Review Film The Front Runner (2018): Kontol dan Kontrol
"Di lingkaran ini, orang yang ada uang ada
kekasih."
(Money-film
Korea: 2019)
Akhir-akhir
ini rasa-rasanya aq kebanyakan nonton film
yang dibintangin Tricia Devereaux (Porndemic, 2019), eh Hugh
Jackman—mudah-mudahan tidak’ salah pentulisannya, karena maklum aq biasanya
nulis yaa cuman mengandalkan ingetan; nantik klo sempat baru dieditin saat online (bisa cek ke Mbah Gugel), padahal
dulunya cuman taunya si doski ini main jadi pemeran Wolverine dalam serial
X-Men. Mulai jadi superhero solo
karir dalam film ber-setting utama kota Tokyo—klo ndak salah
ini kisah terpisah Wolverine/Logan sebelum ia (ber)gabung dengan Tim X-Men di
vila "lokalisasi"-nya Prof. Charles Xavier untuk "anak-anak berkebutuhan
khusus" (para mutan). Kemudian kulihat ia juga main dalam sebuah film penuh bintang-“angin” (maaf lupa
judulnya, mungkin Movie 43); berperan sebagai SESOSOK JENTELMEN TAJIR yang nge-date pacarnya (pemeran Titanic, duh
siapa ya namanya) dengan jakun berbentuk buah zakar gitu lho! Klo ndak
salah ini semacam film tribute to serial twilight zone yang dipuja-puja di dunia televisi atau per-film-an keratif tsb. Ada juga ia
memainkan pimpinan sirkus dalam film
penuh nyanyi-nyanyi macam pelem India; dan cukup keren dan tenar, cuma
lagi-lagi sudah coba diingat-ingat gw tetap lupa judul film-nya (ahaaa, The Greatest
Show kalo ndak salah). Dan sehabis lihat Paman Hugh ini muncul lagi—kali
ini sebagai tokoh politik smart and flamboyan—dalam film The Front Runner ini, baru kemaren-kemaren aq lihat ia lagi,
lagi-lagi ia, berperan jadi tokoh antagonis dalam film Deception (kalo ndak salah tahun 2008, bareng salah satu
pemeran Jedi Starwars nan genteng Ewan Mc Gregor dan Michelle William {Blue
Valentine} yang supercute itu).
"They're flamboyant. They're not quite as programmed. They still do things wrong. The crowd loves people who screw up and spin the cars, just occasionally. Thank God we have a few gentleman drivers to do that for us."(The Gentleman Driver, 2019)
Film The Front
Runner ini merupakan salah satu lagi film
base on true story yang kali ini mengisahkan tentang seorang kandidat
capres Amerika Serikat dari Partai Demokrat di tahun disko '80-an. Hugh “Wolverine” memerankan Gary Hart,
seorang nominator capres-bakal calon (yang tadinya calon terkuat) yang
akhirnya kalah dalam konvensi internal kubu demokrat sendiri. Si saya ini
gini-gini, walau orang kampung(an) (BAHKAN PENGANGGUR), hafal jugalah nama-nama
orang yang pernah menjabat Presiden AS kira-kira 10% dari sekitar 40-50 orang
itu (persisnya ane lupa, kalo ndak salah sih Obama presiden ke 47 atau 48 gitu;
ataukah gw missleading nih dengan
jumlah state-nya hehe). Tentu saja
karena nama-nama penguasa negara adidaya polisi dunia yang me(ng)-hegemoni
permukaan bumi ini (terutama bangsa inferior seperti kita) sering
akan kita dengar entah di berita atau di film
bahkan film porno—serius, orang Amrik
klo bikin "karya seni" itu betul-betul kaffah, gak perlu munafik dan sok-sok bernorma; mereka bisa
dan berani shooting pasangan artis
bintang pornonya tersebut untuk DUET NGENTOT di atas bintang-bintang ber-strip merah biru bendera nasionalnya
sendiri tsb. Bahkan klo ndak salah di AVN Award itu (semacam Oscarnya film adult), nominasi didapat juga sebuah
film yang memparodikan Pak Donald
Trump gigituan (alhamdulillah,
gw tidak sampai ingat judulnya xixi).
