Serial Ketoprak Cinta

the jomblo principal
“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.”
(HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Don't do that, don't dangle an
injurious tidbit and then snatch it away.
(Destination Wedding, 2018)



Akhir (Mudah2an Betul Berakhir) Kisah Kasmaran Recently Gw Itu

Apa khaibar para penggemar sekilas gw yg mungkin ada satu dua biji manusia yg mentengok2 ke blog caemku ini? Hyang mungkin pernah membaca cerita2 gak penting gw terkait tema satu ini sebelumnya yg penasaran gmn akhir ceritanya? Apakah Romeo ini akhirnya bisa ngentot juga Si Juliet itu di atas ranjang ataukah ternyata ia ngerasa aja sendiri lalu patah hati lanjut bunuh diri? Akhirnya kita berjump lagi dgn kisah yg akan saya kisahkan ini selanjutnya. Lama sudah gw memutuskan utk tak menulis lagi ttg ini walau kayaknya masih banyak yg belum terceritakan atas peristiwanya sendiri yg sebetulnya hanya sedikit yg terjadi. Hanya kecamuk di hatinya saja nih yg menjadi2, huehue. Tapi krn kenyataannya kadang masih suka keingat terus yaa sudahlah diceriterakan lagi sajalah. Gpp lah, keingat2 lagi lahh; toh lama juga kompi petite gw gak dapet jatah dinyalakan nih hingga tadi sptnya lost memory krn baterai mainboard-nya udah kehilangan daya berbulan2 gak kesetrum gaya (listrik) lagi.

Jadi begini kelanjutannya; sekaligus aq nanti menuliskan hal2 yg rasa2nya belum sempat aq tuliskan di tulisan2 sebelumnya. Sekitar 3 minggu lalu atau awal bulan oktober 2019 ini, aq akhirnya bisa "mengusir" betina kedai ayam itu dari sini. Singkat cerita Ni Lina memindahkan kedai BFC ke tempat yg aq tunjukkan; kira2 gak nyampe 100 meter juga sih dari rumahku ini. Tapi alhamdulillah sejak saat itu aq hampir tdk pernah melihat dia lagi, sehingga cukup sangat membantu mengurangi obsesiku yg tak bisa terhindarkan selama berbulan2 kemaren harus melihat si doi setiap hari. Bahkan kalo mau jalan ke arah pusat kota kuusahakan utk tidak lewat depan kedai itu, belok melalui jalan padang bypass. Sempat kemaren melihat sekilas krn mobil jalan arah ke bawah dan ia kebetulan duduk di posisi yg jelas terlihat dari jalan, tapi inipun aq sanggup utk tidak melirik selain hanya harus tertengok oleh pinggir bola mata dan krn ia mengenakan baju yg biasanya juga jd aq menduga itu dia. Terakhir lewat depan kedainya sewaktu pulang malam sehingga posisinya bisa utk tdk melihat ke arah dalam kedai sehingga alhamdulillah tdk perlu mata keranjang ini melihat lagi dia, hihihi. Aq tahu klo di kedai itu masih si doi krn beberapa kali check klo tengah malam kesana dgn sepeda, dari bentuk selubung etalasenya sptnya memang masih dia yg jadi karyawan Uni Lina bangsat ini. Dan dikonfirmasi oleh penglihatan sekilasku satu tadi walau mungkin rasa2nya sebelumnya juga pernah melihat sekilas juga satu kali lagi.

Aq memang sempat men-check mungkin sampai dua tiga kali krn sebetulnya aq sangat berharap ia tdk lagi beredar di sekitar sini. Kusempat berharap Ni Lina kenapa tdk buka gerai BFC itu dekat rumah suaminya itu saja yg kulihat ndak ada kompetitor jualan ayam goreng disana. Dan terakhir kuketemu dia rasa2nya ia sudah mulai mengandung lagi kan harusnya kasihan si doi masih harus bolak-balik begitu jauh setiap hari. Saking merasa terganggunya aq dgn kehadiran betina yg satu ini aq sampai2 berdoa minta ia ditabrak mobil atau apalah krn yg penting bagiku tak ingin lagi ia ada disini (krn merasa terganggu). Tentu saja kemudian aq tobat telah berdo'a yg buruk spt itu, krn aq udah berdo'a agar ia pindah kerja ke tempat lain yg jauh atau gaji/penghasilan suaminya bisa dobel sehingga ia tdk perlu bekerja lagi kesini tak kunjung juga dikabulkan tuhan. Kan, ndak mungkin aq yg pergi dari tempat ini dear....

Oke kita mulai masuk ke cerita cintanya lagi, mumpung kejiwaan gw jauh lebih stabil kini krn sebagai pejantan tdk lagi secara visual fisik harus melihat betina ini. Jadi begini, rasa2nya ini belum pernah kutuliskan walau sudah lama juga agak kusadari; setidaknya setelah terakhir aq menulis mengenai ini (yg fokus masalah dimirip2in warna baju itu). Kupikir2 belakangan ini secara fisik gw sama si do'i sptnya punya kemiripan wajah. Makanya, walau gw bukan tipe yg mudah terpikat pd seekor betina begini akhirnya meleleh juga setelah berbulan2 harus setiap hari melihat si dia. Jadi bukan sekedar faktor gw masih sendirian hidup tanpa pasangan hingga menjelang tua bangka ini, hehe. Konon, secara genetik sel2 tubuh kita akan bereaksi terhadap mitra frekeunsinya. Tapi itu secara fisik, alias badaniah atau ragawi. Secara kejiwaan gw masih jijik pd betina itu, pada moralitasnya dia (terlepas dari pemakluman krn ia memang kurang berotak); terlebih jika beberapa asumsi gw ini bener adanya. Makanya gw berani mengambil sikap mengusir dia dari sini alih2 berusaha mendekati krn buat gw ini hanya ketertarikan seksual semata, bukan koneksi hati.

Jadi krn kemiripan fisik ini gw mulai dibuat berkhayal, dan curiga jangan2 ia gantiin Yani yg sebelumnya bukan sekedar krn Yani ini menikah saja. Kenapa? Krn Rani ini dulu pernah cerita klo Si Yani kini jagain kedai cabang di Lapai. Padahal jarak rumah Yani kesini lebih dekat dan jarak rumah dia/suaminya ke Lapai juga lebih dekat. Kenapa bukan Si Yani yg kembali kesini? Taroklah ada alasan kedai di Lapai belakangan buka atau hal2 lainnya yg ndak gw ketahuin tapi faktor kemiripan gw dgn Si Rani ini bikin gw berkhayal: jangan2 memang Yani sengaja minta digantiin Rani (yg sudah jadi istri orang ini) dan cerita klo ia lihat gw mirip secara perwajahan dgn si doski. Dan lalu kesinilah ia utk melihat2 dan membuka kemungkinan baru... huahahahahaha. Tapi mungkin krn agak bodoh ia kurang menyadari bahwa tindakan (nanggungnya) itu justru menyiksa gw yg hidup tanpa pasangan hidup begini, hiks hiks hiks.... Terus terang dari gesturnya hingga cara ia mengembalikan uang kpd gw yg seolah2 mau bilang harusnya elu yg ngasih gw uang itu menciptakan persepsi pd feelingku bahwa ia juga tertarik sebagaimana tertariknya aq. Malasahnya ia sudah bini orang dan sudah punya anak satu dari lakinya itu. Karena itulah salah satu spekulasi gw ia mulai pasang harga klo emang gw mau berjuang utk merebut dia dari swaminya yg sptnya tipe lelaki yg tunduk di ketiak istri (asalkan) cantik itu (ya sudah cocoklah, pasangan laki bini tolol). Yaoloh, betul2 menyiksa kejiwaan gw lo to ye betina!

Akhirnya sudahlah cerita ini juga sudah cukup panjang sptnya. Mudah2an info penting (penting buat jembutku) terkait ini sudah sempat gw tulis semua. Dan sikap gw sekarang ini sangat fix berharap kpd tuhan agar dijauhkan dr betina itu atau terjerumus lagi jatuh hati (ataupun teransang fisikal semata) kpd betina2 yg spt itu yg sebetulnya sih klo kita pasang standard moral umum ttg watak wanita yaaa biasa2 saja sih. Toh para betina ini memang jual tubuh kok dimana2 yg sebenarnya walau pakai kedok pernikahan adat/agama kpd satu org pelanggan tetapnya bernama suami resmi, hehe. Kaidahnya kaum wanita kan gitu: hati boleh ke Si A, tapi nanti ngentotnya dgn Si B yang mampu bayar, hihi. Lahhh klo gw gak mau menerima kenyataan umum yg spt ini pantas ajalah gw masih membujang hingga kini, haha. Sekalian salah satu motivasi gw menulis lagi ttg perkara ini kali ini adalah bahwa gw mau mengumumkan kpd siapapun pihak yg membaca ini (klo gw publish) yg berkait dgn peristiwa ini mohon bantu gw selagi masih membujang gini tolong dong jgn pernah beri kesempatan kpd perempuan bangsat itu utk ada di dekat gw lagi. Sekaligus terimakasih kpd YTH Gusti Alloh SWT setelah berbulan2 memohon dan berdo'a akhirnya gw dijauhkan dari betina kalumbuk ini sekitar 100 meter jaraknya lumayanlah, hahahahahhaha. Alhamdulillah...





