Agama Jimat
me and mycock, hehe |
Sebetulnya (2) juga bukan ganjelan waktu, namun memang sengaja ingin menulis ketika lebih matang. Dengan referensi yang lebih banyak, pengalaman merasai hidup yang lebih lama, serta keyakinan yang lebih tangguh; tidak sekadar mood-moodan atau cuman lintasan fikiran, apalagi sikap reaksioner belaka atas permainan peristiwa politiking orang di sekitar kita . Salah satu referensi yang sedari dulu ingin kuperiksa dari ayat-ayat Qur'an, misalnya, juga belum sempat juga kulakukan hingga sekarang. (Ketahuan deh tidak hafal dalam kepala hehe). Namun tetapi Boy, Kisanak, klo mau tunggu sampoerna momentumnya, nantik keburu mati guwa tanpa sempat membuat maklumat ultimatum jujur kepada dunia, ahayy.
Okelah sambil jalan dan senggang begini kumulai torehkan cuap-cuap bebas ala blogger gembelisme gini, toh di sepanjang waktu yang ada nanti bisa ditambahkan atau direvisi. Menarik barusan tadi kubaca berita pernyataan Si Kancil Pilek Prof. Amien Rais Master of Politiking yang mengungkapkan kebahagiaannya terhadap gelombang angin puritan yang sedang melanda orang Indonesia (ingat, ia tokoh intelektual Muhammadiyah bahkan gembongnya) di tengah-tengah "musim" Arab-spring yang mengamuki negeri-negeri Timur-tengah sana. Menarik mengingat kosakata 'puritan' dan 'revisionis' ternyata bisa beroposisi sekaligus saling mensejajari, hahahaha. Mampus itu para ahli bahasawan-ortodoks goblog yang mengira objek studi bahasa itu "benda mati" yang harus dikekang perkembangannya dan kreatifitas penghidupan penggunaan dinamisnya di dunia nyata. Kadang Qu bingung, Badang Pembinasaan dan Pengkerutan Bahasa di Kemdikbud itu apa gunanya sih ya? Apa betul-betul ada peneliti yang kompeten disana, ataukah hanya diisi manusia-manusia bermental tukang ketik pembebek propaganda usang, karakteristik Pak Turut dan Buk Turut semua, xixixixixi.
Okeh, kapan waktu dilanjutin; kalau perlu lebih dari dua periode. Yah, satu postingan saja tidak cukup hanya dua periode, apalagi infrastruktur negara. Mungkin periodenya harus di-period-kan secara konsisten-kontinyu per bulanan saja. Tapi ya susah juga ya. Sebagaimana "temuan gila" para penulis Freakonomics itu, bahwa insentif adalah landasan perikehidupan modern ini. Sepanjang ada imbalannya orang akan punya visi dan mampu menciptakan 1000 akal daya kreasi jalan tikus baru untuk menggapainya. Lah kalok cumak cuap-cuap gratis di blog malahan bikin tambah mumet otak saja? Coba ini, satu kontradiksi atau paradoks lagi: konon dunia keuangan (yang legal) itu menuntut transparansi, karena reputasi atau kredibilitas itu penting; namun Alan Greenspan dalam buku biografi suksesornya Ben Bernanke (Gubernur The Fed/Bank Sentral U.S) menyatakan bahwa mengurai sistem moneter itu seperti menyibak kabut. Tapi sebetulnya saya sih sekarang sudah mengerti "mainan" ini semua, ya tapi ya terus mempelajarilah (Anda mau tahu [gratis]? Ok, kata kuncinya adalah citra atau pengaruh atau persepsi orang), sebagaimana Fadli Zonk di ILC TV One mengklaim bahwa orang politik itu transparan karena akan selalu dituntut tanggung jawab "transparan" kepada publiknya, hehehehe. Nggak usah mencaci maki politikus, karena Anda sendiri pasti main politik-mikro dalam keseharian dengan orang-orang di sekeliling Anda untuk survive. Wokehhh, kapan-kapan kita "main" wacana lagi ya sama Papa!
Komentar
Posting Komentar
silakan komen yaw mmmmmmuuuahhhhh