"Motor racing is the ultimate meritocracy. You do well, you get seen more, you're at the sharp end of the field. But to do that requires dedication. All the technology in the world will not help you. It's about the human interest at the end of it. Endurance sportscar racing is populated by manufacturers spending hundreds of millions of euros, dollars or yen to be here. But, ultimately, the piece of humanity that you plug into all of that technology does make the difference, and that's why this is such a great sport."(The Gentleman Driver, 2019)
Allright, kita kembali
bahas film non-porno saja
sesuai judul. Nama Mr. Gary Hart ini aq seingatku nih betul-betul blank sama sekali sebelum nonton film-nya. Aq tidak hanya hafal nama-nama
sebagian Presiden Amrik yang terkenal—seperti sebutlah Lincoln, George
Washington, Theodore Rosevelt, Richard Nixon (tenar karena perang Vietnam dan
skandal Watergate), Gerard Ford, Kennedy tentu saja, Jimmy Carter, Ronald Reagan,
Clinton, Bush Sr dan Jr—tapi juga nama-nama tokoh penting Amrik lainnya
seperti Wapres Dick Cheney (yang film
"hujatannya" bersama Donald Rumsfeld dan Bush Jr yakni Vice
diperankan aktor Batman itu dapat penghargaan tata rias terbaik di Oscar tahun
lalu, tadinya gw mau review ini tapi
belum sempat juga), Condoliza Rice (Menlu WTC 11 September yang berdarah Israel),
Al-Gore (Wapres Clinton dan aktivis “kampanye hijau”), Bu Sarah Palin dan Kakek
John Mc Kain (kandidat capres kubu republik yang dikalahkan Obama),
hingga Joe Bidden (wapresnya Obama yang kabarnya mau nyalon jadi presiden buat
ngalahin Trump) dan hingga (perlu ditambahin nih) Monica Lewinsky
selingkuhannya Bill yang mungkin bosan dengan kecantikan Hillary hihi. Nah,
tadinya AQ BINGUNG/FRUSTASI, kok aq belum pernah denger sama sekali nama Gary
Hart ini; padahal berstatus sang frontman
alias kandidat terdepan atau terunggul.
"In order to not suffer, at that point I didn't even watch racing on TV. Seven years later, an opportunity to race came back, and my business partner sponsored me. Now I was going back to racing just to have fun. And it was after the first or second race that I realized I cannot do it just to have fun. I have to be competitive."(The Gentleman Driver, 2019)
Dan
ternyata penyebabnya adalah karena ia cuma sempat jadi calon presiden
Amrik dalam konvensi internal Partai Demokrat saja; dan itupun setting-nya tahun eighties YANG MANA aq baru saja "dirilis" keluar dari
rahim ibuku xixi. Akhirnya, habis nonton film-nya
aq terpaksa cek-cek gugel deh untuk melihat versi true story dibandingin film-nya—meski,
tentu saja kebenaran dan fakta sejarah versi kontributor (dan editor) Wakandapedia
nih haha. Dalam film ini dipelihatkan
bahwa tadinya Gary Hart ini terlihat sangat mumpuni untuk menjadi US-First;
manusia terbaik di antara ratusan juta rakyat Amerika Serikat multietnik
negara termaju di muka bumi abad Y2K ini. Dalam pidato, wawancara, hingga debat
diperlihatkan bagaimana piawainya ia menguasai pelbagai persoalan lintas
sektoral sebagai man in charge bagi
seluruh urusan hajat hidup rakyatnya. Meski basis keilmuan/kepakaran atau
pendidikan formalnya adalah ilmu hukum, ia sepertinya juga sangat menguasai
masalah atau isu ekonomi; yang jelas sangat krusial jika kita terjun ke
dunia politik mengurusi kepentingan perut banyak orang begini. Ini ibarat
Prabowo yang tetap ngeh ketika ditanya tentang unicorn, tidak mengonfirmasi lagi apakah maksudnya yang online-online itu? Atau Jokowi dan
Suharto yang berbicara dalam logat bahasa Indonesia yang baik dan benar,
sehingga tidak dinyinyirin oleh orang-orang yang katanya pakar bahkan “pendekar”
bahasa-beku kurang piknik yang anti-dinamika, kreativitalitas, dan kebaharuan
itu. HAPA PULALAH YANG TERAKHIR INI, dasar ilmu psudo-sains sosio-humaniora
inferioor-complex hehe. Saya cuman ndak habis pikir (pura-puranya nih) sampai
sekarang: kenapa orang Minangkabau minder dengan pengaruh logat bahasa
daerahnya, tapi tidak dengan suku-suku lain? Saya sih paham secara psikologi
politik taktis pun filosofisnya, tapi mungkin ada yang iseng bisa
melakukan riset untuk membuat argumen yang lebih kuantitatif dan “pseudo-eksakta”?