"Akhir Kisahku" Dengan Si Betina Montok Cantik Dari Kalumbuk Itu

Yupss, sptnya akhirnya kita nyuampe juga di ujung kisah2 asmara mewek2an gw yg recently ini. Masih banyak rasanya perihal dalam artikel2 episode sebelumnya yg perlu dilengkapi, mudah-mudahan kapan2 sempat. Mudah2an masih banyak detil yg bisa gw ingat, terutama artikel episode dua tentang tragedi mata gw "sengaja gak sengaja" melihat pinggang dan belahan atas pantat putih mulusnya itu; yg melambungkan obsesi gw makin tinggi kepada tubuhnya selama berminggu-minggu dan mungkin udah hitungan bulan hingga kini. Kebetulan selain mo menulis ttg mabuk kasmaran gw pada Si Rani tsb--yg perasaan gw dipingpong-pingpong antara sangat pengen dan sangat tidak pengen utk menuliskannya saat ini juga, saat peristiwa masih teringat fresh sekaligus juga masih on going process dan sekaligus juga punya direct real-big impact ke kejiwaan gw--gw juga punya kabar terbaru tentang perjodohan gw kepada anak gadis Ikurkoto sana (yang tadinya sempat kupikir gak jadi juga krn kelamaan update responsnya).

Pertama kita bahas dulu tentang Rani (bukan) Oktafiani ini saja dulu. Yupss, ternyata gw salah ingat nama belakangnya pada tulisan yg gw tuliskan terdahulu (ataukah jangan2 ia berbohong tentang ini?). Terakhir gw mengunjunginya adalah Sabtu pagi menjelang siang kemaren; saat gw menuliskan ini sudah hari Rabu pagi nih. Di percakapan terakhir itulah gw dikoreksi bahwa namanya adalah Rani Nofiyanti (entahlah klo ini gw salah ingat lagi). Jadi begini. Sekitar seminggu yg lalu gw diserang demam, bersamaan dgn kabut asap kiriman Riau sedang menggumpal mengurung Kota Padang. Masa puncak sakit gw adalah klo ndak salah ya sekitar Rabu hingga Jum'at minggu kemarin itu, walau kali ini gak parah amat spt biasanya.

==intermezzo sebentar: sekarang jam 9 pagi, jam biasanya ia datang diantar suaminya, dan klo aq lagi kebetulan nyuci mobil di seberang jalan aq akan diberikan "atraksi" menarik saat ia sedang menyapu atau melap-lap kaca etalasenya sambil menggoyang-goyangkan pantat bohaynya itu==

Ok, kembali ke gw yg minggu kemaren jatuh sakit. Apa yg menurut Anda akan terjadi pd seorang laki2 yg sedang terkapar di saat bersamaan sedang memendam "jatuh cinta"? Ya. Di saat gw hanya bisa banyak berbaring dan akhirnya hanya banyak berkhayal, gw harus menahan pedih di hati merindukan sesosok (tubuh) perempuan yg mungkin saat gw membayangkannya sendirian di atas pembaringan--mungkin juga sembari mengelus-elus sendiri "burungku" yg belum kunjung dapat "rizqi" kebagian ini--ia mungkin malah sedang dikentot oleh suaminya itu di rumah mereka di Balai Baru atau Kalumbuk sana. So sadly, ya tapi itulah ujian pemberian Tuhan yg mesti gw jalani. Nah, saya ingat betul Jum'at malam itu gw hampir gak bisa tidur hingga pagi memikirkan dia terussss. Tidur sebentar lalu kebangun langsung kepikiran dia. Begitu terus hingga pagi. Gw kangen, eh ia mungkin malah sedang bersenggama dgn lelaki lain. Hiks hiks hiks, wkwkwkwkwk.

Karena itulah esoknya hari Sabtu gw gak mampu menahan diri lagi utk tdk "mengunjunginya" ke kedai itu yg pd akhirnya berakhir cukup tragis juga (kalo benar betul2 ini semua sudah berakhir dan asumsi gw selama ini memang salah poll). Tapi sebelum ke cerita obrolan gw dgn Nyonya Rani (ternyata) Nofiyanti yg (katanya-koq gw masih ragu juga ya, hehe) masih istrinya Tuan Rafi ini Sabtu itu, gw akan tarik dulu cerita ke beberapa hari sebelumnya sebagai latar penting dan juga bagian cerita penting tersendiri juga utk gw dokumentasikan; terlebih terkait dgn kisah kasmaran gw kali ini. Jadi, klo ndak salah hari Selasa minggu kemaren itu--mungkin sebelum gw pergi berobat ke Puskesmas--pas momen gw lewat melintas rumah spt biasanya dan kebetulan lagi mata gw terpaksa melirik pada pantat bohay adik Rani ini--yg sampai sekarang gw masih curiga apa ia sengaja? Mungkin hanya di pengadilan akhirat nanti kudapatkan jawabannya--gw dibuat tdk mampu lagi menahan emosi kejiwaan gw pd waktu itu yg super ingin meledak. Klo ndak salah ini juga ditambah pantik oleh kenyataan lagi2 gw lihat Bapak kandungku sendiri jadi faktor penghalang.

Ini harus gw jelaskan lagi. Jadi begini, dalam banyak hal aq merasa bapakku ini kemungkin tanpa ia sengaja selalu jadi penghambat bagi apa yg kurencanakan. Mungkin inilah yg dimaksud Gusti Allah bahwa di dunia ini seorang anak diuji dgn bapaknya dan bapaknya diuji dgn anaknya. Jadi, alih-alih ia jadi org terdekatku yg harusnya jadi penolong kesulitanku, malah kalo ia gak ada itu jauh lebih baik bagiku. Di sisinya pun aq ini juga adalah ujian baginya: ia ingin punya anak kaya dan sukses supaya bisa pamer dan meraih posisi strata sosial yg ia tak mampu utk raih tapi kenyataannya anaknya ini... ya beginilah, hehe. Nah, mulai mengerucut ke kisah kasmaran recently gw: gak tau apa ini sudah kutuliskan sebelumnya atau tidak, salah satu cara bagi gw utk meredam birahi seksualku pada Si Rani ini adalah dgn sedikit memperjauh jarak pandangku ke tempatnya berada dgn sedikit mengubah lintasan bolak-balikku dari rumah baru ke rumah lama. Nah, kebetulan di hari Selasa itu lagi2 Bapakku duduk2 di tempat yg ingin kulewati dan membuatku aq gak nyaman lewat sana. Perlu ditambahkan, rasanya ini belum kucatat: salah satu jalan yg kubuat menjauh itu berkali(!) ditutup lagi oleh Bapakku ini walau mungkin ia sama sekali tak tahu alasanku ini.

Merasa stress ditekan dari segala sisi itulah, Selasa kemaren akhirnya meledak! Di depan pintu rumah lama aq selama beberapa menit memukul-mukul apa aja yg bisa ditinju sampai lecet2 hingga sekarang nih tanganku, hehe. Dan sptnya Rani ini juga jelas mendengar dari kedainya, krn adik Uni Dona itu saja sampi mengintip-intip dari kedai laundry-nya. Aq baru berhenti setelah bapakku mendekat. Aq masuk rumah dan tdk ada memang yg perlu dipercakapkan dgn dia krn yg bisa kulakukan hanya berdo'a atas batas kemampuannya utk berbuat baik kpd anaknya ini. Nah, kemudian sehabis marah2 pada triplek, bak plastik, bahkan menendang keranjang besi ini aq lalu tak bisa menahan diri lagi utk tdk mem-whasapp langsung Ni Lina minta ia dan kedai ayamnya itu (dalam bahasa simpelnya) sesegara mungkin pindah saja. Dan kulihat malam dan besoknya ia memang berangsung-angsur mulai mengosongkan kedainya selain kedai ayam Rani ini yg ia minta waktu utk mendapatkan tempat baru.

Walau marah dan mungkin juga mendendam pada betina ini, pada kenyataannya ketika terkapar sakit--nggak sakitpun aja gw tiap bentar kepikiran ia (dan tubuh montoknya itu) sih--gw jadi miss her so much. Bukan tak mungkin di malam2 pesakitan fisik sekaligus "sakit jiwa" oleh perasaan rindu seberat Dilan itu gw dibuat berlinang air mata membayangkan ia disana justru sedang berasyik masyuk di atas ranjang dgn swaminya, yeahhh. Oh ya, ini kayaknya catatan nyempil nih tapi rasa-rasanya penting utk ditulis sekarang juga sebelum gw lupa lagi menyelipkannya: belakangan selain faktor mirip-miripin warna baju itu--spt yg sudah gw tulis sebelumnya--sptnya gw dan dia itu juga punya kemiripan secara fisik wajah. Makanya gw jadi sempat over-ekspektasi menduga-duga Yani meng-over pekerjaan di tempat ini kpd temannya yg sudah kawin ini adalah krn pikiran spt ini juga. Tambah lagi ini sptnya juga belum gw tulis: gw sering kali merasa semacam "lintuah" jika teringat dia yg seolah-olah mensugesti gw bahwa kita punya frekuensi yg sama dan ia juga sedang begitu pula merasa sama gw di saat bersamaan (bahkan saat sedang digenjot kontol suaminya pun gw bayangnya ia berkhayal dimasukin kontol gw, hehe).

