5 Yes untuk Kompasiana

Ada di antara Anda yang tahu acara mencari bakat faktor x atau 'x-factor' di salah satu media? Pada ajang bermotivasi ter-'publish' untuk menemukan bakat-bakat seni terpendam masyarakat ini, muncul sebuah istilah baru yang ditelurkan oleh para dewan juri. Ketika para pencari pamor atau peserta audisi berhasil memikat persetujuan dari juri-juri maka setiap personel juri akan mengungkapkan kesetujuannya untuk lolosnya peserta tersebut ke tahapan selanjutnya dengan mengatakan kata atau kalimat: Yes! Atau menggunakan kata 'No' untuk hasil sebaliknya. Tentu saja 'yes' dan 'no' ini adalah kata dalam bahasa Inggris yang paling dikenal luas masyarakat Indonesia disamping 'sex' dan 'film' hihi. Entah dari sudut popularitas kata ini sajakah kita dapat memaklumi pilihan bahasa Inggris ini lebih digunakan daripada 100% saja berbahasa Indonesia dengan ucapan ya atau tidak. Kadang-kadang kata 'belum' juga digunakan untuk mengiringi atau memperjelas ucapan 'no' dari juri, namun kata 'ya' atau 'setuju' apalagi 'sudah' tidak pernah digunakan untuk menegaskan setelah juri 'saying yes' karena (mungkin) 'speechless' melihat kemampuan yang dijuriinya.

Ketika persetujuan juri acara kemampuan nyanyi ini tidak diverbalkan dengan pengiyaan atau pe-ya-an tetapi lebih memilih peng-yes-an, disini kita melihat sebuah strategi komunikasi yang dipilih produser program acaranya; yang memandang tidak ada salahnya dan menguntungkan 'mix-mix' bahasa ini dipergunakan menarik perhatian pemirsa seantero Indonesia. Entah apa ada hubungannya dengan budaya inferior manusia Indonesia atau semata kebutuhan instan (keseketiaan) industri media di situasi tren kreatif komunikasi bahasa, saya sendiri tidak dalam posisi setuju atau tidak mengenai wacana ini. Selain tidak penting juga pendapat saya, pendapat orang banyak, ahli pun juga, anjing menggonggong kafilah berlalu, salah benar toh tidak bisa kongkrit ngasih makan orang hehe, yang jelas: jadi ada bahan untuk dipikirkan bagi kaum yang suka berpikir.

Dari kacamata komunikasi kreasi kreatif ini, saya pikir menarik juga jika ketidakkonsistenan bahasa ini juga diterapkan di kompasiana. Maksud diriku, istilah atau terminologi 'yes or no' ini digunakan untuk menggantikan proses pe-rating-an setiap publikasi tulisan di kompasiana yang masih saja sejak lima abad yang lalu menggunakan kategori-kategori klise: menarik, bermanfaat, inspiratif, biasa, kurang, bla bla bla. Saya kira penghuni-penghuni baru kompasianers pun semakin terdesak oleh kehadiran para 'newbie' dengan tulisan-tulisan galaunya yang dibuktikan adanya kategori rubrik muda dan traveling (mohon maaf kalo saya menilai orang yang hobi traveling ini sedang berusaha menghilangkan stress hidupnya hehe). Sebagaimana kita ketahuin golongan muda ini sangat dinamis dan cepat bosan dengan stagnansi. Tentu ada golongan tua dan penghuni-penghuni lama yang bertipikal suka stabilitas dan terganggu pada cepatnya perubahan (lay out) web kompasiana, namun pada dinamika inilah direktur marketing kompasiana mesti membuat 'decision' terbaik hehe ikutin nge-mix gw.

Jadi menurut pendapat saya proses komunikasi kompasiana pada netters-nya akan lebih terlahit menarik bagi golongan muda atau kaum galau tersebut ketika menggunakan bahasa yang mix, maksud saya champur-camphur, meski tidak perlu pula dibuat jadi alay dengan huruf besar kecil dan hancur totalkan tata bahasa formal. Sekali lagi ambilah keputusan dengan mencari titik keseimbangan terbaru. Saya pribadi yang berada di tengah-tengah selera golongan tua dan muda ini juga merasa bosan jika proses rating kompasiana masih monoton dengan kata-kata basa-basi seperti inspiratif, manfaat, kurang menarik dan seterusnya tersebut. Lebih simpel bukan jika pembaca cukup merating dengan yes dan no saja. Terlebih secara 'timing management' terminologi ini lagi dipopulerkan secara gratis saat ini oleh media lain. Tentu saja dalam paradigma kosmologi kaum muda tersebut tadi bahasa kreatif ini juga jangan dipergunakan lama-lama dan harus ada ide baru lagi nantinya. Oke itu saja; terakhir meski saya akui ini tidak ada kaitannya dengan apa yang bisa saya "dapatkan" dari menjadi penulis situs Indonesia Cerdas ini, saya harapkan jika ini bisa diterapkan maka semoga Ibu Rosa, Bapak Bebi, Om Dani, Mbak Mulan, dan Miss Anggun bisa berikan lima yes-nya bagi "carrier" kompasiana. Yes, yes, yes, yes, yes or no....?

https://www.kompasiana.com/wem/5-yes-untuk-kompasiana_552b01396ea8340674552d3e

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!