Hapa sih kepastian itu... hihi.
"Human beings are a competitive species. We cooperate in teams, but we have always competed against the other. Now, an entrepreneur is in a very competitive environment, because in order to succeed, they actually have to allow their company to do better than everybody else."(The Gentleman Driver, 2019)
Okay,
kembali bahas review film. Di film basis kisah nyata ini diceritakan bagaimana talenta bahkan kejeniusan
Pak Gary ini sebagai calon kuat orang nomor satu kuat di negara AS yang kuat—klo
ndak salah di salah satu sesi debat di universitas dalam film ini ia beradu argumen dengan Reagan(?), saya agak missleading lagi nih karena dalam catatan
sejarah sang mantan aktor R. Reagan ini memang terkenal akan kepiawaiannya
(atau timnya) dalam menyusun komunikasi populer sehingga dalam debat bisa
mengalahkan Carter yang menguasai data teknis yang un-komunikatif—akhirnya harus hancur lebur gara-gara urusan pemenuhan
kebutuhan “penghuni” celana dalam. Ya, perkara kelamin Bro! Sebagaimana
komentar orang Eropa tentang saudara se-ras-nya yang merantau ke seberang
samudera atlantik itu, Amerika adalah semacam kemunafikan atau hipokrasi
antara fanatisme Kristen dengan semangat liberalisme modern. Salah satu
nilai-nilai tradisional yang masih dipegang teguh mayoritas rakyat Amrik
(terutama voter kubu republik atau
masyarakat konservatif) adalah kesucian ikatan pernikahan monogami. Jangankan
selingkuh, pernah bercerai saja adalah "aib" dalam high-kultur mereka; boro-boro pengen
poligami apalagi poliandri. Memang sering kita dengar ada sekte-sekte Kristen
disana yang pimpinan/imamnya PUNYA BANYAK ISTRI ATAU GUNDIKLAH sebut begitu
saja terus terang. Namun norma umumnya orang Kristen Amerika tsb sangatlah
menjunjung kesetiaan hanya antara satu pasangan pria dan wanita. Rasanya ini norma
umum juga sekarang di seluruh dunia. Kenapa ya, yang fanatik dogma monogami-kristiani-paulus
ini merasa dirinya masih Islam? Hihihi tenang, ana bantu antuma bikin alesan:
karena statistik 7 milyar penduduk planet biru bumi ini saat ini menunjukkan jumlah
perempuan hanya lebih sedikit dari lelaki. Jadi, klo poligami dianggap
normatif, kasihan pria-pria miskin kalah daya beli hanya bisa menyalurkan
hasratnya lewat nonton blue film dan
fantasi-fiksi; sementara bagi cowok kaya mampu bayar bisa jadi betina-betina
jual diri ini hanyalah untuk koleksi/pamer alias kepake juga tidak (gak
ada tenaga). Buktinya dalam vidporn threesome kemenakannya capres02 itu kan
cuma satu EKOR BETINA-nya yang digenjot; yang satunya lagi cuma bantu
ngelus-ngelus dari samping bhuwaahahaha.
