalah Jokowi untuk menjadi juru kampanye pasangan cagub Jabar yang diusung partainya PDIP Rieke-Teten (Paten) akhir pekan kemaren.
Untuk hal ini saja ada dua citra negatif pula; satu: izin diajukan terlambat dan dua: Mendagri tidak memberi izin (kalo ndak salah). Kedua, menguaknya ke permukaan kasus kematian bayi Dera anaknya seorang pria yang tidak mapan alias keluarga miskin. Dari peristiwa ini menggulirlah persoalan program jaminan kesehatan yang digulirkan Jokowi bagi warga miskin Jakarta setelah beliau menjabat. Awalnya fokus pemberitaan berkisar pada kisah tragis yang mana bayi Dera ditolak oleh 8-10 rumah sakit, entahlah apa ini diberitakan oleh Metro TV dalam program "8-11 'show'".
Ada pula frame visual tayangan yang mana sang bapak muda tidak mapan tadi menggendong (mayat?) bayinya tersebut ke sana ke mari. Belakangan persoalan mulai mengalir pada soal kacau balaunya program jaminan kesehatan masyarakat Jakarta yang digulirkan sang capres fenomenal Joko Widodo atau Jokowi.
Nah seharian ini kusimak berita mengenai soal "ingkar janjinya" Jokowi melayani rakyat Jakarta ini di TV One ditayangkan secara sangat bertubi-tubi. Apalagi narasi pemberitaannya saya cium mengarah pada menyalah-nyalahkan sang gubernur tersebut. Terasa banget perbedaannya dengan model pemberitaan di stasiun TV lainnya.
Sebelumnya aroma "ketidaknetralan" redaksi TV yang satu ini sudah kerap dibicarakan dalam tayangan tentang lumpur Lapindo/Sidoarjo yang mana 'ownernya' perusahaan media ini capres ARB tersangkut paut. Buat saya pribadi sih tidak ada salahnya juga jika TV yang satu ini misalnya mengambil sudut ekstrem dalam menebarkan atau menciptakan opini publik sebatas ini hanya menyangkut selera ideologi awak redaksinya sendiri seperti kita memaklum perbedaan media tempo dengan eramuslim.net misalnya atau bahkan era muslim dengan islamedia.web.id haha. Buat saya yang menarik justru kepentingan pemilik modal atau owner apakah bisa menyetir sikap Karni Ilyas dan krunya? Sebagaimana kita ketahui capres ARB menempatkan anak-anaknya untuk mengurus TV ini. Bisa pula ide menyudutkan Jokowi ini justru inisiatif dari oknum redaksi TV One sendiri untuk sesekali "menyenangkan" atasannya. Tapi pertanyaannya kemudian apa kepentingannya "tim" ARB untuk harus mendelegitimasi elektabilitas capres Jokowi dan kenapa pula harus dari kini jauh-jauh hari? Menurut pendapat saya ini bisa dilihat dari sudut perbedaan jalur karir politik ARB yang "normal" penuh perencanaan versus model-model karir politik anomali dan dadakan yang baru saja dibuat oleh Jokowi dan "timnya" (kalo ada). Untuk ini perlu pembahasan tertentu lagi; yang jelas panggung menuju Pilpres 2014 makin berkilauan baunya!
https://www.kompasiana.com/wem/tv-one-menyudutkan-jokowi_5530231a6ea83415348b4598
Untuk hal ini saja ada dua citra negatif pula; satu: izin diajukan terlambat dan dua: Mendagri tidak memberi izin (kalo ndak salah). Kedua, menguaknya ke permukaan kasus kematian bayi Dera anaknya seorang pria yang tidak mapan alias keluarga miskin. Dari peristiwa ini menggulirlah persoalan program jaminan kesehatan yang digulirkan Jokowi bagi warga miskin Jakarta setelah beliau menjabat. Awalnya fokus pemberitaan berkisar pada kisah tragis yang mana bayi Dera ditolak oleh 8-10 rumah sakit, entahlah apa ini diberitakan oleh Metro TV dalam program "8-11 'show'".
Ada pula frame visual tayangan yang mana sang bapak muda tidak mapan tadi menggendong (mayat?) bayinya tersebut ke sana ke mari. Belakangan persoalan mulai mengalir pada soal kacau balaunya program jaminan kesehatan masyarakat Jakarta yang digulirkan sang capres fenomenal Joko Widodo atau Jokowi.
Nah seharian ini kusimak berita mengenai soal "ingkar janjinya" Jokowi melayani rakyat Jakarta ini di TV One ditayangkan secara sangat bertubi-tubi. Apalagi narasi pemberitaannya saya cium mengarah pada menyalah-nyalahkan sang gubernur tersebut. Terasa banget perbedaannya dengan model pemberitaan di stasiun TV lainnya.
Sebelumnya aroma "ketidaknetralan" redaksi TV yang satu ini sudah kerap dibicarakan dalam tayangan tentang lumpur Lapindo/Sidoarjo yang mana 'ownernya' perusahaan media ini capres ARB tersangkut paut. Buat saya pribadi sih tidak ada salahnya juga jika TV yang satu ini misalnya mengambil sudut ekstrem dalam menebarkan atau menciptakan opini publik sebatas ini hanya menyangkut selera ideologi awak redaksinya sendiri seperti kita memaklum perbedaan media tempo dengan eramuslim.net misalnya atau bahkan era muslim dengan islamedia.web.id haha. Buat saya yang menarik justru kepentingan pemilik modal atau owner apakah bisa menyetir sikap Karni Ilyas dan krunya? Sebagaimana kita ketahui capres ARB menempatkan anak-anaknya untuk mengurus TV ini. Bisa pula ide menyudutkan Jokowi ini justru inisiatif dari oknum redaksi TV One sendiri untuk sesekali "menyenangkan" atasannya. Tapi pertanyaannya kemudian apa kepentingannya "tim" ARB untuk harus mendelegitimasi elektabilitas capres Jokowi dan kenapa pula harus dari kini jauh-jauh hari? Menurut pendapat saya ini bisa dilihat dari sudut perbedaan jalur karir politik ARB yang "normal" penuh perencanaan versus model-model karir politik anomali dan dadakan yang baru saja dibuat oleh Jokowi dan "timnya" (kalo ada). Untuk ini perlu pembahasan tertentu lagi; yang jelas panggung menuju Pilpres 2014 makin berkilauan baunya!
https://www.kompasiana.com/wem/tv-one-menyudutkan-jokowi_5530231a6ea83415348b4598
Komentar
Posting Komentar
silakan komen yaw mmmmmmuuuahhhhh