Arah Ekonomi Kota Padang ke Depannya Nanti

Nun jauh disana, di seberang bentangan sawah-sawah depan salah sebuah rumah dari keluarga saya, di bawah horison kaki bukit yang entah siapa dia diberi nama, serta lanskap pegunungan bukit barisan yang berbaris rapi berjejer di balik tirai jendela, kini sedang dibangun sesuatu. Sesuatu yang sempat ketika temboknya belum selesai dibangun saya intip berisi lubang-lubang luas menyerupai kolam-kolam. Cukup luas juga; mungkin ada dua hektar dalam perkiraan saya. Entah ini kolam ikan, tempat renang, atau bukan tak mungkin kamar mandi privat orang kaya yang tak tahu lagi kenikmatan seperti apa harus dibuat untuk menyenangkan dirinya yang sudah punya daya imun tinggi terhadap model-model kesenangan yang biasa-biasa saja? Yang jelas itu adalah kolam-kolam luas di tengah terhampar sawah ijo royo-royo di sekelilingnya. Saya juga lagi-lagi tak tahu persis dan terlalu banyak dugaan tentang bagaimanakah tatanan sirkulasi air hamparan sawah daerah ini yang sudah ajeg bertahun-tahun bahkan mungkin sudah berabad ini menghadapi tata ruang yang berubah kini dengan sebuah kolam yang cukup signifikan lahannya. Yang aq khawatirkan cumalah egoismeku dengan pikiran resah tentang nasib kolam-kolam kecilku dan juga sawah-sawahku jangan sampai kesedot pihak sono semua airnya.

Diserang penasaran tingkat tinggi begini akhirnya kucobalah untuk lakukan verifikasi atas temuan awal ini kepada narasumber-narasumber yang tanganku sanggup untuk jangkau. Di kedai servis hape salah satu teman SD singgahlah aq purak-purak kebetulan nangkring sebentar sambil menghabisi sebatang rokok jisamsu gratis yang ia sodorkan. Setelah ngobrol ngalor ngidul muter-muter sebentar untuk mengaburkan jejak dan motif kedatangan akhirnya pada momen yang tepat aq pun dengan liciknya membelokkan conversation kami ke perkara bangunan kolam-kolam di tangah sawah-sawah tadi. Ajaibnya ternyata temanku ini juga ndak tahu persisbahwa tempat ini dibangunkan kolam-kolam. Memang dia bukan asli orang sini--ibu bapak asal daerah padang panjang kota serambi makkah-tetapi bisa dibilang di antara kawan-kawan segenerasiku di masa kecil di tempat ini, kedainya inilah yang jadi port-hub antar faksi berbagai geng dan massa karena semuanya kesini supaya bisa ngisi pulsa secara utangan. Jadi dia diharapkan jadi toke atau bandar bagi berbagai gossip atau cerita. Terlebih sebagai orang luar ia tentu netral tidak terikat untuk merahasiakan salah satu aib pihak-pihak yang berperkara antar kami.

Tapi akhirnya dari teman ini aq dapatkan lagi salah satu cerita pilu tentang sangketa tanah pusako/pusaka/adat. Tanah sawah yang disulap jadi bangunan kolam ini ternyata semula milik keluarga salah satu teman saya yang lain. Suatu waktu suatu massa kemenakan/keponakan dari ibunya mencari modal buat ke Hongkong dengan menggadaikan tanah mereka ke toko emas. Nah karena tak dibayar utangnya, toko emas kemudian menggadaikan tanah ini ke sebuah bank. Nah karena mungkin sengaja ndak dibayar maka kemudian pihak bank berhak merampasnya lalu asset pun tentu dilelang ke pihak selanjutnya; karena bank tentu dilarang berbisnis langsung menjalankan usaha lainnya.