"Tiny mistake, huge consequences, and the whole of the #98 team's hopes are smashed."(The Gentleman Driver, 2019)
Okeh
melenceng lagi ke yang kiri-kiri. Tapi serius, Mr. Gary Hart akhirnya kandas
dari mister bright and mister right jadi
missery and sadly. Padahal sebetulnya
sebagai seorang kubu demokrat, ia agak ditoleransi kepada nilai-nilai liberal
atau katakanlah progresif ini (budaya main cewek tsb). Tapi ya sulit juga
dipilah-pilah, seperti bagaimana pula norma dalam pandang feminis; terus
feminis kubu mana: femen nude activist
atau lautan akhwat ormas terlarang Hizbut Tahriri hihi. Padahal kita tahu sama
tahu bahwa sudah sejak lama, masih, dan akan terus sampai kiamat nanti bahwa
seksisme (baca: perempuan) adalah BISA MENJADI KOMODITAS (punya nilai
keekonomian {maaf} kelaminnya) sepanjang manusia-manusia kontol ini pasti
membutuhkannya untuk dijadikan robot pemuas dan sebagai “pabrik” anak!
Dibungkus kedok pembenaran nilai-nilai agama sekalipun tetap saja
ujung-ujungnya minta dibayar; makin cantik makin mahal, fustun. Dan konon,
saya lupa baca dimana, prostitusi adalah HAL PERTAMA YANG DIBISNISKAN MANUSIA.
Ya, sebelum punya pengetahuan untuk memproduksi berbagai benda-benda,
manusia-manusia banyak akal ini sudah memperdagangkan tubuh adik-adik
perempuannya. Sorry yaa bukan kami
yang jual dia sama om-om berkantong tebal, kata bapak-bapaknya, dia sendiri
yang kepengen toh. Maklumlah, hidup punya banyak kebutuhan untuk perawatan ini-itu.
Maka terpujilah bos Playboy (Hugh Hefner klo ndak salah namanya, apa sudah
diberitakan wafat ya?) yang bikin mansion mewah untuk menampung tempat
perawatan bagi kecantikan "kelinci-kelinci" betina peliharaannya itu xixi.
"When they come to this sport, failure is more likely. No matter how good you are behind the wheel of a car, you are a small cog in a very big team. If the rest of the team isn't working for you, you're not working for them, you won't win."(The Gentleman Driver, 2019)
Wokee JANGAN
TEGANG DULU. Ini sebetulnya hal biasa saja, cuma kita terlalu munafik
untuk mau terus terang meperbincangkannya. Bahkan sampai ada riset/ekspreimen
segala (kuantitatif pula, pakai sampel dan bukti terdata) bahwa yang dilihat
dari lelaki itu adalah uangnya dan yang dilihat dari perempuan itu adalah
kecantikan (tubuhnya). It’s just
human nature. Lho, klo aq ndak cantik sudah dari pabrik sononya gimana? Ya,
kawinlah sama laki-laki yang gak punya uang hehe. Jadi ini naturalis saja; bahwa
kambing harus mengembik, itik harus berbaris membebek, harimau harus mencabik-cabik
mangsanya. Hanya orang nggak normal kurang kerjaan saja yang menjadikannya
bahan analisis tanpa membuatnya menjadi menghasilkan uang dan
"bermanfaat". Dan, tidak ada yang mempermasalahkan trading antara SEKS DAN UANG tersebut. Dan
ingat, sex adalah varian/agregat
penting dalam etos ekonomi. Anda bisa bayangkan betapa lesunya para pemuda
lajang dalam bekerja keras banting tulang mencari uang siang-malam kalo bukan
demi motif mendapatkan tubuh betina yang ia incar dan kejar; atau bahkan
para abid yang beramal soleh demi
kenikmatan seksual selama-lamanya dari bidadari cantik yang dijanjikan bisa
dimiliki di syurga sana (robot seks?). Biasa saja itu. Amerika bigot suci
itu saja membangun kota dosa bernama Las Vegas di negara bagian Nevada. Seks
pra-nikah juga biasa disana (yang enggak pernah mencicipi malah pecundang
normanya). Ini hanya masalah melanggar norma dominan, politik tatacara,
formalitas dan legalitas saja. Atau KONSENSUS BUDAYA setempat dalam cakupan
lebih luasnya. Karena moral pada akhirnya harus menyesuaikan diri dengan
realita, ukuran baik dan buruk tunduk pada siapa yang kuat dan jadi pemenang.
