Jodoh di Tangan Aplikasi

kencan online
Oks, sementara itu kita setop dulu review2an film amatiran utk blog ini. Kita tulisken dulu hal2 harian yg kita alami sendiri. Dan mungkin sebuah kisah di blog/koran maya spt ini tak ubahnya drama atau film based on/inspired by true story--realita, dgn membuang part2 yg boring di dlmnya hehe. Mudah2an, aminkan dong sesekali. Jgn cuma like fanpage Ustat Yusman aja. Kan, Yusman konon di gerbong cebongnya Jokowi kini. Kayak Kak Yusril sbg representasinya "aliran" masyumi yg tadi kulihat diberitakan disopiri keliling2 istana Bogor oleh presiden kita terpilih utk saat ini yg sangat antum benci itu krn latah, hobi berbondong2, atau korban hoax viral grup wa.

Saya jadi teringat dgn Mak Itamku sendiri dgn mengenakan kaos bulan sabitnya PBB dari atas sebuah pematang sawah ketika berdialog dgn saya ttg politik-agama begitu berapi-apinya menyatakan "kekufuran" mayoritas masyarakat kini. Tentu saja aliran2 keagamaan yg motif electoral-oriented--dan ujung2nya tentu saja target ekonomi dan uang kalo sudah menguasai mayoritas konsumen/pasar ini kelak nanti--akan protes dgn opini spt ini dan blingsatan klo diungkit2 hadits spt para Nabi yg pengikutnya sedikit, hanya satu dua, bahkan kata Muhammad SAW ada yg sama sekali tak punya pengikut satupun (<==contoh kalimat super-afektif). Ibarat akun medsos follower-nya nol, masak iya kekasih tuhan kalah populer dgn manajemen bisnis agama modern-khalaf Koh Felix-tahriri?

Beberapa hari yg lalu ramai2 juga berita yg menyitir pernyataan capres nomor urut 2 Pak Prabowo Subianto bahwa di Indonesia cuma ada satu orang profesor fisika. Saya jadi teringat dgn salah satu teman terdekat (atau mungkin satu2nya teman ngobrol saya) beberapa tahun belakangan ini. Tadinya aq pengen nulis artikel kali ini dgn judul "Dear ...." yg kupersembahkan utk beliau atas suatu tempo "perkawanan" kami itu. Rasa2nya juga aq belum pernah nulis ttg ini di blog ini krn akhir2 ini memang sudah jarang nulis hal2 yg bersifat diari atau pengalaman hidup sendiri yg tak penting ini, xixixi. Jadi sbg sebuah memorabilia kenapa tdk kusempatkan juga memberi tempat dan mencatat abadi sbg sebuah monumen digital. Apalagi ini kisahnya sebetulnya seru juga nih men!

Terakhir kali kucoba telpon (setelah mungkin 2-3 tahun tak komunikasi) dia nggak mengangkat dan jg tdk nelpon balik; kubaca sbg indikasi bahwa ia nggak mau ada lagi urusan dgnku atau setidaknya menganggap tdk penting lagi, hehe. Walau mungkin juga nomornya sudah tak aktif, saya agak lupa bagaimana sinyal waktu itu. Yang jelas ia sendiri jg udah lama gak kontak aku kan sudah bisa kita tafsirkan sudah tak mau ada urusan lagi. Mungkin juga ia sudah kawin saat ini, sudah sibuk ngemong anak atau bagaimana2, siapa yg tahu? Ya, kisah berikut ini memang akan ada hubungannya juga dgn sesuatu yg diaristik yakni kisah pertjintaan anak manusia, widihhh.

Tadinya aq mau menuliskan nama panggilanku ke dia yg jauh berbeda dgn nama lengkapnya utk menyamarkan siapa dia walau seingatku secara eksplisit dia juga tdk pernah melarang aq menulis ttg ini. Kita lihat saja klo tulisan ini msh eksisting berarti ia tdk keberatan atau memang tdk pernah sama sekali nengok2 kesini, xixixi. Jadi utk kebutuhan jalan cerita utk sementara kita sebut saja namanya Anggrek.