Kembali ke Jum'at malam itu, kulihat saat itu pukul 9 malam kedainya juga masih buka yg kemudian menghadirkan asumsi dalam diri gw bahwa ia ingin melihat gw lewat dulu malam itu dalam keadaan baik2 saja krn kemungkinan ia tahu gw sakit mulai dari baju yg gak ganti2 hingga 3-4 hari atau tentunya ia lihat pas Jum'atan gw gak keluar bawa mobil cuma mindahin posisi saja di garasi. Nahini lah, asumsi2 yg kita tdk pernah tahu kebenarannya itu membuat gw malamnya jadi makin menjadi2 memikirkan dia juga. Dan akhirnya, esoknya Sabtu itu--kebetulan badan mulai agak baikan--gw nekat mampir ke warungnya. Dan apa yg terjadi?

Dgn tampang kumal abis sakit demam dan sudah nggak mandi paling tidak 3 hari--paling tidak ini lho, xixi--serta mengenakan baju lecek yg robek dibawah ketiak, entah gw rencanakan atau spontan gw membelokkan langkah kaki mengarah ke kedainya. Ia sedang masak biasanya di jam segitu. Di percakapan ini gw diyakinkan lagi, dan ia konsisten, bahwa ia masih (tidur) bersama suaminya. Tambahan juga: klo kuperhatikan ke arah perutnya, sekarang kelihatannya ia mulai berisi alias mulai hamil? Bahkan ia menolak waktu gw minta nomer telpon. Tapi terus terang gw masih curiga dgn kalimat dia 'Rani lah lamo jo inyo' yg seolah-olah menyiratkan bahwa walau ia suka sama gw pun ia gak bisa krn ia sudah lebih dulu "dibeli" oleh lelaki lain. Terus terang obrolah gw kali ini lebih vulgar lagi dari percakapan sebelumnya, walau gw tdk sampai menyuruh ia meninggalkan suaminya yg bernama Rafi itu.

Dan seandainya ia benar memang masih ditiduri oleh suaminya ini--entah ia emang ada suka sama gw atau apalagi tidak sama sekali--maka celakalah gw saat itu kalo sampai talongsong (apalagi secara) vulgar mengajak ia berhubungan badan (kalo perlu gw bayar) saking sudah lamanya gw menanggung derita terobsesi melihat badan semoknya itu. Seingat gw saat itu ada di pikiran gw utk diucapkan dgn cara terbaik dgn alasan ia telah membuat gw menderita hari2 ini dan berharap jika ia juga punya perasaan sama gw (pun masih bersama suaminya) sudilah kiranya utk setidaknya sekali saja menghibur gw dgn memberikan kepuasan utk obsesi fisik-biologis ini. Untunglah tdk jadi terucap dan se-tdk-nya gw menyelamatkan nama baik keluarga gw dari rasa malu (pun, mereka pantas utk itu krn membiarkan anak laki-lakinya ini membujang sampai umur 36, hehe).

Mungkin krn gak tahan dgn bau badan gw--padahal kupikir mestinya bau gorengan ayam bisa menutupinya--sekaligus ia mungkin juga kurang punya perasaan atau memang sama sekali gak ada feel apa2 ke gw, Rani ini kemudian sptnya memanggil adik Uni Dona utk datang sehingga gw tdk lagi bisa "mengganggu" dia ngobrol berdua saja. Mungkin juga krn ia menangkap ucapan gw makin mengarah mesum dan krn juga punya perasaan sama gw tdk ingin terjadi hal2 yg diinginkan inilah juga penyebab ia pengen gw berhenti menggodanya. Yg jelas dari pertemuan terakhir ini adalah menyadarkan gw utk apapun lah asumsi dan dugaan gw kepadanya, fakta terlihatnya (pun ini kebohongan) adalah ia masih bersuami dan ia tak tertarik pd gw. So, the end of story. Good Bye obsesi gw akan pinggang dan belahan pantatmu yg putih mulus itu! Gak tau nih klo punya uang apa gw jg tegar begini; klo ada uang sang raja solusi kongkrit yaa semua cerita panjang lebar begini tdk akan perlu lagi, hehehe.

Dari Rani ini gw juga jadi tahu klo kedai ayamnya ini masih 2 bulan lagi baru dipindahkan. Berarti masih utk 2 bulan ke depan gw akan menderita utk akan melihat dia terus--beserta segenap dandanan-setelan pemantik birahinya itu--utk hampir setiap hari. Pindahnya klo gw tdk salah tangkap sih cuma ke balik jalan bypass sana, tapi ini sangat signifikan membantu krn pas melintas antar rumah yg pasti sering gw selamat dari harus melihat dia lagi. Paling gw cuma bakal lihat klo jalan ke arah Tabing atau balik bypass sana. Walau masih 2 bulan lagi gw akan selamat dari tergoda tubuh betina bohay semok dari Kalumbuk ini, untunglah ada kabar gembira baru lagi baru2 ini sehingga mungkin ini juga yg membuat gw tegar utk menulis kali ini. Fokus gw mulai dipecah kpd perempuan lain.

Cukup lama gak didengar konfirmasinya, ternyata gadis Ikurkoto itu memberikan juga nomer telponnya. Kulihat picprofilnya di Whatsapp memang kurang menarik walau jelek2 amat juga tidak; dan ini agak membuat kuatir tdk sanggup menetralisir kesengsemku sama Sang Rani. Semalam sudah kukirim pesan utk ketemu tapi hingga tadi kucek sptnya ia belum online utk melihat. Walau kurang tertarik secara visual/fisik--mirip hubunganku dgn Bu Inoo nih, hehe--namun aq bertekad utk berusaha meneruskan ini setidaknya dalam naungan ideologi yg anti kemapanan formula perkawinan manusia: wanita cantik dan lelaki beruang = perempuan komoditas/ dibayar. Aq bertekad utk yg penting adalah apakah secara moral ia dalam spektrum yg sama dgnku. Berkebalikan dgn Rani ini yg membuatku hanya tertarik secara fisik walau secara moral aq bahkan tdk ingin punya anak perempuan spt dia. Walau aq khawatir juga jika secara moral juga masih cukup jauh atau beda paradigma apakah aq harus melepaskan kesempatan ini dan membuka peluang utk terobsesi lagi pd betina Kalumbuk yg terlanjur sudah pernah kulihat auratnya itu yang notabenenya juga tdk akan pindah jauh nanti (yg pun pindah jauh, aq sudah terlanjur tahu dimana rumahnya!). Akhir kata semoga Allah mengurangi bebanku utk masalah kebutuhan dasar biologis (baca: kontolku) akan lobang wanita ini dan aq bisa mencurahkan pikiranku utk hal2 yg lain lagi. Semoga, ya Gusti....





Aku Sayang Pada Vaginamu, Aku Jatuh Cinta Pada Tubuh Montokmu Itu

Baiklah, karena sekarang keadaan jauh lebih stabil dan gw juga melihat indikasi2 baru yg kembali ke "bandul dugaan positif", gw memutuskan utk khembali lagi menulis ttg story of myluv ini. Yeahh, ini adalah tulisan ketiga dari serial curhat-curhatan cinta-cintaan gw yg terjadi akhir2 ini (dan yg jarang2 terjadi ini); yang padahal di umur sudah 36th ini belum juga punya pasangan hidup meski normal2 aja secara seksualitas. Straight tulen, hobi nonton video porno, masih mampu utk tegang dan memuncratkan dgn derasnya jika tdk sedang terlalu sering merancap seharian (yeayy! gw kembali menggunakan bahasa yg blak-blakan sejak narasi intro). Sepertinya utk kali ini gw sudah siap mental juga utk publish terbuka saja di blog gw nanti, take that risk. Lagian buat apa nulis artikel di blog kalo cuma berstatus draft spt dua episode sebelumnya, hihi. Untuk yg serial artikel yg dua sebelum ini gw masih pikir2 apa dibuka saja. Lagipula yg tulisan kedua juga belum selesai, sptnya masih banyak hal yg mesti didokumentasikan sebelum lupa. Kalo alasan malu keumbar rahasia, rasa-rasanya sudah tdk relevan lagi--meski peristiwa masih sedang berlangsung, belum menjadi past tense--karena toh di tulisan ketiga ini gw sudah vulgar banget kan sejak ti judulna eta, hehe.

Namun tetapi, sebelum melanjutkan mengingat memories hal2 pengalaman belum tercatat untuk tulisan episode dua tentang "tak sengaja" melihat pinggang-pantat mulus si betina itu gw memutuskan dulu nih menulis pegalaman ter-update biar lebih fresh ingatnya walau serial tulisan jadi kurang kronologis. Salah satu yg memicu gw utk kembali menulis tentang ini adalah krn semalam ia masuk lagi jadi aktris dlm mimpi gw. Sebelum antara kali ini dan dua mimpi yg pertama--yg sudah gw catatkan di tulisan episode satu--rasanya ia juga sudah pernah masuk mimpi gw lagi lebih dari sekali mungkin. Cuman krn kemaren2 gw sedang dlm periode "kesal sangat" padanya dan sangat tdk ingin mengingat-ingat dia (walau kenyataannya toh tetep aja keingat krn tiap hari ia juga kelihat), gw waktu itu memutuskan utk tdk menulis apa2; sehingga jelas saja utk saat ini mimpi atau mimpi2 ttg dia yg sebelum2 ini tsb entahlah jalan ceritanya gimana, wkwkwkwk.

