Kisah Si Boejang Rahib Dan 2 Ekor Betina Generasi Tik-Tok Yang Wara-Wiri Mengibar-Kibarkan Pantat Bohaiy Mereka Di Depan Kandangnya

calon marapulai ganteng, bikin hasud ajja
"This men do not panic. He's adapt and execute.  He will kill anyone who gets in his way." (211, 2018)

Ass hole, jumpa lagi dgn blog mood-moodan ala si gw yg merasa ca'em sendirian ini. Kebetulan ada bahan cerita yg bisa ditulis secara ringan; bersamaan dgn ada waktu utk tdk sedang lebih urgensi mengerjain yg lain; plus ini saatnya si kompi petite gw yg procie pentium baheula gini sudah lama tdk dinyalakan (cemangatnya), sembari pula di tempat inilah biasanya kusempatkan nonton file size .3gp rekaman Indonesia Lawyer Club dan lainnya yg ku-download dr Si Yutup, voila!

Ada apa dgn topik artikel yg agak berbau mesyum kali ini, yang kembali memperbincangkan aspek hewaniah seksualistik para mANUSiawiyyun serta dialektika politik sosiologi akal-bulus business antar-personalnya? Gini bray. Kira-kira sejak awal bulan berpuasa kemaren, halaman depan (salah satu) rumahku ini dikontrak org utk jualan nasi goreng dkk. Pengontraknya adalah dua org cewek; yg satunya jago masak dan satunya lagi sptnya temennya yg ngemodalin (modal bercantik2 dan pinter dandan). Salah satunya itu (klo ndak salah) adalah kerabat dari Uni Dona (aku tahu namanya uni manis ini—krn pernah denger—tapi gak tahuku namak swaminya—krn cuma kedenger dipanggil org abang atau om-om aja—yg padahal org masih agak sekampung dgn-ku hihi) yg mungkin udah ada dua tahunan mengontrak tempat utk laundry di sebelah kedai and depot gas Ni Rina (klo uni cakep ini aq tahu nama hush band-nya krn beliau aktivis politik juga di level propinsi, klo gak salah pernah jd ketua KNPI atau KONI atau DPRD gitu2 deh).

Nah, mungkin krn nyaman mengontrak kpd kami (walau sepintas yg kulihat kedainya juga gak rame, bahkan sambilan jual pulsanya sptnya cuma pajangan), Uni Laundry tadi sptnya melihat peluang berkegiatan ekonomics pd halaman kosong dpn rumahku dan samping laundry-nya niy. Kebetulan sebelahnya lagi ada rumah yg dikontrak org sate madura yg sptnya cukup ramai sekali krn mungkin satu2nya di kawasan sekitar sini. Singkat cerita, jadilah syahrul ramadhan kemaren dpn rumahku sudah berdiri tenda biru penjual nasi goreng by dua ekor gadis dobel angelita yg akan kufokuskan pd cerita berikut ini:

Saya tdk akan bercerita ttg peristiwa ekonominya krn memang tdk menarik dan terlalu peristiwa biasa-biasa saja (meski pengamatanku ada dramanya jg, tapi yaaa tematiknya biasa banget: tentang perjuangan anak manusia mencari nafkah gitu2 deh #topikboring.com). Tapi gunanya menulis gaya bebas gini kan adalah utk merenungkan narasi-narasi non-mainstream sembari melatih kemampuan mewujudkannya kpd pilihan diksi kosakata dan idio-style bertutur kalimat yg watermark kita banget atas semua konsep dan paham-paham di awang2 atau langit-langit fikiran ini. Begini baru asyik kan, meh!

Yakk, topik-topik yg berhubungan dgn sahawat dan dunia lendir begini memang lebih asyixxx. Wemang, laki-laki berkonti maskulin spt gw ini niscaya melihatnya lebih kpd kacamata fisikis-wujudiyyun. Ketimbang dunia imajinasi perempuan yg suka meng-idealisasi-kan fakta-fakta bisnis perkimpoian noh ke abstraksi-fatamorgana kisah2 percintaan yg gombal-platonistis. Mungkin utk menutupi kenyataan sejarah-faktual-asbsolut bahwa sejatinya perkawinan/pernikahan/percintaan itu tak lebih kurang dr transaksi nego-nego pem-fungsi-an perkelaminan semata saja sejak dulunya juga memang bs dimaklumi begitu; yg dipermanen-legalkan on behalf of keagungan kebudayaan atau kohesi sosial tradisi bermasyarakat dgn entah apa kedok formalitas basa basi kemasan bungkus sopan santun pendalihannya, wkwkwkwk. Spt kata Pak Sartre: cinta adalah seks yang salah eja dan bahwa dibalik cinta ada sesuatu yg berbulluu....