Anggrek adalah seorang perempuan yg ketika sudah menginjak umur kepala empat belum juga menikah. Ingat ungkapan life begin at fourty. Jadi krn cara2 konvensional tdk kunjung ada hasil mungkin maka Anggrek mulai melakukan inovasi dan menggunakan cara2 baru utk menemukan jodoh. Sekitar tahun 2009 waktu itu sedang in di Indonesia yg bernama medsos koprol (terakhir dibeli yahoo lalu malah inactive). Dan disinilah aq bertemu Anggrek utk pertama kalinya lalu saling celetukan2 hingga intensif. Mungkin krn merasa nyambung suatu saat kami memutuskan utk saling bertemu.

Anggrek ini adalah seorang dosen (mau tdk mau mesti aq sebut bidang studinya nih, toh tak akan terdeteksi jugalah, masih terlalu jauh dan mustahil tanpa dibantu indikasi yg lebih terang lainnya) di bidang fisika. Ia bahkan sudah selesai S3 di sebuah universitas paling ternama di Indonesia ini. Nggak tau juga apa saat ini sudah sampai dapat gelar guru besar dia krn terakhir yg kuketahui ia juga sama sekali tak berminat utk itu. Tapi seandainya Prabowo benar bahwa profesor fisika cuma satu (yg mana tentu tidak) dan Anggrek udah prof kini berarti aq yg kampret hina dina ini berarti pernah menjalin hubungan dgn manusia langka dong hahaha. Fpr you know aja subbidang fisika yg didalami ibuk ini sebetulnya sangat spesial dan prospektus walau tentu saja saya tak akan menyebutkan apa itu utk memperminim indikasi, xixi.

Di tahun 2009 itu juga aq pernah ke Jakarta utk mencari kerja tapi belum sempat (atau mungkin juga belum kenal) utk bertemu fisik dgn Anggrek. Waktu itupun aq merantau cuma sebentar lalu krn kondisi fisik pula kembali ke rumah di Padang. Tahun 2010 aq kembali ke perantauan dan sekitar setengah tahun lamanya kukira. Kali ini aq baru bertemu/kopdar secara live dgn Anggrek di Bandung kota tempat aq menyelsaikan studi S1 di bidang sastra Indonesia sontoloyo itu, haha. Ada kejadian menarik sebetulnya sewaktu kita bertemu dan klo gak salah ingat saya bertemu dia itu juga langsung sehabis landing di Cengkareng aq menuju Bandung. Waktu itu gw tinggal di tempat adik di Dago sekitar mungkin ada 2-3 bulan lamanya; sisanya aq ngekos di Kemayoran, Jakarta Pusat di belakang kantor Pelni. Tapi saya pernah juga stay kurang lebih sebulan di istiqlal walau lupa bagian yg ini kapannya.

Yang jelas waktu bertemu Anggrek pertama kali itu yg kuingat aq jalan kaki tengah malam dari Dago ke Mesjid Agung alun2--kurang lebih 6 miles spt jarak tempuh larinya wanita Indian yg diperkosa dlm film Wind River. cuma bedanya si cewek yg akhirnya mati membeku itu lari tanpa alas kaki di atas pegunungan salju gw sih santai2 jalan clingak clinguk di atas trotoar mulus2 aja, hehe. Kalo ndak salah lagi waktu inilah aq sahurnya di kantin masjid salman ITB tsb. Jadi, pagi2nya waktu ketemu Anggrek aq dlm keadaan begadang oh begadang.