Sekarang sudah siang menjelang dzuhur, apa ya yg masih gw ingat ttg mimpi semalam itu kali ini? Hmm, sptnya juga sudah mulai lupa. Gw juga cuma ingat dlm scene yg singkat itu ia mengenakan baju berwarna pink. Dan ini ada kaitannya nanti dgn apa yg akan gw ceritakan disini, pun juga dgn tragedi "ngintip" atau lebih tepatnya mungkin: "terintip" celana dalamnya ketika melihat pinggang mulus tsb dlm kisah untuk tulisan dua yg sptnya belum sempat gw tuliskan tuh. Yang masih bisa gw ingat adalah: dalam scene lainnya gw bertemu dgn temennya Si Yani (yang jaga BFC sebelum dia) yg bilang sama gw kalau mungkin saja ia sedang hamil tapi menyembunyikannya. Walau kesannya bandul negatif tapi ini malah penting utk memberi siraman positif bagi kejiwaan gw malah. Berbarengan dengan kemaren gw beres nonton film The Last Summer (2019) yang terdapat kisah seorang suami yg menembak dgn shotgun bininya yg sudah tdk cinta lagi padanya krn memutuskan pergi dgn laki2 lain. Salah satu pelajaran spritual yg gw dapat dari jatuh hatinya aq kepada adik Rani Oktaviani yg sudah beranak dan pernah dikentot laki-laki lain ini (entah masih bersuami atau mungkin juga sudah pisah) adalah: mencintai tanpa harus memiliki. Klise memang. Bahkan bisa akan dikatakan utopis bahkan delusional. Tapi gw kira ini bukan hal sepele atau bisa diignoransikan saja; sama sekali. Jika kita tdk letakkan hubungan cinta antara laki2 dan perempuan dgn peniadaan kpd selain mereka berdua (klo lagi kasmaran org biasanya ingin planet bumi ini hanya dihuni mereka sepasang saja, supaya tdk ada gangguan atas keintiman mereka)--termasuk Tuhan yg menciptakan dan memiliki (hati) mereka berdua--maka kita akan bisa paham dan meresapi paradigma bahwa jatuh cinta kpd pasangan bukan berarti menjadi "memiliki" dia. Bahkan filsafat kontra-posesifitas ini secara ekstrem juga kita bisa terapkan kpd benda2 lainnya yg diciptakan Tuhan; bahwa secara hakikat kita sebenarnya tidak pernah memilki apapun. Bahkan tubuh pun jiwa kita adalah milik-Nya. Hueh, sok dalem gw jee, qiqiqiqiqi.

Beberapa waktu yg lalu pelajaran moral dari film Holliday (2018 mungkin) yg bercerita ttg stupid-bimbo cantik piaraan seorang mafia Denmark yg berlibur ke Yunani juga menguatkan gw utk meredam obsesi (parahnya mungkin cuma) seksual/fisik gw (sebagaimana tergambar di judul tulisan kali ini) terhadap Si Rani yg cantik parasnya dan super-bohay bodynya ini. Kemampuan gw utk menahan ledakan hasrat gw beberapa waktu yg lalu telah membuat gw sanggup utk mungkin sudah hampir sebulan ini tdk pernah sekalipun menemuinya ke kedainya disana yg disini juga padahal itu. Maksudku, aq mampu utk menahan diri dari obsesi seksual kpd seorang wanita (yg kuduga juga suka kpdku) yg padahal setiap hari cuma berjarak 10 meteran dari "kamarku", haha. Sekali lagi setiap hari lho.... Satu lagi aspek yg membantuku akhir2 ini dari penderitaan obsesi cinta biologis ini adalah aq mulai lagi akan dijodohkan oleh ibuku dgn seorang wanita lain yg masih agak satu kampung dgn kami. Seolah ini salah satu jawaban dari berbagai opsi yg ku-do'a-kan kpd Allah Taala utk mencegahku dari berbuat nekat berbasis asumsi yg ternyata bertentangan dgn fakta yg diluar kemampuanku utk mengetahui. Etek dan ibu dari seorang anak perawan di daerah dekat kantor KUA Ikur Koto sana sudah membicarakan kemungkinan menjodohkan kami, meski per hari ini gw belum juga dapet nomer telfonnya. Mungkan krn ianya sendiri pastinya mungkin ragu juga akan dikawinkan dgn org yg: sudah tdk dikenalnya, juga sudah terus terang terlihat "tidak mampu" utk kasih makan.

Perempuan ini sendiri mungkin sarjana pendidikan matematika dari sebuah universitas di kota ini krn katanya sempat bekerja jadi honorer dan sekarang di rumah saja bantu2 papanya ka sawah. Umurnya juga cukup jauh di bawahku meski tak sejauh Bunda Rani yg baru lulus SMA sptnya sudah dihamili org ini (sudah pasti krn saking cantiknya, gampang utk "dijual" kpd laki). Perempuan Ikur Koto ini sendiri aq belum lihat gimana tampangnya--meski aq bertekad utk tdk mengikuti norma mainstream menilai wanita sbg pasangan dari faktor tampang (yg penting ada lubang, hihi) agar aq sbg lelaki juga tdk dinilai dari faktor uang (meski gw sudah pasti akan beruang, haha) walau terkadang aq memohon jg pada Allah agar wanita ini sedap dilihat jugalah dikit supaya bisa mengimbangi godaan seksual dari Neng Rani yg super duper kecantikannya itu--bahkan aq juga belum tahu namanya. Paling rumahnya aq jadi tahu krn pas lewat subuh sama ibuku sewaktu ke Masjid Raya Sumbar aq dikasih tahu, walau pas lewat lagi besok-besoknya aq tdk lihat lagi yg sebelah mana persisnya. Dan yg pasti aq juga tdk akan mencari-cari tahu (metoda blind date aja) spy tdk ikut-ikutan menjadi pernikahan konvensional antara si vagina yg cantik dgn kontol beruang; walau tentu saja konsensus keumuman manusiawi permasyarakatan kita menganut nilai sakral bahwa yg begitulah perkawinan ideal: kecantikan wanita dgn lelaki yg "mampu bertanggung jawab", kelamin wanita dgn pria yg sanggup bayar!

Mungkin jika ada yg mau-maunya baca kisah gw ini akan komentar: belon apa2 elo udah "selingkuh" aja dari Si Rani montok itu. Spt pepatah yg gw denger di film Ruta Madre (2019) katanya: obat dari patah hati terhadap seorang wanita adalah melihat lebih banyak lagi kepada wanita2 lainnya! Ini memang ampuh. Walau sama sekali case gw ke Rani tsb tdk bisa dibilang patah hati (kalo sakit sih iya, hehe), dlm rangka meredam obsesi biologis seksualku ini kpd si doski akhir2 ini gw perbanyak acara jalan2 ngaler-ngidul keluar rumah. Tentu saja spy tdk krn mingkem mulu di rumah sehingga kepikiran ia terus (yg setiap hari available dlm jarak sangat dekat). Dan bahkan rasanya juga tdk cukup menyalurkan insting purba ini dgn menonton video porno yg terasa hambar begitu kita dipertontonkan Tuhan kpd kemolekan wanita yg nyata riil ada di depan mata. Kebetulan gopay-nya gojek lagi banyak promo voucher diskon, yaa gw banyak-banyakin ajalah jalan2 utk cuci mata ngelihat sebanyak mungkin semua wanita dimana-mana, hihihi.

Okehhh, sptnya tulisan utk episode kali ini juga sudah cukup panjang. Ini ada satu hal lagi yg ingin kudokumentasikan dlm tulisan kali ini selain soal mimpi tadi (dan fakta-asumsi lain yg lain kali mudah-mudahan sempat gw tuliskan): soal warna baju/pakaian. Sptnya di tulisan sebelumnya gw juga belum menuliskan tentang peristiwa kode handuk pink gw dan celana dalam pink-nya Rani tsb. Singkatnya gini dulu: (tapi gini ya, ini mungkin asumsi campur fakta sehingga banyak hal yg masih samar yg membuat gw harus hati2 dlm bertindak) gw ngerasa ada peristiwa saling kode dari warna pakaian yg kami kenakan. Sekali lagi jadi begini: awalnya saya dan Rani cuma punya satu stel pakaian yg rutin/biasa kami kenakan yg hampir persis mirip, yakni saya biasa mengenakan celana pansi hitam dipadukan baju kaos singgalang gw yg dominan merah dan Rani ini juga rutin mengenakan baju dominan merah berpadu celana jeans hitam sekitar sehari dlm seminggu. Saya nggak sering juga mengenakan pakaian dlm paduan spt itu krn buat pakaian sehari2 di rumah saya lebih banyak pilihan--bahkan rasa2nya juga baru belakangan saya menyadarinya--sementara Rani ini paling kurang sekali seminggu itu mengenakan setelan spt itu krn jadi baju kerjanya. Nah, kadang terjadi kami menggunakan setelan matching ini di hari yg sama. Paling kurang yg masih saya ingat adalah sekali ketika saya masang2 barikade di seberang kedainya itu. Waktu itu sampai detik ini saya masih ingat "cara" lirikan matanya ke pakaian saya. Waktu itu aq belum sadar sih ke "match"-annya ini. Hanya kuanggap koinsiden belaka mungkin yg tdk terlalu kuperhatikan (krn waktu itu sedang dibuat emosi oleh sebuah truk yg putar arah di tempat yg tdk seharusnya). Apalagi akhir2 ini dlm periode "kesal" atau pura2 kesalku kpd dia--mengapa disebut begini, mungkin lain waktu nanti diterangkanlah--aq malah menghindari saling kode warna baju ini justru krn mulai menyadari responnya, hehe.

