Ketika Rido Roma “Berlatih” di Apsas Sana
Ya, yang saya maksud adalah sebuah insiden
transfer pengetahuan yang “insidentil” nirlaba ngencani buta, bukan dari sebuah
proses normatif bisnis pembelajaran yang
tak perlu lari-lari kambing pulak—gayah bertuturnya penyair si Saut Situmorang
nih, rival kekiniannya Mbah Gm-Gm and
geng neo-liberal komunitas solehara (atau setidaknya terlihat begitu), yang
dijunjung pula oleh para pemujanya (mungkin dari kalangan neo-lekra) di grup
medsos Apsas sana—untuk menghindar atas stigma sebagai pelacuran intelektual
dari para pemilik jidat-jidal lebar yang ada tertempel price tag-nya itu bagi setiap sen ilmu yang hendak mereka
“sedekah”-kan. Tentu saja, sebagai sebuah entitas ekonomi itu sah-sah saja, halalun-thoyiban, sebagaimana pula Stalin menafsirkan lain manifesto
komunisme “sama rata, sama rasa” dari keotentikannya sebagai bahwa setiap orang
mendapat sama akan apa yang ia butuhkan namun setiap orang tidak memberi sama akan apa yang mereka
punya kemampuan; eh kebalik yaa hehehe.
Sekitar satu-dua minggu yang lewat—yaikk
kira-kira ajalah bung, tidak usah menuntut ke-presisi-an di dunia tebak-tebak
buah manggis begini—sebuah akun fesbuk abal-abal yang menamakan dirinya Bung
Rido Roma (selanjutnya untuk menghemat tenaga jemari men-tik disingkat sajalah
ke RR, bukan Rizal Ramli Si Rajawali Ngepret yaa) mendaftarkan dirinya
bergabung ke sebuah grup pecinta sastra bernama Apresiasi Sastra alias
diakronimkan ke Apsas saja. Rupanya ini bukan grup medsos abal-abal tempat
berkumpulnya para anak alay-alayan pecinta puisi cabe-cabean, novel
tere-liyean, dan drama bawang merah-putih, melainkan sebuah grup “seniman”
indie yang sudah karatan berlumut di dunia aktivis maya kesusastraan Indonesia.
Sepertinya sebagian atau mungkin sebagian besar alumnus portal Cybersastra nan
legendaris itu ikut hadir menghuni grup fesbuk yang anggotanya ribuan orang ini;
dan kemungkinan sastrawan semua ini, bukan cebong. Sontak saja ketika ia
mengkhutbahi seorang alkoholik Saut Situmorang dengan khotbahnya Romo Mangun
bahwa pada awal mulanya sastra itu adalah religius (pakai tahun terbit dan halaman buku lagi) segera menimbulkan
reaktif.
Walaupun dengan Saut yang tulisan-tulisan jlebnya
di situs bumiputra itu kerap mem-bully
filsuf Indonesia kontemporer Goenawan Mohammad dkk (entahlah ciyus atau akting
doank) ternyata RR tidak sempat terlalu jauh “bersitegang”. Tidak sempatlah sastrawan
senior Saut membongkar kejunioran RR dalam dunia wawasan sastra Indonesia
bahkan kesusastraan dunia. Belakangan RR malah jadi panjang berdebat dengan dua
orang lagi para senior mumpuni di grup sastrawan Apsas ini: Ahmad Y Erwin
(Y-nya ini apa agak lupa) dan Nurdin Asyahadi. Perdebatan RR dengan AYE dipicu pernyataan AYE mengenai uji linguistik
terhadap karya sastra, sedangkan dengan NA entah gimanalah awal mulanya dan
rasanya juga malas untuk memikirkannya. Referensi AYE dan NA yang bejibun
begitu di dunia ilmu pengetahuan lintas disiplin ilmu sepertinya tidak
menciutkan nyali RR untuk terus membantah
para seniornya itu. Untung saja kepala sukunya penyair SS (yang sudah terlanjur
ter-sebut) tidak turut menghajar pengetahuan minimalis RR karena RR terlanjur
men-skak-nya yang ceroboh mengungkap “ketakmampuannya” dalam membaca makna
sebuah baris-baris puisi yang sebetulnya sederhana saja. Terakhir RR panjang
berdebat dengan NA untuk menjajal sejauh mana pengetahuan se-upil-nya itu
sanggup bertahan dari meriam wawasan sastrawan filsuf senior yang hyper-duper-galak ini—walau padahal
belum tentu juga beliau benerrr yeahh. Kebetulan karakter NA ini suka
misuh-misuh dengan ungkapan-ungkapan yang sesarkas mungkin, entah eksyen atau
beneran kepribadian. Sepertinya akan makan waktu dan mencari banyak buku bagi
RR untuk bisa meladeni setiap kalimat senior NA yang ditujukan padanya. Padahal
bisa jadi RR hanyalah seorang driver gojek
yang sesekali ikut nimbrung dalam diskusi filsafat mengisi waktu senggang
sebelum muncul notifikasi untuk menjemput pelanggannya datang. Dan pada
akhirnya RR terlihat capek dalam berlatih menghadapi pukulan senior-seniornya
itu, lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka. Siapakah Bung RR akun
abal-abal ini sebenarnya?
Komentar
Posting Komentar
silakan komen yaw mmmmmmuuuahhhhh