Tujuan dan Motif, Serta Akibat dari Amal Baik

Perbuatan sadar manusia dalam hidup ini terdiri dari tiga unsur, yakni: niat atau visi, proses pelaksanaan, dan tujuan atau orientasi. Sebagai muslim sudah sangat jelas tentang pentingnya kemurnian niat ini yang menjadi inti terinti dari keimanan yaitu akidah yang bertauhid. Maka dalam syahadat sebelum mengakui keesaan ilahi terlebih dahulu justru pengingkaran kepada segala yang lain-lain. Telah umum juga diketahui bahwa semua dosa bisa diampuni kecuali syirik, perbuatan menyekutukan keilhian dengan hal-hal lain itu. Orang Arab zaman jahiliah juga mengakui Allah tetapi mereka mensyarikatkan dengan tuhan-tuhan kecil lainnya yang awal sejarahnya adalah patung atas orang-orang saleh yang dikeramatkan. Hingga sekarang dalam khazanah akidah Islam juga masih jadi perdebatan panas apakah tabaruk dan tawassul itu merupakan perantara syirik antara seorang hamba dengan tuhannya.

Seseorang yang penuh amalan syar'i dalam hidupnya, baik juga akhlaknya, namun salah niat bisa saja pada akhirnya terlempar ke neraka karena tidak ada nilainya segala amalan tanpa motif atau niat yang benar bertauhid esa. Seseorang yang penuh kejahatan dan akhlak yang keji lalu sempat bertaubat dan hanya beramal dengan modal akidah atau niat yang benar justru kekal di syurga dan dapat ampunan total dosa-dosanya. Kisah termahsyur dan sahih tentang ini adalah cerita tentang seorang pembunuh puluhan orang yang sadar menjelang ajal dan cerita nabi yang terus berusaha dicari-cari "ketidakbenarannya" tentang seorang PSK yang masuk syurga hanya karena memberi minum seekor anjing (pula) yang kehausan. Di sinilah kita dapat lihat betapa titik maha pentingnya keikhlasan dan niat yang betul-betul benar. Perbuatan riya atau beramal untuk mencari muka di hadapan manusia, serta motif-motif lainnya yang bukan karena mencari ridha ilahi semata, adalah hal yang sangat teramat dikecam sehingga sampai dikatakan bahwasanya ada orang yang beramal dengan amalan penduduk syurga namun takdir Allah mendahuluinya kemudian ia dicampakkan ke neraka. Generasi muslim terdahulu terkenal dengan kerajinannya beribadah namum menangis setiap saat karena takut amalnya tidak diterima, berbeda dengan kita yang baru beramal sedikit sebulan ingatnya.

Keniscayaan hidup bergulat dengan hawa nafsu memang membuat manusia tidak mudah untuk mempraktikkan keimanan ideal ini dan bukan tidak tenggelam dalam formalitas kemunafikan serta beribadah dengan niat yang macam-macam. Oleh karena itulah kita perlu terus diingatkan dan punya kesadaran bahwa semakin meningkat iman akan semakin berat pula ujian yang sewaktu-waktu bisa menggelincirkan. Keyakinan akan kehendak atau takdir Allah sepenuhnya harusnya bisa kita kontraskan dengan kehendak kita sendiri yang penuh hawa nafsu ini. Alangkah indahnya jika niat kita betul-betul bersihkan semata-mata untuk mencari keridhaannya sehingga baik nikmat duniawi ataupun ganjaran di akhirat kelak nanti pun semata-mata kita serahkan pula pada kehendak-Nya. Karena itu kita jadi berbuat baik semata karena itu memang baik untuk dilakukan sesuai petunjuknya, bukan karena perbuatan baik itu punya tujuan mendapatkan hasil yang enak dan kita meyakini hasil pun kehendak kita yang menentukan. Hanya proses lah yang menjadi wilayah manusia untuk memilih melakukan amal baik atau buruk sedang hasilnya sepenuhnya ditentukan-Nya. Syurga pun pada akhirnya adalah akibat logis dari amal saleh tanpa perlu dijadikan motif karena urusan niat ini kita lekatkan semata untuk mendapatkan ridha-Nya. Sehingga ketika ada kejadian buruk yang menimpa di dunia ini pun kita bisa lapang dada menerima kehendak-Nya bahkan bisa mengerti logika ilahinya bersamaan dengan keyakinan akan konsekuensi logis bahwa bukan di dunia ini sajalah tujuan dan hasil dari beribadah atau perbuatan baik dan bahwasanya dunia ini adalah medan tempat kita diuji. Toh kita bisa melihat betapa banyak juga karunia yang kita dapat begitu saja dalam hidup ini tanpa direncana-rencanakan atau bahkan diingin-inginkan karena logikanya wilayah hasil adalah takdir ketuhanan. Nilai tabungan kita setelah hidup ini barulah bisa diukur dari hasil amal ikhlas yang kita perbuati. Semoga diri sendiri tidak saling terkelabui dengan amal-amalan bermotif duniawi. Do'a yang terpanjat pun tidaklah menjadi panggung kusut tumpang tindih keinginan hawa nafsu antar bermacam manusia dengan berbagai kontra kepentingannya, melainkan tempat untuk kita menyatakan pengakuan akan kelemahan diri dan keberserahan diri pada kekuatan kehendak-Nya.

https://www.kompasiana.com/wem/tujuan-dan-motif-serta-akibat-dari-amal-baik_5529932ef17e61c208d623ae

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!