Makanya dalam bendera hijaunya Arab Ibnu Saud itu kalimat tauhid diapit
dengan dua pedang; dan konon Mohammad bin Salman lah yang bertanggung jawab
atas meledaknya helikopter pamannya di langit Maroko sana. Jadi, masih alergi
atau pura-pura amnesia tentang politik agama? Wkwkwkwk.
“There's a spectrum of behaviors that is called "Imposter Syndrome", and it's the idea that you've risen to a particular level, but if people really knew who you were, they might realize that you don't deserve that.”(The Gentleman Driver, 2019)
Oks,
malam sudah hari, tulisanku sudah panjang begini, dan seperti biasa dengan bualan
yang melebar kemana-mana dan ke mama-mama! Sebetulnya tidak ada bukti
vulgar bahwa Gary Hart berzinah dengan "escort-nya" yang mempopulerkan kosakata ‘bimbo’ itu. Kalo
pakai kaedah normatif atau formal dan tekstualis hukum Islam nih: tidak ada
empat orang saksi yang melihat dengan mata kepalanya sendiri masuknya
"rudal" Mr. P-nya Pak Gary tersebut ke Miss V-nya Mbak Donna Rice.
Tapi hanya karena wartawan Miami Herald yang ngintip melihat mereka gandengan
keluar masuk residen yang sebetulnya juga banyak dimasuki orang lain (tim
kampanyenya), plus kultur feodal hipokrit orang Amerika tentang ikatan
perkawinan, bergulirlah bola isu politis dari sebuah artikel investigasi di
koran ini. Jika Anda "riset" di Google kelihatan bahwa Gary Hart dan
istri sahnya sampai kakek nenek kelihatan baik-baik saja dan masih saling cinta.
Nona Donna tersebut sendiri sekarang MALAH JADI AKTIVIS ANTI VIDEO PORNO yang
menjadi bahan analisisku pula kelak karena gw juga punya fenomena tersendiri
melihat orang-orang yang terlihat mendadak tobat ini. Padalah kita tahu bahwa
basisnya dia itu ya asuuuuu hehe. Bukti paling terkenal dari kasus ini pun
hanyalah sebuah foto yang memperlihatkan Gary Hart memangku Nona Donna muda
di atas sebuah kapal pesiar dalam pose yang sebetulnya juga masih sopanlah.
Apalagi jika Anda lihat bagaimana di-film-kan
reaksi Pak Gary saat ditanya opininya tentang perbuatan zina oleh wartawan
"lugu" pemula dari Washington Post; betapa sebagai seorang politikus
kelas dunia tak mampunya ia untuk selalu konsisten berbohong dan
memperlihatkan atau menampilkan dirinya sebagaimana yang publik (konsumen) tuntut dan inginkan. Akhir cerita, jangan pulalah
Anda yang baca tulisan gw ini simpulkan pula bahwa gw bersimpati dengan Gary
Hart dan yakin ia tidak ngentot dengan jablay itu. Orang goblog sebaiknya JANGAN
LIHAT-LIHATLAH ke ini blog yaaa. Nanti “tersesat”. Ini bukan artikel petunjuk
menuju kebenaran. Begini ya Dear Blok biar kubuat terang benderang supaya
otakmu mampu nangkep. Apa yg gw tuliskan belum tentu semua yg aku pikirkan,
namanya saja ceracauan. Kalo udah capek gw stop,
meski masih banyak "ayat-ayat" yang belum terbacakan... wuihhh. Hehe,
ok may not see yaaa!
"Using feminine wiles to get what you want? Trading on your looks? Read a book. That passive-aggressive number went out long ago. You give women a bad name, stupid bimbo!"(Barbara ‘Batgirl’ Wilson dalam Batman & Robin, 1997)
Komentar
Posting Komentar
silakan komen yaw mmmmmmuuuahhhhh