Tips Mengatasi Rasa Malu Punyo Dunsanak Bangsaik
You're a good
cop.
And people are
really hard on you, so
you're really
hard on yourself.
(Bright,
2017)
Hidup
ini memang keras. Kita mati-matian cari uang, kapan perlu matiin orang,
tetap aja tak kunjung kaya raya. Sudah sebegitunya peras kering-bath banting tulang; hasil cuma rumah
satu, mobil satu, istri juga cuma satu, agama pun hanya baru satu—peluang masuk
surganya kurang besar, jika tebak-tebakan agama manakah yang sebenarnya
benar ternyata dimenangkan oleh agama lain. Lalu kita sakit hati melihat ada
orang yang “santai-santai” saja, ternyata bisa juga mendapatkan hal-hal yang
merupakan impian bagi kita; yang kita sebagai bibit manusia dengan
warisan DNA kere harus mati-matian untuk dapat meraihnya. Maka itu kita butuh
motivator, kita butuh motivasi; kita butuh janji-janji, kita butuh seorang
Nabi! Hati kita yang lelah melihat “ketidakadilan” dunia fana ini membutuhkan
harapan, walaupun itu cuma fatamorgana bin ilusi. Fiksi tapi menguatkan,
seperti fantasi yang dihasilkan narkoba (narikan
bokong batur). Bak PEPATAH KOREA, “carilah
uang seperti anjing, lalu berfoya-foyalah bagaikan seorang pembesar.”
Bagaimana? Cucok!
Sebagian
dari kita yang punya genetik miskin (dan mendendam pada kemiskinan) ini
pada akhirnya “berhasil” keluar dari kelas sosial paling bawah dan naik kasta
(atau panah naik istilah sastrawan Budi Darma). Entah dengan kerja keras—kapan
perlu keras dalam artian paling harfiah seperti curriculum vitae-nya
Abang Hercules dan John Key—atau dengan kerja culas: jilat sana sini, injak
kanan kiri; bukan dengan kerja cerdas—ingat, tidak satupun dari daftar orang
paling kaya adalah profesor bidang ekonomi alias mereka cuma omdo dan
ahli ah teori—dan yang pastinya juga bukan kerja ikhlas—masak iya ada kerja
ikhlas, namanya bekerja itu mestilah ada pamrihnya, atau mungkin kita bikin
istilah IKHLAS ASAL DIBAYAR, sebab kalau ikhlas-ikhlas “doank” wah ini mah
bahaya bagi eko-sistem ekonomi, ibarat gigi-gigi roda mesin mekanik yang tak
lagi diberi oli, korupsi dan sogok adalah oli pelancar pembangunan kan istilah
kerennya. Ingat lagi, walau ini bukan pesan mama: tidak ada yang perlu
disalahkan, mari berpikir positif, its
just how the world works, memang beginilah caranya “alam semesta” bekerja.
Seperti hukum gravitasi: si fulan akan mati begitu kepalanya menghempas ke
tanah dari ketinggian, tidak peduli dia orang saleh atau bukan. Walau,
kalau untuk urusan penyemangat (mungkin juga urusan dunia “jualan”), selalu
saja ada kisah-kisah ajaib yang akan berdendang dan dikumandangkan setiap pukul
enam. Kalau sudah begini W mah no comment
ah karena ini sudah wilayah kajiannya di bidang ilmu ilmiyyah KATANYA (mankul)
dan POKOKNYA (maa kul) yang saintifik ultra-absolut nilai kepastiannya
itu.
Being a cop is all I've got.
Right now I'm still a cop,
and if I die tonight,
I'll be a cop forever. I'll be a...
I'll be a hero forever.
Why the fuck do you wanna die for a world
that doesn't give a shit about you?
(Bright, 2017)
Setelah
kita kaya raya dan makin tidak terlalu jauh dari kerucut puncak piramida rantai
makanan atau SALING MAKAN (istilah postifnya: saling “bekerjasama”) ini,
tentulah automatically kita pun akan
beradaptasi dengan lingkar pergaulan sosial baru dan yang sebau. Tentu
yang kali ini se-level dengan kita,
walau mungkin juga belum sampai tahap pergaulan sebebritis atau betina-betina
sosialita alias kaum jetset. Nah,
saat kita sudah hiporia dengan habitus sosial-ekonomi baru ini—untuk mengobati
luka lama kita berada dalam lumpur kubangan lingkar koneksi kaum papa di masa
lalu itu—terkadang elemen masa lalu tersebut masih ada saja yang nongol ke
dekat-dekat kita (beserta segenap bau aroma orang miskinnya). Terutama
orang yang punya kekerabatan atawa hubungan darah yang tentu sulit bagi kita menghapus
jejak darinya; karena bisa dibuktikan dengan kemiripan DNA, seperti kasus
orang sukses dan menyukseskan orang yang bernama Bapak Mario Teguh yang tak
lagi mampu menyembunyikan record
anak-istri di zaman kasta sosial “lingkungan” miskinnya dulu, hehe.
