Kontrakkin Ajah Negara Ini Pada ASing
Karut marut yg berlarut-larut merudung negara ini
mungkin membuat kita kadang nakal di hati jadi bertanya: apakah mampu
bangsaku ini mengelola negaranya sendiri? Sebagaimana sejarah penjajahan
negeri kita; yang mana pihak penjajah merasa kurang bertanggungjawab
kalau harus melepas bangsa besar dan luas ini kepada orang-orang yang
tak mampu mengurusnya sendiri. Memang politik etis yang (pada akhirnya)
ditelurkan, tentu saja lewat ide politikus mereka sendiri di Amsterdam,
telah cukup punya manfaat nyata untuk membuka akses pendidikan kepada
pemoeda-pemoedi bumi poetra ini. Cikal bakal bapak-bapak dan ibu-ibu
pendiri bangsa, mengurus pra hingga paska proklamasi untuk merdeka, yang
mana anak cucunya hingga ke ujung abad milenium ini masih memegang
(megang doank tidak menduduki) singgasana kuasa. Feodalisme sistem
kerajaan negeri-negeri Indonesia lumrah membuat kultur begini awet, lah
di Inggris Raya sana saja anggaran negara masih menggaji 'royal
family'-nya. Faktanya pertumbuhan pesat ekonomi yang tidak diiringi
pemerataan ke seluruh lapisan dan seantero wilayah negeri membuat terus
timbul pertanyaan: apa betul yang terjadi sekarang bangsa sendiri
menjajah bangsa sendiri. Seperti lirik lagu dangdut "mars pembantu"
tentang nasibnya yang nggak maju-maju. Dan tak tanggung-tanggung Ibu
Megawati Soekarno Putri secara terus terang (yang tidak sesuai dengan
kultur timur dan 'islam') mengumbar kembali ke depan publik tentang
pesan ayahnya 'the founding father' kita bahwa tugas engkau ke depan
lebih berat. Kami, kata Soekarno, berjuang melawan penjajah bangsa asing
sedangkan engkau, Mega, akan bertempur dengan sesama bangsa sendiri.
Apa tak merah kuping SBY yang telah "memberi" kursi empuk Ketua MPR
kepada Pak Taufik Kiemas yang 'pan' kesulitan mengeja bahasa Indonesia
ini. Tapi itulah politik, keras, sementara yang fokus pada ekonomi dan
kemakmuran pun keras usahanya untuk selalu menempel pada pihak yang
berkuasa. Salah satu bentuk kekerasan itu kita lihat hari ini babak
belurnya geng 'islamic broterhood' cabang Indonesia yang sudah tidak
lagi (menggunakan tag line) bersih, profesional, dan peduli. Menkeu baru
yang diisukan bermahzab liberal dan titipan kompromi kepentingan Golkar
makin menambah sedap wacana tentang telah tergadainya kemandirian
bangsa ini pada 'interest' pemodal besar asing dengan segala
kepentingannya atas dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di
tengah fakta statistik bahwa porsi terbesar SDM angkatan kerja produktif
muda Indonesia berpendidikan hanya menengah dasar, sementara yang susah
payah menyelesaikan pendidikan tinggi juga tidak produktif karena salah
perencanaan untuk diselaraskan kepada dunia industri--yang insinyur
pertanian kerja di bank, lulusan keuangan jadi pengajar bahasa inggris,
eh lulusan sastra tak cocok jadi sastrawan, bahkan lebih parah lagi
lulusan sekolah jalanan alias preman malah jadi konglomerat berkat skill
politik tentu alias bukan preman bego--kita jadi memang patut bertanya:
mampukah pengurus bangsa ini mengelola negara sesuai konstitusi untuk
keadilan sosial bagi semua, bukan cuma cari selamat masing-masing
seperti para insinyur-insinyur cerdas lokal yang dimanfaatkan perusahaan
asing, yang menahan diri dari ikut memikirkan keruhnya politik negara
ini karena bisa dimaklumi akan bisa menganggu 'cash flow' ke mereka
punya periuk nasi? Yang tidak disediakan oleh sesama bangsa sendiri?
Makanya jangan heran jika penulis naif ini punya ide: ya sudahlah
daripada bertengkar terus dengan antek-antek asing atau yang sering kita
tuduh dengan komprador atau PBB (Persatuan Babu Barat) itu lebih baik
langsung saja kita kontrakkan negara ini untuk dikelola SDM asing
beneran sekalian. Mana tahu karena secara peradaban ilmu mereka lebih
mapan jadi pengelolaannya lebih maknyos ketimbang kita-kita yang ras
lokal. Insaallah uang sewanya cukup untuk ngebulin periuk nasi
secukupnya dan sama rasa sama rata. Toh Pak Harto sudah memulainya di
Bukit Grasbergnya Freeport. Ide ini muncul karena penulis melihat daerah
tambang tersebut mirip banget dengan yang ada di Grand Theft Auto San
Andreasnya perusahaan amrikiyah bernama Rockstar.
https://www.kompasiana.com/wem/kontrakkin-ajah-negara-ini-pada-asing_5520b922a33311164946cdf3
Komentar
Posting Komentar
silakan komen yaw mmmmmmuuuahhhhh