Singkat cerita, aq akhirnya ketemu Anggrek. Nah ini, mungkin salah satu penyebab belum menikahnya Bu Anggrek ini adalah realitas fisikalnya sbg wanita yg tdk begitu menarik by visual. Mungkin ada yg akan mengatakan perkataanku ini kejam krn diungkapkan--begitulah kepalsuan hidup manusia2 hipokrit yg hobi berbasa-basi--namun saya hanya ingin mengatakan lagi bahwa "tidak lakunya" wanita krn faktor kecantikan atau kekurangcantikkan itu hanyalah hukum alam belaka (yg bebas nilai, objektif, imparsial) sebagaimana laki2 akan lebih laku kalo banyak uangnya. Ibarat kato pepatah minang: condong mato ka nan rancak, krn tuhan memang menciptakan syahwat atau motivasi nafsualis inilah sbg naturalnya homo sapiens; makanya ada iming2 syurga dan ancaman neraka dalam agama. Trading seksualitas wanita dan kemapanan materiil pria, itulah kenapa prostitusi disebut2 sbg pionir/komoditas pertama yg diperdagangkan orang. Tinggal dibungkus formalitas syariat agama/tradisi adat jadilah ia pernikahan resmi dan kita semua terlahir dari sana, jadi bukan dari cinta huahahahahaha.

Kembali ke kisah hidupku, klo ndak salah waktu aq pertama kali bertemu Anggrek ini adalah pas jum'atan. Jadi, setelah ngobrol2 sebentar aq pun pergi jum'atan ke dalam dan ia nunggu di beranda masjid tsb. Sehabis salam tasyahud awal dan terakhir shalat jum'at, gw tak sanggup lagi menahan kantuk jadilah aq memutuskan utk tidur sekejap saja di dalam (sekedar merebahkan badan dan sedikit memejamkan mata) sebelum keluar menemui Anggrek lagi. Mungkin hanya beberapa menit lalu akupun keluar lagi. Dan tiba2, blank, Anggrek pun lenyap tak ada lagi disana. Mungkin agak beberapa lama saya tetap menunggu dia disana dan akhirnya ternyata dia muncul lagi dan kami ngobrol lagi. Dalam ingatanku saat ini--dan klo agak salah ini juga kami obrolkan, tentu aq sudah tak ingat persis krn sudah hampir sepuluh tahun silam dan rasa2nya juga baru kali ini peristiwa ini sempat kucatatkan krn hobi nulis diari di zaman sma dulu sudah tak pernah lagu kulakoni rutin--Anggrek menghilang waktu kutertidur sebentar itu adalah krn ia menduga aq tdk tertarik kpdnya secara fisik atau perwajahan sehingga kabur dan sehingga krn msh penasaran mungkin ia kemudian memutuskan memantau saja dari jauh apakah aku akan kembali atau tidak sebagaimana yg kujanjikan (oh janjiku, by gigi), hehehe.

Jadi begini, klo gak salah waktu sebelum ketemu pun aq sudah dapat fotonya dia dari medosnya. Saya sudah banyak lupa tapi saya ingat betul walau di koprol ia menyamarkan dirinya tapi some how gw berhasil mendapatkan profilnya dia di net. Kalo gak salah aq pakai jurus tebak2 ttg nama aslinya dia terus dikombinasikan sama info2 lain spt kampus, suku, dan entah apa lagi persisnya tentu sudah lupa. Tapi yg jelas gini2 gw adalah org yg sudah kenyang berkeliaran di internet krn pengangguran 10 tahun jadi ndak ada kegiatan lain, hahahaha. Walau tak sampai menghasilkan uang dari sana--gara2 kurang ambisi dan tdk pernah tuntas mempelajari berbagai hal, fokus suka beralih ke berbagai hal lain sehingga jatuhnya bukan profesi yg profitable tapi hanya utk pengetahuan umum seluas mungkin sbg wawasan: dari materi2 politik, ekonomi, agama, hingga kosmologi semua kulahap krn semata curiousity/bukan desakan hidup cari makan hehe--gw waktu itu setidaknya seingatku sebelum ketemu Anggrek sudah tahu bahwa ia wanita yg educated krn aq menemukan publikasi ilmiahnya (klo ndak salah itu dari disertasinya) yg tentu saja aq hanya baca judulnya krn isinya selain berbahasa Inggris (yg mana butuh waktu utk translating) krn bukan bidangku tentu saja aq tak akan mengerti. Tapi foto ia satu2nya kudapat dari akun fesbuknya yg sebetul private (dikunci) tapi msh tersisa foto profil yg "open access".