Nah begini lagi, pada suatu waktu antara sebelum periode kesalku terakhir ini dgn "tragedi" handuk pink, cd pink, dan kelihat pinggang-pantat mulusnya itu--ini mungkin di lain waktu juga diceriterakan detail peristiwanya--aq memang pernah kusengajakn mengenakan warna setelan full-ungu/biru/donker spt salah satu setelan rutinnya Si Rani ini. Awalnya paginya aq hanya mengenakan kaos unguku berpadu celana pansi hitam spt biasa dan ia pd hari itu kulihat datang dgn setelan full-biru spt rutin biasa (dari jilbab, baju, celana, dan mungkin juga celana dalam dan BH-nya? dan pembalutnya?). Nah siangnya krn mau nganter mama ke pasar dan bank, aku lalu mandi dan ganti baju. Nah, supaya tato di lengan kiriku ndak kelihatan sewaktu nyetir mobil maka kupakailah baju kemejaku yg berwarna bitu sekalian memirip-miripkan dgn baju Si Rani krn tadi pagi aq sudah konfirmasi-lihat ia kenakan itu. Namun kali ini aq tdk mengenakan celana pansi hitam spt biasanya, namun sengaja kupilih celana jeans sehingga komplitlah berwarna full-biru juga! Sewaktu aq lewat depan kedainya aq yakin melihat ia spt bereaksi menatap dan suprise, hehe. Kalo nggak salah kesan ini timbul krn ada politik berusaha sembunyikan diri juga dari dia--sebagaimana juga politik menghindarku utk menahan birahiku, hehe--yg masalah ini mungkin di tulisan lain nanti akan terbahas.

Nah akhirnya aq bisa sampai apa topik inti yg membuatku teransang utk menulis lagi kali ini. Hari sabtu/malam minggu kemaren Si Rani ini mengenakan satu lagi setelan baru yg belum pernah ia kenakan selama menjelang sudah delapan bulan disini. Jadi Rani ini selama berbulan-bulan kerja disini selalu rutin bergantian mengenakan sekitar lima atau enam paduan setelan pakaian. Tampilan paling cantik dan bohay-nya sudah pernah keceritakan adalah saat ia pakai baju kaos hijau yang dipadukan "semacam" celana bahan/tidur putih bercorak hitam yg sangat mempertontonkan bokong atau pantat montoknya itu. Beberapa waktu lalu, gw masih ingat persis di hari sabtu/malam minggu juga ia baru menambah setelan baru yg terlihat sangat cantik juga dan ini kulihat juga ada hubungannya dgn politik tarik menarik antara kami--jika asumsiku bahwa itu disengaja utk menarikku tidak salah--yg mungkin akan lebih jelas di bagian tulisan lain nanti; ya nanti, sabarlah. Nah ini yg dari tadi ingin kudokumentasikan di dalam tulisan kali ini bersampingan dgn cerita mimpi di awal tadi: hari sabtu sebelum Idul Adha kemaren ia mengenakan pakaian paduan baju hijau--sptnya bukan kaos yg biasa ia kenakan dlm paduan cantik dgn celana non-jeans putih corak hitam itu, gw gak bisa memastikan juga krn hanya melirik sekilas dari jauh krn masih dalam periode berusaha menahan birahi nih, hehe--yg utk kali ini dipadukan dgn celana jeans hitam! Ini adalah salah satu setelan warna baju dan celana yg sering kupakai juga dan kurasa paling rapi dan ganteng klo mengenakannya (krn baju yg lain mungkin sangat kucel bahkan sudah robek2 masih kupakai juga).

Walhasil, "bandul negatif" yg terjadi pd percakapan terakhirku dengannya kini bergerak ke arah sebaliknya lagi! FYI juga perlu sekalian dicatat disini, hari sabtu itu aq keluar bawa mobil sejak siang hari ke Pariaman hingga Tiku. Maghrib waktu udah mau pulang deket BIM, mamaku nelpon minta diantar jemput nasi bungkus untuk panti di sebuah rumah makan (yang deket rumah Rani ini dan suaminya). Nah, sewaktu nyampe rumah dari BIM sebelum ke rumah makan itu pas mutar mobil aq lihat ia berusaha nongol dari balik etalase kedainya seolah ingin memperlihatkan baju baru yg ia kenakan sambil bilang: kita mirip lho! Kemudian juga sudah dua kali terakhir ini kulihat bukan lagi laki2 yg menjemputnya melainkan perempuan juga, entah adik atau kerabatnya (atau adik suaminya klo mereka masih tidur berdua, haha) plus malam lebaran haji dua hari yg lalu itu sampai aq masuk rumah juga masih buka kulihat kedainya. Sehari sebelumnya (jum'at malam)--pas para perempuan ini mulai yg jemput (bukan cowok spt biasanya/yg katanya kpdku suaminya)--aq juga sempat kecele krn sampai jam sembilan malam kedainya masih buka; sehingga aq nggak jadi nyebrang ke rumah tower (ini dibagian lain mungkin cerita latar politiknya, haha). Biasanya sekitar jam setengah delapan sampai setengah sembilan itu ia sudah pulang. Bahkan malam minggu sebelum ini (pas ia kenakan setelan baju yg baru lain itu) ia tutup sangat awal sampai2 aq yg baru pulang dari Pariaman sehabis maghrib jadi menduga macam2 melihat etalasenya ditinggal tanpa tertutup; tapi ini mungkin butuh cerita penjelasan panjang juga di waktu lain krn waktu itu ia aq cuekin juga spt biasa alih-alih kujalan-jalan naik kereta api buat menghibur diri sendiri. Hari ini juga, cuma libur lebaran sehari kedainya kuintip sekilas sudah buka lagi; seolah-olah memberikan tanda2 lagi bagi rindu sepuluh meteran yg nyaris tak tertahankan ini Dik Raniku. Rani, oh dear Rani, kenapa engkau "perumit" prosedur utk menyetubuhimu begini, xixixi. Mungkin spt kata penulis lain yg pernah kubaca: utk apa bersetubuh kalo tdk bisa menjadi satu tubuh, hehe. Oke segini dulu utk dokumentasi nostalgia di masa depan kali ini. To be or not to be, I keep it as a beautiful-painfull-story and sweetest-badass-memory! Tambahan dikit: hari sehabis lebaran haji ia pernah kulihat makai setelan baju putih celana hitam (yg sebelumnya ndak pernah), mirip dgn warna yg sering kupakai sehari-hari. Tapi itu mungkin mencoba baju yg dipakai pas lebaran saja, tdk nyaman utk dibawa kerja seharian sampai malam krn besok-besoknya kulihat tak pernah lagi ia berpakaian spt itu.





(Bukan?) Tentang Cinta Part III, Terobsesi Pinggang Mulus

Akhirnya belum berakhir juga. (Bukan) akhirnya, aq sempat juga untuk menuliskan lagi serial kasmaran gw yg terkini ini (sok sibug lagi.com). Jadi, langsung ke cerita faktualnya saja ya; sebelum gw menceracau lagi dgn analisis dan asumsi ini lalu kecapekan dan yg betul2 fakta belum sempat tertuliskan. Ya, utamanya toh menulis kisah ini utk dokumentasi. Kenangan dan kesan mungkin bisa abadi tersimpang di otak dan memori, tapi detailnya sangat perlu dibuat tertulis begini selagi masih cukup fresh. Aq akhirnya memutuskan juga utk menuliskannya krn skrg sudah dalam kondisi yg agak stabil dibanding sekitar seminggu lewat kemaren--yg kuceritakan dlm artikel sebelumnya sampai mewek dalam shalat dhuha; rencana nanti swafotoku yg masih berwajah dlm kondisi basah oleh air mata tak pajang utk artikel part III INI--alih-alih tadinya menahan diri dari menuliskannya supaya tdk tambah keinget dan makin tertekan. Sekarang konsepnya malah menyalurkan energi kecamuk jiwa kpd something yg I'm good enough at it yakni menulis secara non-klise dan tak normatif (wuihh pedenya). Kan, practice makes perfect katanya toh ya.

Baiklah kita urut dulu cerita-faktanya secara kronologis. Tentu saja ini seingat-ingatnya saya krn baru kali ini didokumentasikan tertulis. Kalo pun nanti jadi gak urut krn langsung dikomen pake analisis krn terasa asiknya begitu ya sudah Anda ikutilah saja kemana tuntunan ketik jemari saya di keyboard kompi petite-ku ini. Awal tahun ini, enam bulan yg silam, terjadi pergantian tukang jaga gerai fried chickennya Uni Lina. Awal dibuka kedai BFC ini dijaga seorang gadis bernama Yani, anak Aia Pacah. Tadinya kupikir ia sodaranya Uda Fernando, orang Mentawai juga. Cukup lama juga anak ini disini, hingga belakangan ia menikah. Nah saat itulah wanita yg akan jadi tema cerita kita kali ini datang menggantikan. Kalo ndak salah ingat kedai BFC Yani ini lama juga tutup sebelum anak yang namanya Rani muncul. Tadinya aq berpikir yang menggantikan ini cuma sebentar dan ada dua orang atau lebih. Belakangan dari Rani aq baru tahu klo Yani sekarang jaga outlet di Lapai dan ialah sekarang yg tetap disini.