Aq kadang tercenung, apa betul motif dua anak gadis ini berusaha jualan nasi goreng (yg menu biasa banget gini, alias banyak yg lain juga bisa bikin) adalah semata urusan cari nafkah saja? Tidak ada nyempil-nyempil urusan cari kontol juga, spt diistilahkan seorang anak punk asal Lubuk Linggau bernama Theodorus Nero yg kemaren "kuinterogasi" ttg cewek punker di komunitasnya? Oya OOT dikit, perempatan lampu merah rumahku ini sekarang udah ada anak punk dr luar derah yg ngamen dan kemaren mereka lari krn ngelihat Satpol PP lewat. Jadi si Nero itu yg paling senior—yg tdk tahu klo namanya mirip kaisar pembakar kota Roma—berceritalah ianya padaku ttg dunia anak punk-nya sambil sembunyi di belakang rumah teta/amak bersama 4 yg lain; salah satunya ada "anak gadis" (yg mungkin sudah tak gadis). Menariknya ketika kutanya apakah si ce ini pacarnya si Nero, mereka kompak jawab bahwa sbg komunitas mereka gak ada istilah pacar-pacaran. Oh, jadi status awewe  tsb (jangan-jangan spt Drupadi) adalah milik bersama (!), xixixixi.

Kembali ke dua gadis perawan (?) penjual nasi goreng termaksud (keduanya mahasiswi lhoo; satu hal perlu rasanya aq tambahkan dikit ketika ngedit postingan kali ini: salah satunya bahkan calon ibu guru anak STKIP tapi gaya berpakaiannya eh lebih spesifiknya: bercelananya, alamakkk...), emang sih nasgor bikinannya lumayan enak yg artinya ia memang punya skill tapi terlalu banyak indikasi-indikasi yg membuat peristiwa ini bagiku tdklah murni orientasi bisnis. Meski tentu saja bisa jadi aq salah krn banyak hal lain yg diluar seketahuanku, tapi berikut kita urai faktor-faktor itu. Saya jd menggebu menulis ttg ini ketika di satu momen mata binatangku ini gak sengaja mengintip hal-hal yg tidak memancing birahi, wuihhhh, dan kemaren ada pula hal yg membuatku kemungkinan sore ini akan agak marah-marah sama mereka. Oya maaf dulu ceritanya di-pending aja, tenaga gw sudah habis nih dan minta dicas dulu dengan ngintip yg seger-seger lagi aja dong spy tdk tegang-tegang melulu. Misiii, Om!

#Update: Sekarang kedai nasgor agak “ngafe” ala cerpen/drama “Awal dan Mira” karya Utuy TS (atau ala film porno Hongkong: Cybercafe) ini resmi “berhasil kusingkirkan”, dgn pemicu temannya yg bergitar2 dan bernyanyi2 sekenceng2nya di tengah2 malam. Padahal awalnya gw sudah berusaha bersikap baik dan mengakrabkan diri kpd mereka (walau tentu sj diskusinya dgn peserta yg gak selevel wawasannya), selain krn mau gak mau bakal tiap hari berpapasan dgn mereka ketika aq mau bolak balik ke rumah sebrang jalan. Tapi mungkin krn sudah punya stok “praanggapan”, anak-anak gadis milenial ini jadi lanteh angan kepadaku—atau bs saja (paradox, di sisi sebaiknya) jg upaya utk memancingku keluar kandang utk gabung sama mereka—dan di satu sisi lainnya lagi aq jg kasihan para betina ini jadi loss-modal begitu saja... hiks hiks hiks (awas, air mata lelaki buaya kolam)!


An Offer You Can't Refuse
"Yusheng dalam masalah. Jenius atau tidak, dia ceroboh. Banyak orang ingin ia mati."
 (Escape Plan 2: Hades, 2018) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!