Mampukah Prabowo Subianto Menulis?

Sebentar lagi akan digelar suksesi kemimpinan di Indonesia, Pilpres dan Pileg 2014. Jauh-jauh tahun bahkan sudah ditabur genderang perangnya. Kepemimpinan "lemah" SBY bagai sasaran empuk untuk dikritik dan sejak lama dicari-cari alternatif penggantiannya. Metro TV--media massa yang membuat dunia selubung politik jadi sedikit terang dan mengajak-ajak terlibat rakyat awam ini--bahkan sekarang berhasil menelurkan sebuah parpol yang satu-satunya lolos untuk bertarung tahun depan dengan prajurit-prajurit lama koleksi partai-partai yang telah mencicipi senayan. Uniknya ormas gagasan Surya Paloh yang menelurkan partainya inipun hadir dengan warna biru laut yang menjadi ikon Demokrat, partai yang bertahun-tahun diobok-obok kasus korupsinya. Nama mirip-mirip pula; betapa menggoda massalnya jumlah 'swing voter' yang sukses diraup secara instan oleh citra santun SBY.

Capres Prabowo Subianto adalah satu dari calon pemimpin alternatif republik ini yang seperti gak ada matinya. Padahal sudah kalah dalam mendampingi Megawati Soekarno Putri pada 2009, seakan tenggelam tapi kembali menyala dipublikasikan. Setidaknya faktor kontras karakter Prabowo dengan SBY yang negatif perpepsinya ditimbulkan media pemberitaan bagai jadi api abadi yang sulit untuk begitu saja dilupakan. Memang masih ada calon-calon tua lainnya seperti Mega sendiri, atau JK, atau Wiranto, bahkan mungkin Amien Rais yang seakan kepemimpinan negeri ini hanya digilir mereka saja hingga kita baru saja dikejutkan belakangan oleh seorang anak muda bernama menggemaskan: Jokowi. Namun nama Prabowo tidaklah tenggelam begitu saja; setidaknya itulah kata setiap survei yang diadakan berbagai pihak hingga hari ini. Salah satu riset yang diadakan untuk menangkap opini pemilih elit, yakni kalangan berpendidikan, mencatatkan nama Mahfud MD sebagai yang diunggulkan. Namun 'grass root' kita tetaplah selain Jokowi kini hanya terpesona pada nama-nama lama seperti Prabowo, Mega, dan JK. Tokoh enterpreneur Indonesia seperti ARB saja dengan gurita bisnisnya yang merambah media TV berbulan-bulan dengan cukup frekeuntif diiklankan tetap tidak sanggup untuk menyalip capres lama seperti Prabowo Subianto.

Namun bagi saya sendiri ada satu pertanyaan mengganjal meski bisa dipandang ganjil alias diada-adakan: apakah mantan Pangkostrad dan beking "Tim Mawar" ini punya kemampuan menulis sebagai salah satu ciri keintelektualan? Intelektualitas Prabowo tentu tidak perlu diragukan; kita bisa dengan mudah mencari tahu sejarah peran kehidupannya di republik ini. Tapi saya belum temukan dalam hal dunia tulis menulis. Memang bisa saja kita memandang bahwa itu tidaklah bisa jadi ukuran. Faisal Basri saja yang turun gunung (maaf nih) menulis di web kompasiana dengan cukup rajin--meski tanpa rating klik yang tinggi beberapanya--tetap saja tidak menarik bagi pemilih "intelek" rakyat ibukota Jakarta dan hanya meraup 10% suara dalam Pilkada DKI barusan; dipecundangi Jokowi yang bukan penulis juga. Namun sebagaimana dengan pernyataan oleh berbagai amatan ekonomi--termasuk dari Bang Faisal Basri kita ini--untuk dua dekade ke depan adalah kesempatan emas bagi ekonomi Indonesia dalam persaingan catur politik negara-negara di dunia. Jika kesempatan ini tidak berhasil ditangkap dengan baik oleh, tentunya, pemimpin bangsa yang luar biasa maka Indonesia hanya akan tetap jadi negara berkembang tidak maju bahkan mungkin mundur jadi terbelakang. Krisis yang "kebetulan" sedang menimpa status quo ekonomi dunia modern di Eropa dan Amerika, berbarengan dengan sedang tumbuh mencengangkannya India dan China, membuat belasan tahun kedepan atau tiga empat masa kepresidenan jadi titik kritis bagi status negara maju dari situasi aman perekonomian Indonesia saat ini.