Karena sangat jarang beli ayam goreng crepes itu, tadinya sekitar mungkin tiga atau empat bulan pertama ia (Si Rani) disini aq cuma memperhatikan (lebih tepatnya hanya melihat) sekilas saja ia sambil lewat. Jadi tidak melihat wajahnya langsung dari jarak sangat dekat. Tapi bukan jauh juga. Jalur tempat aq biasa lewat mondar-mandir rumah lamo dan rumah tower juga hanya berjarak paling 7-8 meter lah dari posisi para penjaga BFC ini duduk atau berdiri (klo mereka lagi di depan). Tapi spt biasa, aq mengikuti filsafat hidupku utk saat ini utk tdk terlalu kemaruk melihat kpd kaum wanita (kecuali dlm film atau video porno, ini bagian pembahasan lah nanti ya). Nah sebetulnya ngelihat dari jarak agak jauh itupun sebelumnya aq juga sudah menilai bahwa Si Rani ini cantik (menurut seleraku). Nah namanya juga melihat tidak detail makanya aq pikir ia ada dua orang atau lebih krn dari jarak jauh itu ia terlihat lebih menarik mengenakan sebuah setelan pakaian tertentu dibanding pakaian lainnya. Jadi yg namanya melihat sekilas mata ini menilai secara utuh keseluruhan tampilan badannya dlm waktu singkat tanpa spesifik memperhatikan mukanya.

Nah, mumpung masih ingat: pertama kali gw face to face dlm jarak dekat dengan Rani ini baru sekitar dua atau tiga bulan yg lewat (tuh kan detailnya udah lupa krn gak dicatat). Klo ndak salah waktu itu juga bukan dalam rangka beli ayam goreng melainkan hanya memutuskan utk "mendekat" krn "menghormati" cewek ini sudah cukup lama rasanya jadi pengontrak di tempat kita, masa iya gw cuekin terus. Mungkin juga sih waktu itu gw udah modus krn sudah sejak awal rasanya juga ia terlihat menarik dari jarak jauh pun. Ketemu dan ngobrol pertama ini ia mengenakan setelan serba biru. Klo ndak salah waktu itupun aq masih mengira yg suka make setelah baju hijau dan celana putih bintik hitam yg terlihat lebih menarik itu adalah cewek lain. Belakangan baru gw sadari ini adalah org yg sama. Rani ini telihat lebih montok dgn setelan atasan hijau tersebut. Klo pas pakaian serba biru ia agak terlihat lebih langsing. Belakangan krn sudah lebih "hafal" bodynya gw baru menyadari dlm setelan biru itupun ia sama sebenarnya montoknya hehe. Mungkin krn pas ketemu pertama itu kami ngobrol dlm keadaan ia duduk saja. Dan di obrolan pertama ini ia sudah konsisten mengatakan dirinya sudah bersuami dan punya anak satu.

Sesi obrolan dan ketemu jarak dekat berikutnya yg masih bisa kuingat adalah selepas lebaran ketika hari pertama ia buka lagi. Kebetulan ada momen utk obrolan menanyakan kabar lama gak lihat plus gw juga cerita pengalaman berkunjung ke seorang "dukun" sakit perut di daerah tempat tinggalnya. Kalo gak salah di sesi obrolan yang inilah aq diberitahu dia klo ia tinggal di rumah mertuanya (mintuo) yg tentu saja bareng anak dan suaminya lah ya hehe. Kemudian rasa2nya sebelum lebaran ini aq juga sempat ada sesi obrolan lain dengannya tapi yahh aq sudah lupa. Mungkin juga cuma sapa-sapaan sebentar makanya gak terlalu keingat. Mungkin juga cuma chit-chat sebentar pas beli ayam goreng. Kemudian yg masih gw ingat dlm waktu yg lama adalah sesi sapa sebentar ketika ada sampah dari truk sampah yg tergeletak di depan kedainya. Masak yg punya kontrakan tdk peduli sama sekali, sekalian ini kesempatan menyapa lagi cewek cantik ini krn gak tahu topik apalagi yg harus didiskusikan sama istri orang wkwkwkwk. Dan gw masih ingat saat momen sampah tergeletak itu gw agak ragu apakah akan duduk disana utk ngobrol dgnnya. Faktanya berdiri sebentar berkacak pinggang nunggu truk itu ada lagi yg lewat buat gw suruh ambil tapi akhirnya ngacir saja masuk ke rumah.

Sesi obrolan gw dgn Rani ini yg paling keingat sekaligus paling lama (mungkin sejam lebih) adalah baru berlangsung seminggu yg lewat. Gw ngerumpi dgn dia siang menjelang sore setelah paginya gw berlinang air mata di atas sajadah lalu siangnya motong rambut panjang gw mungkin krn stress haha. Jadi menariknya begini--kita mulai masuk ke analisis dan asumsi nih krn kronologis cerita sudah sampai ke ujungnya juga--sebetulnya setelah tragedi mewek dhuha ini gw bertekad utk mengabaikan dia dgn segala pesonanya. Tapi siang itu--sehabis motong rambut dan mandi cakep juga--saat melintas jalur ke rumah gw entah kenapa malah terdorong utk menghampiri dia yg sedang duduk sendiri nonton TV. Asli dah, pas nyampe gw malah pura2 nanyaian stock gas Ni Lina--sama sekali tdk direncanakan sebelumnya, malah opsite dari rencana gw yg pengen menjauh darinya--lalu nanyaian acara Tv yang ia tonton lalu nanyain kondisi gerai minuman yg baru ia buka dan seterusnya percakapan pun bergulir begitu sangat lama. Bahkan ketika ia melayani pembeli yg kemudian (cukup lama juga kami sudah berduaan saja sebelumnya) datang beli ayam goreng gw masih nungguin duduk disana dan habis itu ngobrol lagi. Ini peristiwa paling menarik nih nanti kubahas konten lebih jauhnya.

Sebelumnya perlu saya jelaskan kepada pemirsa ada apa antara aq dan Rani akhir-akhir ini, pun mungkin dari awal juga. Klo dari awal sih gw memang nyuekin. Gw baru terbius femine wile-nya Si Rani akhir-akhirnya saja walau tentu sudah terakumulasi juga sedikit dari sejak awal ia sudah terlihat menarik buat saya (walau awalnya saya abaikan saja). Jadi begini, entah bagaimana ini ya gw harus menuliskan momen per momen yg bikin gw tertarik pada wanita istrinya orang ini (dan nanti juga akan gw bahas kecurigaan gw tentang status masih bersuaminya, walau kemungkinan besarnya memang begitu). Di era-era awal hingga tengah kehadirannya disini, Si Rani ini suka berdiri lama menunggu di depan kedainya sehingga seringlah terlihat oleh mata gw pas mondar-mandir antar rumah gw. Paginya ia menunggu Ni Lina datang bawa kunci dan malamnya ia menunggu kedatangan jemputan (mungkin, hehe) suaminya. Sekarang2 ini (mungkin sudah dua-tiga bulan belakangan) ia dipercaya Ni Lina pegang kunci sehingga bisa langsung buka kalo pagi dan malamnya pas ia tutup sptnya suaminya itu langsung ada bahkan kadang sudah nunggu; atau, dari yg sempat gw lihat, akhir-akhir ini kedai baru ditutup kalo (mungkin, hehe) suaminya sudah akan segera datang yang mana kulihat dulu koq tidak begitu. Nah, kemudian bagaimana ya ngurut ceritanya hihi.

Jadi begini. Kita mulai masuk ke hal-hal yg mungkin banyak didominasi oleh asumsi. Masih banyak yg mesti diceritakan dan masih gw pending nih biar ceritanya gak kacau alurnya xixixixi; mudah2an gw sempat kali ini menulis lebih lengkap supaya lebih jelas argumen dan perspektif yg gw sampaikan. Gw ngerasa dan ngelihat gelagat Si Rani ini berusaha menarik perhatianku. Oke, gw catatkan dulu gesturnya yg menimbulkan tafsir "macem2" dariku ini selagi belum lupa. Selain ia dulunya yg suka berdiri sendiri lama pas datang dan mau pergi di depan kedai itu (ayo, laki2 mana yg bakal tahan utk tdk pedekate pada cewek cakep yg dilihatnya hampir tiap hari manyun sendirian rutin di tempat yg sama), posisi duduknya sebagai penjaga gerai pas banget utk pamer kecantikan kepada mata gw di jalur lewat mondar-mandir gw. Mungkin ini memang tafsiran terlalu dangkal krn Yani pun Ni Lina kalo jaga gerai duduknya juga disana seringnya, tapi khusus Rani ini ada kaitannya dgn peristiwa berikutnya yang terjadi akhir-akhir ini yg akan gw ceritain di nanti. Sekarang gw catat dulu gestur lainnya sebelum lupa. Ia gw masih ingat pernah mengipas-ngipasin (menggerak2an) kedua paha dan kakinya (dlm posisi duduk, seolah2 minta dikencuk) pas ketika gw sedang lewat di posisi terdekat kpdnya di jalur mondar-mandir gw. Tapi okelah ini mungkin saja ia memang sedang pegel bertepatan dgn gw passing through di titik itu. Tapi ini mungkin jadi berkesan krn geliat pegel "menarik" spt itu rasanya tdk pernah kulihat lagi dari sebegitu seringnya gw papasan dgn dia; atau mungkin saja gerak pegelnya saat itu sangat kencang melebihi geliat pegel normal-normal saja hihi.

Kemudian ada momen juga yg berkesan masih ingat sampai hari ini dan ini rasanya sudah terjadi cukup lama: pas gw ada di titik passing through itu juga ia "semacam" mengetuk2 kursi disampingnya (sulit juga nih citra kenangan visual itu dibahasakan ke dalam tulisan) dgn tangan salah satu lagi menahan ke kursi itu seolah-olah ngajak duduk disana menemani (mungkin dari cara meliriknya ke gw juga saat itu yg bikin gw jadi berkesan begini). Nah, ini kemudian terkait juga namun terjadi baru akhir-akhir ini: ia suka gw lihat (sudah beberapa kali) memeluk-meluk kursi di pangkuannya itu. Namun kali ini tidak dari titik itu lagi tadi krn akhir-akhir ini gw mengubah jalur mondar-mandir gw agak lebih jauh dari dia (dan ini akan terkait dan lebih jelas dalam cerita puncak gw berikutnya nanti).