Akhirnya, seperti kita lihat sendiri dari rangkaian panjang tangan dalam dunia utang piutang ini membuat tanah pusako sebuah keluarga minang kini berpindah tangan menjadi milik pribadi pihak yang entah darimana. Sebetulnya keluarga ibunya teman saya ini sendiri orang melarat juga, namun sejak anaknya atau teman saya merantau ke Jepang dan kini settle di Batam cukup baiklah nasib perfinansialannya. Sehingga itu mungkin membuat kehilangan tanah warisan nenek moyang mereka ini tidak begitu terlihat jadi perkara besar. Ini refleksi personal bagiku kenapa tuhan menakdirkan untuk katakanlah "miskin" untuk saat ini karena pola yang sama bisa saja terjadi pada tanah pusako keluarga kami yang jauh lebih wahh lagi nilai komersilnya untuk mengundang cawe-cawe tangan-tangan jahil manusia-manusia berjiwa rampok di hatinya.

Balik ke tema cerita, sekarang lokasi tersebut pun kini jadi milik orang lain yang terserah mau bikin apa dia. Apakah kehadiran tempat baru itu di tengah-tengah sawah begitu akan merusak sirkulasi air seperti tadi sudah saya tanyakan itu sampai saat ini pun saya tetap lah masih juga tak tahu. Tapi aq masih rewel juga bercerita tentang perkara yang saya tidak tahu itu karena menurutku toh ini tidak seghaib gossip mereka-reka kita tentang tuhan, malaikat, laduni, bashirah dan seterusnya. Fakta yang telanjang di depan mata saya tentang stuktur aliran air di daerah saya ini saat ini adalah terlihat sangat drastis mengecilnya volume batang air atau sungai lubuk minturun saat ini jika dibandingkan kondisinya di masa silam.

Dulu waktuku kecil tempat ini--yang dekat rumahku--masih bisalah mandi telanjang bulat dan selam menyelam bahkan aktraksi loncat indah segala karena memang masih ada lubuknya yang betul-betul dalam. Kini merata sudah menjadi dangkal semua; dan lagi pula sudah dewasa gini tentulah tak patut dan taketis dan tak syar'i bagi saya untuk masih mandi telanjang bulat di alam terbuka bukan?

Satu hal yang lagi-lagi saya cuma bisa kira-kira tentang penyebab menyusutnya sungai lubuk minturun ini adalah pembalakan liar (tapi mungkin terorganisir) di hulunya: jajaran hutan lebat di lereng-lereng pegunungan indah bukit barisan tadi itu. Saya harus komen apa, lahh seorang datuk kami yang kolonel angkatan laut sekaligus punya tongkat komando sebagai pejabat publik resmi saja angkat tangansepertinya. Uanghuakbar... saya hanya bisa beristighfar melihat ulah manusia-manusia yang dikendali tuhan uangnya. Ya bagaimana lagi, selamat datang di dunia realita yang dibuka-buka apa adanya tanpa sensor.

Kembali ke perkara kecil dalam lingkup yang masih bisa kami tangani, seandainya kawasan kolam ikan tengah sawah tersebut akan merusak ekosisem dan sturktur alam tempat ini tentu banyak pihak mestinya akan mencegahnya. Jadi ada baiknya juga husnuzon dulu, tidak egois memikiran dan mengkhayalkan kolam-kolam kecilku akan ditindas oleh daya sedot kolam-kolam besar itu. Walau fakta kongkret lagi kulihat sumur di salah satu rumahku sudah tidak setinggi dulu level airnya. Mungkin ini juga disebabkan "sebab besar" seperti disinggung tadi itu, bukan oleh penyebab kecil berupa kolam tengah sawah ini yang baru-baru saja turut hadir disini. Kebetulan salah satu pejabat kelurahan disini adalah temanku juga; mudah-mudahan dia tidak terlalu bisa dibodoh-bodohi membiarkan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang berdampak besar bagi kerusakan ekologi.

Mudah-mudahan dia punya daya tahan terhadap sogokan kecil-kecilan dan saya hanya memaklumi kalau ia akan menyerah begitu yang harus dihadapi adalah kekuatan politik besar seperti dengan lancangnya saya ungkap sedikit tadi. Ibarat dihantam arus air bah, tidak mungkin daya terjang dari energi potensial gravitasi dilawan. Orang kecil pilihannya cuma ikut arus dominan jadi kacung berharap kecipratan profitnya seuprit atau menepi menahan lapar sembari berdo'a kepada tuhan agar terjadi keajaiban musibah ini dinetralisir oleh malaikat dark matter dan energi anti-gravitasi (black energy) hehe.