Maka
daripada itulah makanya berikutnya daripada inilah sesekali saya akan menulis
artikel blog yang “bermanfaat” dan
bersifat lebih turorial praktis. Bosan juga kan terus menerus bergumul dengan ide-ide
yang mengawang-awang, melawan arus pula, dan tidak ada hasil kongkritnya
seperti jumlah klik visitor dengan google ads atau setidaknya komentar
pengunjunglah, xixixixixi. Lagi pula kupikir ini adalah topik yang umum terjadi
dimana-mana dalam sejarah panjang ribuan tahun umur manusia—puluhan ribu jika
kita mau mengakui kera-kuno sebagai nenek moyang kita atau ratusan juta tahun
lalu jika kita setuju-setuju saja dengan teori orang kafir tentang asam
amino dan metana sebagai fase perantara “evolusi” material mati untuk
menjadi material hidup yang dilengkapi informasi DNA begini—meski banyak orang
enggan membicarakannya karena ini aib kita bersama alias sama-sama
saling menelanjangi kelakuan kita-kita juga alias sudah nature-nya memang beginilah kita manusiawi-manusiawi pemburu
gengsi. Karena gw bukan bagian dari keluarga besar ukhuwah klan kaum sebaran normal itu, tentu saja sayah mah dengan
senang hati berolok-olok untuk membicarakan dan mengumbarnya, haha. Jadi ini
DIA (apa/siapa DIA sih?) tips dari saya untuk Anda yang sedang kesal
ketahuan oleh lingkungan pergaulan kelas atas Anda bahwa Anda ternyata
punya sanak family miskin yang bagai
klakson pemberitahuan kepada seluruh dunia bahwa Anda ini dulunya juga miskin
alias seorang social climber!
- Tulislah memoar tentang kisah “sukses”
kehidupan Anda sebagai persiapan mental kepada orang lain agar mereka
tidak terlalu kaget bahwa gen miskin dulunya juga ada pada diri Anda.
Ibarat pedal gas ranmor (kendaraan bermotor/mobil), akselerasinya jangan
dibikin terlalu menghentak dan kita permulus perubahan momentum
(halahhhh, istilah lo pretttt!). Tapi tentu saja jangan diumbar semua
“rahasia sukses” Anda sehingga bisa kaya raya seperti ini. Seperti kata
Alan Greenspan (mantan gubernur bank sentral USA) yang menjawab KABUT
ketika ditanya apa itu proses moneter/keuangan, sebagai “orang sukses”
tentu Anda paham bahwa akuntabilitas itu adalah bagian dari
persuasi-komunikasi massa atau istilah politik untuk membuat orang mau
saling bekerja sama karena merasa sama-sama merasa bakal mendapat insentif
alias diuntungkan juga. Trik-trik bisnis yang masih sangat basah tentulah
harus Anda depositkan ditempat paling aman dari para pengintip informasi.
Cukup sharing info-info normatif
yang bersifat formalitas saja untuk memenuh-menuhkan buku biografi
Anda itu. Meski sifat yang Anda ceritakan itu hanya dongeng toh yang
penting efek motivasinya kepada pembaca yang haus pengetahuan tentang cara
mudah menjadi kaya. Cukup informasikan hal-hal yang sudah bukan rahasia
umum lagi dan orang-orang yang ndak bodo-bodo amat tentang CARA KERJA UANG
KE MANUSIA juga sudah mengerti. Toh, orang juga nggak mau ribet-ribet amat
mikirin statistik peluang ala Money Ball—kalo ndak salah ini judulnya,
sebuah film tentang bisnis klub football di Amerika (bukan soccer ya) yang dibintangin aktor
kawakan Brad Pritt—apalagi trik-trik penggelembungan harga saham baik
dalam The Wolf of Wallstreet atau beberapa film semi dokumenter lain
terkait krisis keuangan terburuk pasca era depresi 1930-an pada tahun 2008
di Amerika Serikat yang pemicunya jadi sangat terkenal bernama skema ponzi
dengan pelaku utama milliarder Bennie Murdoch yang divonis penjara ratusan
tahun lamanya (udah kakek-kakek gitu buat apa ya, hehe), karena buat
apa tahu kalo tidak punya infrastruktur (termasuk koneksi dan back up
politik) untuk meniru mempraktikkannya; apalagi kalau dogma moral agama
membuat Anda kadang-kadang terlihat sok suci itu tiba-tiba merasa berdosa.
Ingat pepatah wise yang oleh
kata entah siapa bahwa: orang hanya mau mendengar apa yang ingin mereka
dengar.
- Hmmm, nulis apa lagi ya? Bukan kehabisan ide
tapi gw sedang kepikiran untuk melakukan hal lain dulu nih... saya memang manusia
defisit rencana nih, hehe. Apa yang akan saya lakukan biasanya hanya
akan saya rencanakan satu detik sebelumnya. Konon, hanya inilah yang
membuat hidup terasa hidup, nothing
to lose!
Oks, wassalam dulu ah jemaah oh jemaah...
!!!!
Baiklah, kau tahu?
Kau sebaiknya duduk.
Separuh divisi kita adalah orang
konvensional, mengerti?
Mereka akan membunuhmu duluan,
lalu mereka akan membunuhku,
Mereka akan mengambil Wand,
Dan saat itulah hal-hal
bodoh dimulai.
Dan itu jika para anggota geng
tak mendapatkannya duluan.
Lalu saat itulah hal yang lebih
bodoh lagi akan bermulai.
Kita harus keluar dari lingkungan ini.
(Bright, 2017)
Komentar
Posting Komentar
silakan komen yaw mmmmmmuuuahhhhh