(Bukan?) Tentang Cinta Part II, Toeti Senang Duduk Jaga BFC?

Akhirnya, lanjutan artikelku sebelumnya tentang kisah jatuh cinta-cintaan (atau mungkin hanya birahi seksual semata) ini kusempatkan untuk kulanjutkan juga. Tadinya sebetulnya aq agak enggan menuliskannya. Selain karena terlalu privasi dan mengumbar personal--diriku sendiri malah, sehingga sangat sangat kecil kemungkinan aq akan "berani" mempostingnya secara terbuka di blog, sehingga tidak prioritas untuk ditulis segera buat memenuhi rutinitas mengisi blog agar selalu update--aq juga menilai bahwa semakin aq menyibukkan diri dengan topik ini malah akan membuat semakin berat, galau, dan makin karut marutlah kejiwaan ini karena setiap saat dan detik memikirkannya.

Di artikel sebelumnya aq telah menyinggung tentang kehadiran seorang wanita menarik baru yang sedang berkeliaran di sekitarku. Tiap hari sekarang bahkan; dulu biasanya hari minggu dia libur dan akan ada analisis menarik juga perihal ini, hehe. Makin tinggi intensitas bertemu dan melihat (maklum, mata lelaki nih) maka makin hebatlah kegalauan akan melandaku. Padahal sebetulnya sudah hampir setengah tahun ia ada disini. Mungkin sekitar empat bulan pertama aq bahkan mengabaikan saja sama sekali walau tentu sudah melihat "dari jauh" kecantikkannya. Pertama bertemu dalam jarak dekat mungkin juga baru dua bulan yang lalu; bahkan ke kedainya yang ada di sebelah rumahku ini persis pun (kontrakkan milik ibuku, ya milikku juga hehe) aq rasa-rasanya baru dua tiga kali pergi belanja. Selebihnya, mungkin sekitar tiga empat kali cuma mampir ngobrol saja dan yang terakhir yang paling fenomenal berlangsung cukup lama (baru seminggu lewat dari kutuliskan ini).

Walau mengambil resiko aq jadi makin kepikiran dia dengan makin hebat, hari ini kutuliskan juga akhirnya kisah (yang belum berakhir) ini. Tadi malam/pagi akhirnya wanita ini nongol ke dalam mimpiku. Inilah mungkin tanda saking terobsesinya diriku. Bahkan gawatnya, siang ini saat tidur terlelap sebentar pun ia hadir lagi dalam sekelebat mimpi! Dua kali ia hadir dalam mimpiku cuman dalam waktu setengah hari! Padahal orangnya ada nih lagi duduk-duduk sendirian mungkin di sebelah rumahku saat ini, seperti juga di setiap hari. Makanya mustahil rasanya aku harus menahan diri juga untuk tidak mendokumentasikannya, apalagi ini mimpi (betulan mimpi, bukan impian) yang mudah untuk dilupakan. Rasa-rasanya gak ada pula satupun (dari sedikit wanita) yang pernah aq "suka" yang sampai-sampai muncul dalam mimpi begini; kecuali Nona Iret yang kuceritakan di artikel sebelumnya yang tentu saja sekarang sama sekali tak ada perasaan apapun gw padanya (jatuh cinta waktu kanak-kanak kok, itupun seingat gw karena ia tipe cewek agresif seperti yang kutulis dalam artikel sebelumnya itu). Rani Oktaviani (Octaviani?) nama cewek kali ini--ciehhh gw udah tahu nama lengkapnya--dan ia istri orang, walahhh!

Terakhir aq jatuh hati sama wanita yang bikin mewek adalah lebih 10 tahun yang lalu. Namanya Ani--kok mirip ya, dan aq gak sampai tahu nama lengkapnya karena kuputuskan untuk "melarikan diri"--yang kuabadikan dalam cerpen "Toeti Senang Duduk Jaga Warnet" dan rasa-rasanya aq juga sudah bikin postingan blog atau diari tentang "kasus" ini. Sampai hari inipun aq masih ingat bagaimana aq menangis berurai air mata di kamar rumah sebelah karena kondisiku waktu itu (sekarang pun masih begitu sih, hihi) yang menjadi pengangguran selepas kuliah sarjana kunilai tidak memungkin bagiku untuk memacari/menikahinya dan tentu seabreg pertimbangan lainnya. Butuh sedekade lebih akhirnya perasaan kepada Ani yang cantik manis tersebut sekarang memercik lagi tapi kepada wanita bernama Rani (istri orang pula, katanya); butuh satu dasawarsa untuk nambahin satu huruf R saja, haiyyya. Di selang waktu itu aq juga pernah menjalin hubungan intens bertahun-tahun bahkan dengan seorang wanita mapan (umurnya di atas gw) bernama samaran Inoo yang rasa-rasanya sebagian kisahnya juga sudah kutuliskan.

Tapi "asmara" dengan Nona Inoo ini lebih kepada keakraban, tanpa gairah dan akhirnya tidak ada komitmen jika kita merujuk kepada rumusan teori segitiga cinta. Tentu saja mungkin sebabnya sangat konvensional dalam hukum hubungan jantan-betina: ia bukan wanita cantik, saya laki-laki yang "gak punya" uang. "Perpisahanku" dengannya pun berlangsung senyap karena sudah lama tak saling telpon saja--ya ini hubungan long-relationship yang banyak diisi dengan diskusi filosofis karena ia adalah wanita pintar calon profesor bahkan dalam bidang fisika--walau faktanya (mungkin ini dosa yang tak terhindarkan) aq sudah memuncratkan spermaku di atas payudaranya, hihi. Bukan di atas foto lho ya, karena aq memang pernah datang bahkan menginap di rumahnya ribuan kilometer dari sini di pulau Jawa sana. Mungkin karena bukan cewek bodoh ia bisa menjaga diri tidak sampai buka celana sehingga aq dapat hamili saat itu. Ya, Allah mudah-mudahan "temanku" itu akhirnya bisa mendapatkan pasangan hidup yang cocok untuknya....

Nah, klo kisah dengan Ani tersebut ada gairah karena ia cantik bahkan membuat tergila-gila teman saya. Ada keakraban juga. Nah, kini kisah dengan Nona Rani ini baru tahap gairah. Mungkinkah hanya dari pihakku saja? Nanti dari sejumlah faktor akan kuungkapkan kenapa aq ragu bahwa hanya aq saja yang suka padanya; walau hingga saat ini juga mungkin tidak bisa dibilang ada keakraban. Lah, mengunjugi dia (ngajak ngobrol) yang cuma berada dalam jarak gak sampai 10 meter dariku ini dalam seminggu pun juga bisa jadi tidak pernah sama sekali. Beda dengan Nona Inoo yang seorang dosen di kampus yang notabenenya intelektual, Rani ini cuma gadis "kampung" lulusan SMA yang tentu saja wawasannya sangat terbatas sehingga aq agak kesulitan untuk nyari topik percakapan dengan beliau. Tapi sebetulnya ini menarik juga karena "perkenalanku" dengan Rani ini membuka perspektif baru bagiku untuk tidak lagi menggunakan ukuran pintar atau bodoh (secara kemampuan otak) untuk menilai baik-buruk atau benar-salah seseorang sebagaimana juga kaya-miskin sama sekali gak ada hubungan fix-nya dengan moral seseorang. Peluang seorang pintar dan seorang bodoh untuk menjadi bajingan itu saya kira sama saja. Ini mungkin selama ini agak kurang saya sadari walau sudah lama gw mengenal terminologi white and blue colar crime untuk membedakan penjahat pintar dan yang bodoh.

Oke, untuk sementara ini akan diakhiri dulu. Mudah-mudahan nanti dilanjutkan karena banyak hal yang ingin kutampahkan untuk diceritakan (dan dianlisis, hehe). Khusus artikel/postingan kali ini kugunakan dulu saja buat merekam apa yang ditayangkan oleh dua buah mimpiku pagi dan siang ini tersebut. Di mimpi pertama Nona Rani ini menjadi pemeran utama (tentu saja bersamaku). Bahkan nih--ini mungkin memalukan untuk diceritakan tapi perlu untuk dokumentasi--pada mimpi pagi itu aq terbangun dalam keadaan kontol yang tegang karena nona manis tersebut di akhir mimpi dalam posisi duduk di pangkuan dan menghadapku. Tapi ini juga bukan persis adegan hubungan seksual. Saya mulai agak lupa nih ceritanya; harusnya ini kucatat tadi langsung pas baru bangun. Yang jelas ada laki-laki lain juga waktu itu yang jadi kompetitorku mendekati Rani. Tapi seingatku laki-laki ini juga tidak dalam posisi berburu Rani juga tapi manas-manasin saja. Dan toh di akhir cerita mimpi kan cewek ini melompat ke pangkuanku (padahal di dunia nyata katanya sih punya suami dan anak, hehe). Mungkin karena ini mimpi pagi atau dini hari pas testeron kejantanan laki-lakiku sedang aktif banget maka ia menstimulus cerita mimpi ini untuk berakhir begitu nikmat, hehe. Bagaimana bisa ya?

