Kisah Si Boejang Rahib Dan 2 Ekor Betina Generasi Tik-Tok Yang Wara-Wiri Mengibar-Kibarkan Pantat Bohaiy Mereka Di Depan Kandangnya
calon marapulai ganteng, bikin hasud ajja |
Ass hole, jumpa lagi dgn blog mood-moodan ala si gw yg merasa ca'em sendirian ini. Kebetulan ada bahan cerita yg bisa ditulis secara ringan; bersamaan dgn ada waktu utk tdk sedang lebih urgensi mengerjain yg lain; plus ini saatnya si kompi petite gw yg procie pentium baheula gini sudah lama tdk dinyalakan (cemangatnya), sembari pula di tempat inilah biasanya kusempatkan nonton file size .3gp rekaman Indonesia Lawyer Club dan lainnya yg ku-download dr Si Yutup, voila!
Ada apa
dgn topik artikel yg agak berbau mesyum kali ini, yang kembali memperbincangkan
aspek hewaniah seksualistik para mANUSiawiyyun serta dialektika politik
sosiologi akal-bulus business
antar-personalnya? Gini bray. Kira-kira sejak awal bulan berpuasa kemaren,
halaman depan (salah satu) rumahku ini dikontrak org utk jualan nasi goreng
dkk. Pengontraknya adalah dua org cewek; yg satunya jago masak dan satunya lagi
sptnya temennya yg ngemodalin (modal bercantik2 dan pinter dandan). Salah
satunya itu (klo ndak salah) adalah kerabat dari Uni Dona (aku tahu namanya uni
manis ini—krn pernah denger—tapi gak tahuku namak swaminya—krn cuma kedenger
dipanggil org abang atau om-om aja—yg padahal org masih agak sekampung dgn-ku
hihi) yg mungkin udah ada dua tahunan mengontrak tempat utk laundry di sebelah kedai and depot gas Ni Rina (klo uni cakep ini
aq tahu nama hush band-nya krn beliau
aktivis politik juga di level
propinsi, klo gak salah pernah jd ketua KNPI atau KONI atau DPRD gitu2 deh).
Nah,
mungkin krn nyaman mengontrak kpd kami (walau sepintas yg kulihat
kedainya juga gak rame, bahkan sambilan jual pulsanya sptnya cuma pajangan),
Uni Laundry tadi sptnya melihat peluang berkegiatan ekonomics pd halaman kosong
dpn rumahku dan samping laundry-nya
niy. Kebetulan sebelahnya lagi ada rumah yg dikontrak org sate madura yg sptnya
cukup ramai sekali krn mungkin satu2nya di kawasan sekitar sini. Singkat
cerita, jadilah syahrul ramadhan
kemaren dpn rumahku sudah berdiri tenda biru penjual nasi goreng by dua ekor
gadis dobel angelita yg akan kufokuskan
pd cerita berikut ini:
Saya
tdk akan bercerita ttg peristiwa ekonominya krn memang tdk menarik dan
terlalu peristiwa biasa-biasa saja (meski pengamatanku ada dramanya
jg, tapi yaaa tematiknya biasa banget: tentang perjuangan anak manusia mencari
nafkah gitu2 deh #topikboring.com). Tapi gunanya menulis gaya bebas gini kan
adalah utk merenungkan narasi-narasi non-mainstream
sembari melatih kemampuan mewujudkannya kpd pilihan diksi kosakata dan idio-style bertutur kalimat yg watermark kita banget atas semua konsep dan
paham-paham di awang2 atau langit-langit fikiran ini. Begini baru asyik kan, meh!
Yakk,
topik-topik yg berhubungan dgn sahawat dan dunia lendir begini memang
lebih asyixxx. Wemang, laki-laki berkonti maskulin spt gw ini niscaya
melihatnya lebih kpd kacamata fisikis-wujudiyyun.
Ketimbang dunia imajinasi perempuan yg suka meng-idealisasi-kan fakta-fakta bisnis
perkimpoian noh ke abstraksi-fatamorgana kisah2 percintaan yg gombal-platonistis.