Maka dari itulah saya berpendapat Indonesia tidak elok jika hanya dipimpin oleh pemimpin yang biasa-biasa saja. Kalau buruk sudah pasti tidaklah karena tokoh-tokoh tersebut di atas bukanlah orang sembarangan dalam menoreh puluhan tahun karir kehidupannya. Kita butuh yang spektakuler seperti barangkali Soekarno dan Soeharto. Ya, Soeharto menurut saya juga seorang jenius dalam aspek kepemimpinan meski kabarnya hanya meniggalkan artefak tertulis berupa "motivasi-motivasi kultural" yang menjadi "iman" manajemen kepemimpinannya. Nah dalam masa ke depan kukira skill intelektual kepenulisan kukira wajib dimiliki oleh calon pemimpin kita. Tidak perlu juga tulisan spektakuler karena untuk itu adalah fokus profesi, cukup tanda sekedarnya saja bahwa sang pemimpin kita tersebut bisa menuaikan gagasan-gagasan besarnya terlebih dahulu ke dalam bahasa. Dengan demikian komunikasi timbal balik akan muncul di ekosistem intelektual yang tidak jauh dari dunia tulis menulis. Apapun praktik dan skenario taktis di lapangan nanti setidaknya sudah melalui masukan dari kalangan yang bersedia botak rambutnya di ranah ke-abstrak-an.

Setelah berkasus HAM dan disingkirkan Wiranto, kabarnya dulu Prabowo hijrah dulu ke tempat teman akademi militernya Raja Yordania 'ngurusi' bisnis. Kemudian tiba-tiba muncul untuk bertarung di pilpres kemaren menghadapi senior-seniornya Jendral (Pur) Wiranto dan SBY, lalu kalah dan sempat kembali diam. Baru kemaren-kemaren menjelang 2014 ini publikasi tentang diri Prabowo gencar lagi; bahkan sampai-sampai didukung Hercules sang dedengkot preman yang kecewa setelah mendukung kesuksesan SBY dilupakan. Menarik mengingat bahwa kabarnya kerusuhan SARA Ambon dan Ketapang juga "direkayasa" untuk memancing keterlibatan Prabowo yang bekingnya "preman muslim" ini haha. Sebagai seorang cerdas anak begawan ekonomi Indonesia Profesor Soemitro yang memilihkan anaknya berkarir di militer saya bisa memahami strategi taktis diam Prabowo selama ini. Juga bisa dipahami kehati-hatian untuk tidak sembarangan berbicara. Walau kabarnya "mampu" membangkang atasan di TNI tapi seorang militer tentu paham betul bagaimana tidak mungkinnya bertindak tanpa memegang tongkat komando pasukan. Namun kini 2014 kian dekat dan saya pikir sudah saatnya mantan jenderal bintang tiga ini tidak lagi terlalu diam dan mulai menciptakan gebrakan. Tidak cukup saya pikir kata-kata normatif lewat akun facebook dan twitter @prabowo08 toh beliau punya tim dan perangkat untuk memfilter peluru-peluru bahasa yang akan dikeluarkan. Tentu sudah bukan saatnya lagi ia menghilang mengurusi bisnis dan aspek pendanaan. Divisi artileri dan brigade kavaleri saatnya mulai bergerak dan kalau perlu ada yang meledak. Tapi, hmm saya jadi ingat kalau teroris atau mujahidin khawarij juga suka dikaitkan dengannya. Tapi ga papa lah toh beliau dan komandan-komandan Detasemen "burung hantu" 88 sama-sama berguru ilmu perang ke USA sang polisi dunia sana. Huft, sungguh bikin geregetan untuk mulai menilai pemikiran beliau dari tulisan.

https://www.kompasiana.com/wem/mampukah-prabowo-subianto-menulis_551f977aa33311a62bb670af

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!