Kemudian pada mimpi kedua tidur sebentar menjelang zuhur tadi Nona Rani ini cuma jadi background saja. Cerita utamanya berkisar di keluargaku dan depan gerbang rumah tower. Kalo ndak salah ada kedatangan keluarga bapak, ada orang asing juga yang kucurigai, dan yang masih kuiingat ada anak adik ibuku Anggia melakukan jual rumah gadang yang jadi pembicaraan kami di depan rumah. Nah, dari depan tempat parkir mobil itu tuh kan kedai Rani kelihatan persis tuh depannya. Selintas menjelang akhir mimpi kulihatlah ia sedang duduk/berdiri (?) dengan mengenakan pakaian paling manisnya (setelan baju hijau dan celana non-jeans itu) di depan papan dapurnya. Kebetulan seminggu yang lalu itu aq menyarankan padanya dan anak-suaminya untuk tinggal disana saja dan jadikan itu semacam warung makan (ini lain kali kutuliskan, berhubungan dengan peristiwa kebakaran beberapa waktu lalu di rumah lamo Tek Nen dan Butek). Nah, dalam mimpi itu kedai sudah lebih dari sekedar warung jual ayam geprek dan aneka minuman. Ramai dengan orang lain juga tapi rasa-rasanya aq cuma melihat dia sendiri tanpa suaminya yang katanya cowok yang suka antar dan jemput ia itu. Oks, sampai sini dulu ceritanya buat dokumentasi mimpiku selagi masih ada yang diingat bagian-bagian ceritanya. Kapan-kapan banyak yang mesti dilanjut tuliskan termasuk upayaku untuk mengalihkan perhatian dari (terobsesi pada-)nya. Jadi ini kisah cinta atau libido seks yang menuntut untuk disalurkan? Mohon tidak memvonis dulu sebelum mendengarkan informasi-informasi penting lainnya. Hihi, kayak ini penting buat ummat manusia saja ya.





(Bukan) Tentang Cinta, Tentang Naluri Seksual Yang Tak Bisa Didusta

Kutulis narasi ini sembari menahan perih karena hati yang terluka... ceileee segitunya; konti yang terluka (merana) kali! Jadi, kali ini kita akan membahas mimpi, dan hubungannya dengan realita. Mimpi gw tentu saja, bukan mimpi gundulmu! Kebetulan, pun bukan kebetulan, kemaren-kemaren gw juga baru saja baca sebuah artikel menarik di situs BBC tentang topik ini. Ternyata di negara maju sana saking melimpahnya sumber pendanaan bagi riset medik sampai-sampai ada pakar-pakar yang meneliti mimpi secara ilmiah-positivisme-kuantitatif-empirik. Sementara di bangsa pseudo-besar seperti kita masih gak beres-beres perkara vaksin, gizi buruk, hingga memperdebatkan kapan tanggal datang bulan menurut kebenaran. Dan ini (topik mimpi ini) memang wilayah yang mulai masuk kajian metafisis sehingga hasil ekspresimen medis tersebut kulihat juga masih terlalu tidak mendalam; dibanding hasil renungan filsafat misalnya hehe. Tapi yaa lumayan menarik juga sih artikel yang kubaca tersebut. Menyentak memori lagi ketika sedang getol-getolnya kepada psikoanalisis Sigmun Freud saat menimba "ilmu" di bangku kuliah fakultas sastra sontoloyo. Perasaan gw juga tidak pernah sempat baca langsung buku Freudnya yang Tafsir Mimpi itu, tapi koq berlagak paham begini? Kemungkinan lebih karena pengaruh seorang mantan kawan dekat dulu yang sangat doyan dengan Pak Freud homo tersebut xixi.

Jadi begini. Ini mimpi sekitar dua hari yang lalu. Tadinya pengen kutulis segera tapi akhirnya baru kini nih sempat. Kebanyakan tapi ya gw, tapi ya itulah harap dimaklumi. Namanya juga orang penting dan banyak kesibukan. Mudah-mudahan masih cukup ingat summarize-nya karena sering juga gw mempraktekkan teknik me-review dulu sebentar sebelum beranjak dari pembaringan jika kebetulan ketemu mimpi yang sangat indah, halahhh hehe. Untuk detik ini gw belum ingat nih, apakah ini mimpi malam hari, siang, atau sore dan pagi (ya inilah jadwal-jadwal tidurnya orang sibuk ini). Menarik, karena (sepertinya) gak ada angin gak ada hujan, seorang temen cewek yang rasa-rasanya gw mungkin tertarik sama dia dulu sewaktu SD (masa-masa anak perempuan dadanya masih rata dan tempiknya masih lebih rapet ketimbang lobang raket nyamuk elektrik), tiba-tiba muncul ke mimpi gw. Tidak perlu sebut nama lah ya, dan tidak penting juga. Ok, sebut sajalah namanya dengan inisial EW. Mungkin karena EW ini tipe cewek dominan pada masa itu dan gw di masa kecil termasuk tipe anak-anak cowok yang mentalnya inferior (berkat gertakan bapak saya setiap hari hihi), ia menjadi spesial dalam memori gw. Kebetulan lagi, lama tidak bertemu mantan-mantan teman SD ini (terutama yang wanita yang sudah diboyong entah kemana untuk menjadi "budak seks" suaminya), beberapa tahun yang lalu waktu gw baru jadi pengangguran pulang ke rumah dan tinggal di rumah kosong sebelah ini--mungkin waktu itu sudah jadi konveksi juga--ia tiba-tiba nongol. Tujuan utamanya bukan nengok gw tentu saja, tapi ibu gw yang kebetulan guru kami semua sewaktu SD dulu.

Ok, kita ke cerita mimpinya dulu; sebelum ke referensi realitanya. Struktur cerita mimpi ini yang masih bisa gw ingat saat ini adalah berikut. Awalnya gw menghadiri debat capres Amerika di sebuah ruangan. Kemudian ternyata itu semacam kedutaan. Waktu pulang--kebetulan gw sendirian tanpa teman--agak bingung bagaimana cara keluar dari gedung kedutaan itu yang ternyata lumayan besar. Lalu gw ngikuti seorang pemuda/bapak muda bersama seorang anak berpakai sekolah yang tadinya gw lihat juga ngikuti acara debat capres tersebut. Dan ternyata memang gw bisa keluar dari gedung tersebut. Nah keluar dari gedung ini gw mulai mencari arah untuk pinggir jalan/angkutan ke rumah. Lanskap dari pintu keluar kedutaan Amrik tersebut ke pagar di pinggir jalan mirip-mirip halaman Masjid Istiqlal, sementara pinggir jalannya sendiri kayaknya mirip-mirip kawasan tugu muda, Semarang atau persimpangan yang dekat statisun Poncol itu.

Nah, ketika gw dari pintu kedutaan jalan ke pagar ini mendadak si Ew muncul menemani gw gitu. Lanskap halaman Istiqlal ini sendiri rasa-rasanya persis dengan jembatan di salah satu pintu utama mesjid itu yang kuingat hanya nama al-fatah) lengkap dengan aliran comberan sungai Ciliwung di bawahnya. Di pendakian jembatan yang tingkat elevasinya mirip-mirip flyover duku, Tabing, inilah gw dihampirin Mbak EW ini. Dan ini dia: dengan wajah semanis kenangan gw waktu ia masih SD dulu--ya iyalah si gw ini mah klo jatuh hati pastilah sama cewek cantik bukan yang biasa-biasa saja apalagi JELEK ABSOLUT hehe--namun gestur serasa waktu beberapa tahun silam ia ngunjungin gw (postur tubuh menyapa: hai, apa saja kabarmu selama ini, sembari tersenyum manis begitu? xixi). Gw sudah lupa, sewaktu EW datang nongol dulu itu dengan bentuk body biasa-biasa saja, gendut, gendut karena hamil atau kurus? Yang jelas di dalam mimpi ini dia hadir dengan wajah semanis kanak-kanak--percayalah wanita itu makin tua makin banyak dosa makin buruk rupa hehe--namum bentuk body yang se-perfect wanita muda, ahayyy. EW hadir mengunjungi gw di mimpi dengan pinggulnya yang bergoyang-goyang begitu menggiurkan. Dan jangan dulu Anda berpikir soal pantat dan bokong indah ini gw membuat referensi realita dan paradigma sintaksisnya kepada film porno. Ini akan membawa cerita artikel gw kali ini kepada sesosok cewek lain yang baru beberapa bulan ini gw mengenalnya. Bini orang pula, gawat!

Oks, nanti lagilah disambung supaya pembaca yang budiman sedikit penasaran dan menanti part II-nya. Gw juga lagi mikir gimana klo ini orang atau setidaknya ada orang yang kenal gw di dunia nyata dan tahu pula siapa yang gw maksud ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin hadir membaca blog ini. Agak beresiko karena si do'i hingga per hari ini masih berkeliaran di sekitar si saya. Kan gawat klo gw sampai dikawinkan ke bini orang lain! Jadi kayak Ayu Poliandri dong yang di Bali, cewek yang pintar morotin harta laki hehe. Kalo ternyata tulisan ini gw upload juga kelak ke net, berarti si gw ini betul-betul pria yang punya buah zakar! So, where's your gutten-ball? Ini anuku, mana anumu!

=================================

You came up alongside me, you know, with your jacket and your face and charm,
and you just, you know, talked to me for a strategic amount of time,
established your position, and then just casually, blatantly stepped in front of me.
Like I had some sort of amnesia and couldn't remember 15 seconds in the past
when you were behind me.....

(Destination Wedding, 2018)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!