Mungkin utk menutupi kenyataan sejarah-faktual-asbsolut bahwa sejatinya
perkawinan/pernikahan/percintaan itu tak lebih kurang dr transaksi nego-nego
pem-fungsi-an perkelaminan semata saja sejak dulunya juga memang bs
dimaklumi begitu; yg dipermanen-legalkan on
behalf of keagungan kebudayaan atau kohesi sosial tradisi bermasyarakat dgn
entah apa kedok formalitas basa basi kemasan bungkus sopan santun pendalihannya,
wkwkwkwk. Spt kata Pak Sartre: cinta adalah seks yang salah eja dan bahwa dibalik
cinta ada sesuatu yg berbulluu....
Aq
kadang tercenung, apa betul motif dua anak gadis ini berusaha jualan
nasi goreng (yg menu biasa banget gini, alias banyak yg lain juga bisa bikin)
adalah semata urusan cari nafkah saja? Tidak ada nyempil-nyempil urusan
cari kontol juga, spt diistilahkan seorang anak punk asal Lubuk Linggau bernama Theodorus Nero yg kemaren
"kuinterogasi" ttg cewek punker
di komunitasnya? Oya OOT dikit, perempatan lampu merah rumahku ini sekarang
udah ada anak punk dr luar derah yg
ngamen dan kemaren mereka lari krn ngelihat Satpol PP lewat. Jadi si Nero itu
yg paling senior—yg tdk tahu klo namanya mirip kaisar pembakar kota Roma—berceritalah
ianya padaku ttg dunia anak punk-nya
sambil sembunyi di belakang rumah teta/amak bersama 4 yg lain; salah satunya ada "anak gadis" (yg mungkin sudah tak gadis). Menariknya ketika kutanya apakah si ce
ini pacarnya si Nero, mereka kompak jawab bahwa sbg komunitas mereka gak ada
istilah pacar-pacaran. Oh, jadi status awewe tsb (jangan-jangan spt Drupadi) adalah milik bersama (!), xixixixi.
Kembali
ke dua gadis perawan (?) penjual nasi goreng termaksud (keduanya mahasiswi lhoo; satu hal perlu rasanya aq tambahkan dikit ketika ngedit postingan kali ini: salah
satunya bahkan calon ibu guru anak STKIP tapi gaya berpakaiannya eh lebih
spesifiknya: bercelananya, alamakkk...), emang sih nasgor bikinannya
lumayan enak yg artinya ia memang punya skill
tapi terlalu banyak indikasi-indikasi yg membuat peristiwa ini bagiku tdklah murni
orientasi bisnis. Meski tentu saja bisa jadi aq salah krn banyak hal lain
yg diluar seketahuanku, tapi berikut kita urai faktor-faktor itu. Saya jd
menggebu menulis ttg ini ketika di satu momen mata binatangku ini gak sengaja mengintip
hal-hal yg tidak memancing birahi, wuihhhh, dan kemaren ada pula hal yg
membuatku kemungkinan sore ini akan agak marah-marah sama mereka. Oya maaf dulu
ceritanya di-pending aja, tenaga gw
sudah habis nih dan minta dicas dulu dengan ngintip yg seger-seger lagi
aja dong spy tdk tegang-tegang melulu. Misiii, Om!
#Update:
Sekarang kedai nasgor agak “ngafe” ala cerpen/drama “Awal dan Mira” karya Utuy
TS (atau ala film porno Hongkong: Cybercafe) ini resmi “berhasil kusingkirkan”,
dgn pemicu temannya yg bergitar2 dan bernyanyi2 sekenceng2nya di tengah2 malam.
Padahal awalnya gw sudah berusaha bersikap baik dan mengakrabkan diri kpd
mereka (walau tentu sj diskusinya dgn peserta yg gak selevel wawasannya),
selain krn mau gak mau bakal tiap hari berpapasan dgn mereka ketika aq mau bolak
balik ke rumah sebrang jalan. Tapi mungkin krn sudah punya stok “praanggapan”,
anak-anak gadis milenial ini jadi lanteh
angan kepadaku—atau bs saja (paradox, di sisi sebaiknya) jg upaya utk
memancingku keluar kandang utk gabung sama mereka—dan di satu sisi lainnya
lagi aq jg kasihan para betina ini jadi loss-modal begitu saja... hiks hiks
hiks (awas, air mata lelaki buaya kolam)!
An Offer You Can't Refuse
"Yusheng dalam masalah. Jenius atau tidak, dia ceroboh. Banyak orang ingin ia mati."
(Escape Plan 2: Hades, 2018)
Komentar
Posting Komentar
silakan komen yaw mmmmmmuuuahhhhh