Hmmm... tadinya ane mau meramal prospek ekonomi Kota Padang ini berbasiskan terawangan ane eh ternyata prolognya kepanjangan dengan cerita sentimentil de javu pribadi. Tapi sudahlah, toh tentang daerah lubuk minturun ini kan sudah aq singgung juga disini. Toh arah pembicaraanku nanti juga akan diarah-arahkan juga kesini karena pada sasaran inilah aq punya kepentingan untuk promosi hehe. Memang kawasan lubuk minturun yang terletak arah timur laut dari bandara/simpang tabing atau barat laut kantor DPRD dan balaikota baru ini adalah termasuk wilayah prospektif untuk perkembangan Kota Padang ke depan yang sepertinya diproyeksikan untuk bergeser menjauh dari wilayah pinggir pantai.

Sebentar lagi enam lajur jalan raya by pass sepanjang kurang lebih 30 kilometeran dari pelabuhan teluk bayur hingga bandara internasional minangkabau/ketaping pariaman yang melintasi seluruh wilayah nagari-nagari pinggiran kota yang tadinya masih sangat asri ini pun akan tuntas dikerjakan. Komplek-komplek perumahan baru dengan sistem cluster makin banyak dikerjakan developer. IAIN Imam Bonjol Padang pun sudah mulai membangun kampusnya disini--bahkan rektornya jadi tumbal kasus korupsi pengadaan lahan--setelah Universitas Bung Hatta lari dari kampus awal berdirinya dipinggir laut sana pindah ke depan gedung baru balaikota. Telebih jika nanti jalan tembus pegunungan bukit barisan hingga Kabupaten Solok pun selesai dikerjakan, Kota Padang yang dahulu pintu masuk transportasi daratnya dari tiga arah--yakni sebelah utara, selatan, dan timur--kini akan bertambah satu gerbang lagi.

Banyak tempat-tempat di kawasan lubuk minturun ini yang akan jadi daerah baru pertumbuhan muamalah umat manusia berserta segenap perkembangbiakan keturunan anak cucu cicit cucutnya. Sebagai kota muda atau calon kota tempat ini masih cukup asri alami dengan bentangan alam ciptaan tuhan dan pembangunan infrastruktur modern ciptaan manusia yang baru saja dimulai lebih intens; utamanya itu tadi, cocok untuk pemukiman atau tempat peristirahatan. Jadi disini proses pembangunan ekonominya masih fresh dari posisi nol kondisi natural bukan hasil reset siklus ekonomi dengan pembangunan baru dari reruntuhan perang sebuah peradaban permainan manusia. Jalan depan rumah saya saja yang dulunya waktuku kecil, hanya dengan satu lajur kecil yang diaspali, mobil dalam sejam paling lewat satu dua saja dan yang itu-itu saja modelnya;

Sekarang dengan empat lajur sudah pakai macet total segala kadang kala; tapi baiklah, supaya tidak terlalu lebay kesan kontradiksi dan hiperbolik terlalu hyper yang hendak saya siasati untuk digunakan, saya beritahukan logikanya bahwa rumahku ini memang sudah tidak jauh dari persimpangan dengan jalan bypass tadi; jadi kalau lampu lagi menyala merah merona kadang antrian bisa sampai belasan mobil berbaris stasioner hingga ke jalan depan rumahku; jadi cukup logis kan retorika sewajarnyaku ini? Kenyataannya intensitas volume kendaraan memang drastis naiknya ketimbang dulu di tempat ini karena yang bermukim di lubuk minturun ini tidak lagi hanya didominasi penduduk asli seperti normalnya di masa lalu. Dan satu lagi yang bakal bikin macet total brutal 1.000.000 % lubuk minturun ini adalah: jika berbunyi sirene peringatan tsunami Kota Padang, orang-orang di pinggir laut semuanya akan lari ke arah ini untuk menyelamatkan diri!

ps: menindak lanjutin perintah admin, foto ana repalce dgn my exclusive private kolektion neh

Kompasiana, 24 Desember 2015
http://www.kompasiana.com/wem/arah-ekonomi-kota-padang-ke-depannya-nanti_567b530b62afbdb80f1098c3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!