Jadi sejak awal aq sudah tertarik bahkan malah teransang dan menggebu2 ingin ketemuan dgn Bu Anggrek yg "kurang" cantik ini? Apakah gw menderita kelainan hormon? Hehehe, tidak begitu cara membacanya Boy. Lalu kepentingannya apa? Dasar kamu politikus-mikro Boy, apa2 dikalkulasi untung rugi benefitnya. Saya tdk akan berdalih dgn ungkapan semisal bahwa kecantikan itu relatif dan kejelekan itu absolut hehe tapi begini: saya punya cara pandang kehidupan yg tdk sejalan dgn parameter kaum sebaran normal you2 pada umumnya itu para pelaku trading uang seksologi kedok kewajiban cari nafkah (artinya mampu bayar tarif, flat bahkan premium!). Dan ini akhirnya kita akan terkait dgn topik tulisanku kali ini, ya bagaimana memahami perjodohan laki dan perempuan. Apa bedanya pernikahan resmi dgn prostitusi, selain bungkus syariat formal agama dan konsensus norma adat yg diberi istilah mahar yg artinya sebelas dua belas dgn ongkos/tarif itu. Makin cantik, makin mahal kan? Oke, subtopik cerita2 gw tentang Anggrek ini di lain tempat saja nanti dibahas; bagaimana hubungan kami bertahun2 berikutnya, dialog2 panas kita berdua ttg kehidupan, manusia, bahkan ketuhanan (yang bahkan saya itu juga di lain kesempatan sewaktu singgah di kotanya kumalah menginap di rumahnya lho, hehehe).

Beberapa hari yg lalu mom-ku berusaha menjodohkan aq dgn anak kawan dari kawannya. Betina kali ini katanya sudah bekerja dan berprofesi sbg dosen juga di sebuah universitas yg kali ini dgnku sekota. Padahal aq yg merasa paling pintar sendirian ini hanyalah seekor penggangguran yg belum kunjung menghasilkan apa2 utk mampu "membeli" wanita. Mungkin krn aq walau no job namun yes asset (tanah pusako) maka mom-ku berani "menawarkan" kpd teman sekolahnya. Jadi suatu hari teman sekolah ibuku di PGA (Pendidikan Guru Agama) dulu--mereka seangkatan dgn salah satu ketua MUI pusat dan salah satu ormas keagamaan besar, dulu mereka pernah reunian sewaktu beliau pulang kampung sebentar tapi kukira tak usahlah kusebut namanya supaya riya nanggung nih hihi--bertemu bapakku di rumah sakit. Lalu beberapa hari kemudian kata ibuku ia datang ke panti asuhan tempat sehari2 ibuku "berdinas" pascapensiun.

Disanalah aq dapat cerita teman dari teman ibuku ini ingin mencarikan jodoh utk anak perempuannya yg juga dianggap sudah berumur tapi tak kunjung menikah. Dalam realitas hubungan sosial terutama di ranah Minang dan terutama utk anak perempuan, terlambat menikah/kawin itu adalah beban tersendiri. Entah kenapa/pertimbangan apa mereka lalu menjodohkan wanita ini dgnku yg sangat sontoloyo ini, hehe. Aq sebetulnya sudah coba memastikan bukan ibuku yg menawar2kan aq kpd org lain tapi sebaliknya dialah yg minta dicarikan. Dan aq pun melakukan ini utamanya juga utk menyenangkan ortu selain tentu saja ini hal yg baik utk dilakukan. Jadi aq pun sama sekali tdk menaruh ekspektasi bahwa betina yg akan mereka jodoh2in dgnku ini lebih mapan secara ekonomi bahkan pendidikan formal. Kasar dan lebaynya nih, bagiku kambing betina sekalipun yg mereka jodohkan dgnku sepanjang cocok paradigma hidupnya dgnku akan kuterima dan inilah yg tak kunjung kudapatkan juga hingga hari ini, wik wik wik.

