Kucingku Doyan Roti, Gak Mau Nasi

Ikan dan kucing adalah dua makhluk ciptaan Tuhan yang sudah ditakdirkan untuk berada dalam rantai makanan mangsa-pemangsa. Tapi ikan makanan sisa dimakan manusia maksudnya. Karena ikan hidup di air sementara kucing takut air. Oleh karena itu ada yang namanya "kucing air". Kira-kira begitulah nasib kita yang suka iri dengki pada hijaunya rumput tetangga. Setiap orang berhak untuk kaya sebagaimana setiap manusia juga punya hak untuk kemiskinannya. Qanaahlah jadi manusia. Kalo perlu dan jika sanggup, jadilah zuhud. Jangan melecehkan makna kata ikhtiar yang mulia itu hanya sekedar untuk mencari pembenaran atas sifat tamak dan ambisius pada DNA Anda. Meskipun bisa jadi juga itu bukanlah karena faktor genetik turunan dari pihak leluhurmu, melainkan terlebih hanyalah karena tekanan trend eksternal kehidupan masa kini yang sebetulnya berulang-ulang sepanjang masa juga hingga nanti. Berikhtiarlah, berdjoeanglah tanpa perlu ambisi-ambisian dan (lalu) menjadi manusia yang melampaui batas. Terimalah peran masing-masing Anda oleh Sang Pencipta tersebut. Jauhi keinginan menggebu-gebyar untuk mencaplok "hak dan tanggung jawab" pihak lain jika Anda tidak ingin seperti kucing merindukan ikan yang punya kehidupan di dalam sebuah kolam. Kucing pun mengerti perairan adalah batas takdirnya.

Nah, kalo ikannya sudah keluar dari water, dimasak di penggorengan, dikunyah-kunyah oleh sang tuan, lalu sikat deh sedapnya. Seperti pelajaran yang diberikan oleh kucing saya. Kucing terakhir ini punya sejarah kemunculan dari negeri antah berantah. Setelah silih berganti dinasti kucing di rumah ini sejak saya kecil, tiba-tiba kucing terakhir ini muncul. Mungkin ia lahir di rumah tetangga atau dibuang orang di tengah jalan. Sebelum si kecil ini sudah cukup lama juga di rumah sedang ndak ada kucing tetap, selain kucing-kucing outsourcing. Kebetulan kedua ortu sedang pergi haji dan kedua adikku sekarang hidup di jawa; saya jadi punya privilige untuk memeliharanya saat itu. Ya lumayanlah daripada saya bengong sendirian di rumah, sekarang jadi ada teman si kecil ini. Lebih baik berteman dengan binatang daripada bergaul dengan manusia-manusia pendengki matre dan politisi-politisi lokal tolol tapi licik di sekelilingku kini. Sewaktu datang, kucing kecil ini terlihat membawa ekor mungilnya yang seperti bekas patah. Mungkin di tempat asalnya pernah disiksa manusia. Hmmm, saya jadi tambah semangat untuk memeliharanya. Senang sekali bisa menyelamatkan makhluk Tuhan yang tertindas ini. Akan tetapi, meski dalam menyelamatkan binatang tertindas kita mesti tetap waspada, menghadapi manusia yang tertindas kita musti lebih waspada lagi. Karena di lain waktu mereka bisa tiba-tiba jadi serigala karena politik kepentingan katronya. Sebab itu saya tidak jadi mendaftar sebagai anggota PKI; cari yang lebih menguntungkan ajja dech.

Tidak tahu apakah kucing saya si kecil ini seorang Komunis ataukah beragama Atheis. Setiap saya tanya ia selalu menjawab dengan, "meooonggg...." Namun kucing ini meongnya itu agak katro juga jadinya berbunyi, "eeeeee". Maklum mantan anjal. Sekarang-sekarang saja bulu-bulunya sudah agak terawat karena sudah menjadi binatang piaraan dan kesayangan. Sisa-sisa akhlak brutalnya kadang masih terlihat juga. Beda dengan kucing-kucing yang sudah sejak kelahirannya hidup bersama kita dan belajar etika serta tatakrama. Kucingku yang eks anak jalanan ini kadang suka nakal dan merepotkan juga ketika sedang mengeong-ngeong minta makan. Ia sepertinya juga sudah alergi untuk hidup di dunia luar karena terus berusaha menyusup-nyusup masuk ke dalam rumah kalau kita keluarkan. Dalam hal jenis makanan pun sekarang dia sudah pilih-pilih. Karena ia penguasa tunggal disini (sebagai hewan), (maka) ia memonopoli penguasaan limbah sisa konsumsi dapurku. Terlebih setelah ortu pulang ke rumah. Dia lama kelamaan mulai menjadi ogah-ogahan memakan nasi, terutama jika tidak kita campur gulai dan yang berbumbu-bumbu serta aroma lainnya. Maunya lauk pauk atau yang ada tulang belulangnya saja. Padahal stock makanan juga kerap dalam posisi empty di rumah karena yang sehari-hari paling sering di rumah hanyalah aku saja. Karena aku lebih suka dalam posisi kelaparan daripada masak banyak lalu mubazir gak ada yang makan karena emang nggak enak masakanku, hahahahaha. Ya kekurangan adalah lebih baik bagiku daripada kelebihan. Kalo sanggup sich. Gak tau juga besok-besok ternyata matanya ijo juga. Seperti kucing saya si kecil ini yang ogah-ogahan makan nasi tetapi kalo dikasih roti doyan dianya!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!