Jokowi Didukung Walikota Padang?
Hasil Pemilukada Kota Padang yang diikuti 10 pasangan
calon--terbanyak dalam sejarah pemilihan di Indonesia setahuku, tiga
pasangan dari partai dan 7 calon independen--telah berlalu
berbulan-bulan yang berlalu. Kandidat dari PKS Mahyeldi nyaris melewati
perolehan 30 % suara yang tadinya diklaim oleh tim mereka sukses
memenangi dalam satu putaran pemilihan ini. Namun hasil hitung manual
KPU berkata lain, hasilnya kurang sedikit lagi, membuat harus
dilangsungkannya putaran ke dua untuk vis a vis dengan pasangan PDIP
Desri-James. Ini juga fenomena mengagetkan karena PDIP tidak punya basis
sejarah cukup kuat di ranah minang islamis moderat ini. Jebloknya suara
pasangan PAN Michel-Januardi adalah sebuah analisis menarik tersendiri;
terlebih ia merupakan partainya walikota incumben. Pada sisi lain
konfigurasi seperti ini menunjukkan betapa KPU Kota Padang di bawah
kepemimpinan Alison Saja bersih dari intervensi. Terlebih wakil walikota
incumben Mahyedi Ansharullah cuma butuh memainkan angka 'seuprit' lagi
untuk otomatis jadi pemenang dan tidak perlu menghadapi perubahan
konfigurasi koalisi pada putaran pemilihan kedua. Dalam hal ini kita
juga bisa melihat tidak maunya PKS Kota Padang untuk main uang atau
akal-akalan lainnya untuk menggapai tujuan "baik" mereka dengan segala
cara. Di sisi lain lagi tentu saja ini menunjukkan profesionalitas
penyelenggaran pemilihan di Indonesia meski kita tahu bahwa orang-orang
muda independen di KPU tersebut--yang tidak jarang masih jauh dari
kemapanan taraf hidupnya--bukanlah siapa-siapa jika harus menghadapi
gempuran dari partai-partai yang jelas basis massa (kekuatan/kedudukan)
dan keuangannya. Beberapa hari lalu baru saja walikota dan wakilnya
berkemas meninggalkan rumah dinas dan menjelang walikota baru yang
defenitif didapatkan, tugas-tugas diambil alih pejabat sementara.
Persoalan pelaksanaan putaran kedua Pemilukada Kota Padang ini memang
sempat berlarut-larut terkait konsekuensi hukum dan penganggarannya.
Bersamaan dengan proses suksesi di kota ini yang sedang 'rempong',
tengah bergulir pula demonstrasi sebagian eksponen ranah minang untuk
menghantam walikota padang sebagai pihak yang paling berperan atas
investasi grup lippo yang dituduh bermuatan kristenisisasi. Pihak yang
anti investasi lippo ini tidak seragam juga--bahkan untuk eksponen
agamawan radikalis pun sedang terjadi perpecahan yang bahkan
mengorek-ngorek soal keuangan kegiatan mereka--terlebih karena Gubernur
Sumatera Barat dan Wakil Walikota Padang berasal dari PKS. Dalam demo
terakhir ke rumah dinasnya walikota bahkan sampai-sampai kata umpatan
anjing dikeluarkan di hadapan ribuan pengunjuk rasa di detik-detik
terakhir masa jabatannya oleh Walikota Padang yang mantan komandan
pasukan katak TNI-AL ini. Pemimpin daerah mana coba yang punya nyali
'segede' ini hehe. Emosi beliau meledak karena demonstran dianggap
disponsori oleh gubernur padahal menurut pihak gubernuran mereka terkena
demo juga. Sampai-sampai hal ini membuat mengemuka isu tentang makin
banyaknya kader PKS yang dijadikan tenaga honorer gubernuran atau makin
banyaknya PNS yang semakin mem-PKS. Bunglonisisasi ini sendiri
sebetulnya realitas yang wajar-wajar saja dalam sejarah kehidupan.
Menariknya kita bisa melihat repotnya politik dua kaki PKS terlebih foto
peresmian investasi lippo group yang bahkan menghadirkan "mufti" PKS
sedang menjadi kobaran api pula di kalangan "internal". Mantan walikota
yang di awal masa jabatannya sukses memberantas judi togel--yang penulis
yakini sebagai warga kota ini prestasi luar biasa untuk karakter
islamis KTP versi orang minang--hingga sepanjang 10 tahun masa
jabatannya lengket dengan program-program keislaman--seperti pesantren
ramadhan dan asmaulhusna--akhir-aklhir ini terlihat "perang terbuka"
dengan kalangan islamis (motor utamanya elemen radikal) ranah minang.
Islamis tradisional barangkali inilah sekarang "rumah" bagi beliau meski
pendukungnya tidak terdengar bersuara karena disibukkan urusan cari
uang. Yang paling mengagetkan akupun terjadi sehabis sholat jumat dua
hari lalu. Di Masjid Raya Ikur Koto untuk pertama kali aku mendengarkan
dukungan beliau kepada Desri Ayunda dari PDIP. Sebagai seorang
datuk/ninik mamak di nagari kami, beliau membawa Desri ke kampung
halamannya untuk dikenalkan ke masyarakat. Padahal Mahyeldi dari PKS
sudah lima tahun mendampinginya setelah sebelumnya 'mutusin' pasangan
lamanya ketika jadi "kuda hitam" 10 tahun silam. Sehabis ini kabarnya
mantan walikota ini akan mengadu peruntungan sebagai cawagub di
Kepulauan Riau kampung istrinya. Yang jelas ia akan kembali ke rumah
pribadinya di komplek angkatan laut di kelapa gading Jakarta. Bukan tak
mungkin persiapan lobi-lobi dengan elit-elit PDIP untuk konfigurasi peta
politik Pilpres 2014 yang tak lagi lama. Jokowi bertambah kekuatannya
di daerah yang bukan jawa dan islamis pula!
https://www.kompasiana.com/wem/jokowi-didukung-walikota-padang_54f84fbaa33311195f8b4c4a
https://www.kompasiana.com/wem/jokowi-didukung-walikota-padang_54f84fbaa33311195f8b4c4a
Komentar
Posting Komentar
silakan komen yaw mmmmmmuuuahhhhh