Singkat cerita aq memilih utk lebih gentle; drpd ibuku yg mengunjungi ibunya biar gw sendiri yg kontak personal ke cewek itu. Lalu mereka berikanlah nomer si cewek ini, termasuk nama lengkapnya. Setelah sempat kutelusur di google ternyata gak main2, betina yg satu ini lumayan banyak juga publikasi ilmiahnya di google scholar kulihat. Tinggal sekarang visi hidupnya apakah akan kompatibel dgnku, yg jelas peluang terbuka krn ia sosok educated-women walau tentu banyak juga dan besar juga kemungkinan utk tdk akan cocok selanjutnya dgnku. Tapi pikirku kenapa tdk dicoba walau gw sudah punya pengalaman bertahun2 juga dgn Anggrek yg kuceritakan di awal sebelumnya tadi. Meski tdk inferior atau keder sebetulnya aku menanyakan juga ke ibuku kenapa wanita ini tdk dijodohkan dgn adik2ku yg sudah punya penghasilan sendiri saja supaya match dgn norma umum. Tapi krn alasannya mereka di rantau sementara ortu perempuan itu pengen yg ada disini jadilah aku. Jadi ini semacam match secara geografis, xixi.

Lebih mempersingkat tjrita lagi, lalu lewat aplikasi populer bernama whatsapp messenger itu ku-wa lah ia. Lalu apa yg terjadi? Jawabnya: maaf itu teman ibu saya saja yg di mesjid, saya nggak tahu nomorku ada di dia, mohon hapus saja nomor saya, terima kasih. wtf? Hehe, ngga segitu juga kali gw terkejutnya. Tapi ya itu, cinta atau perjodohan ini kandas hanya dlm satu sms. Lho mas, kenapa mengalah dan mundur begitu saja? Kenapa tidak berjuang dulu? Tadi saya pikir juga begitu, bukan saya yg minta dicarikan betina kpd ortu tapi krn ini sayalah yg diminta, kenapa tidak setidaknya kita wujudnya satu pertemuan saja dulu supaya kita bisa memeriksa kecocokan pandangan hidup spt yg bertahun2 kucoba terus dgn Bu Anggrek dulu. Bagiku (no offense, gw tdk menyalah2kan pilihan pandangan hidup org lain, lakum amalukum lana amaluna), klo laki2 sudah mengejar-ngejar perempuan krn cantik/seksnya maka sudah sewajarnya utk sanggup membayar/menafkahi atau apapun lah kedok istilahnya. Itulah preseden kehidupannya.

Saya adalah jenis org yg tdk mampu utk pura2 berubah demi kepentingan kebutuhan syahwat. Toh hidup ini hanya perjalanan singkat, dari azan ke iqomat. Klo kamu cari laki2 yg sanggup bayar, baleak2 pabalatak tuh di luar sana. Laki2 akan lakukan apapun utk cari uang utk dapat betina utk bisa membuang hajat syawatnya. Kalo tdk takut diancam2 dgn neraka mungkin semua pemilik kontol ini akan melakukannya spt kata anekdot kambing pun klo dibedaki laki2 akan mau saja. Yg penting lubangnya spt anekdot lagu tiktok: rasanya sama, hanya tempatnya, beda xixixixi. Lalu apakah pernikahan itu tdk butuh ongkos? Apakah gw berpikir duit itu tidak penting? Apakah sbg anak org juga (bukan yesus yg lahir dari palung ruhul kudus) saya sendiri tdk tumbuh besar dari bayi tak berdaya hingga dewasa sok keminter macam ini bukan atas rahmat uang yg maha kuasa itu? Terakhir saya harus segera menutup taw-syiah kita subuh ini dgn umpatan: dasarrr goblok pembacaan lu to yee! Maaf hingga serial tulisan kali ini saya belum mampu membantu Anda memahami cara berpikirku wahai saudara2 kami kaum kebanyakan ummat manusia sebaran normal motivasi insentif itu, hehe. Tolong upinkan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!