So Long For Ya, The Skul Basa-Basi Yeay
“Í’m pretty tied-up.”
Saya akan mengerjakan sesuatu yang sangat
rumit, so also sophisticated,
sebuah invension, sementara-ini harus dikerjakan dalam swatu norma kemapanan
strukturiil sebuah sistem tertentu, yang dangkal-reduksionis takkunjung
merangkak pun kemana mana namun malah beristirahat di tempat selama berdekade
itu (banalitas akademik), ketika kampus menjadi organ industri yang business as usual untuk demi menghindarin
gejolak yang konsekuensinya akan loss profit,
sekolah menjadi produsen robot robot terdidik (terstandarisasi) seperti dipidatokan
secara menggelegar oleh Adinda Erica Goldson yang menampik politik-predikat cumlaude baginya itu, sementara objective saya (makhluk non-standar)
juga tidaklah seperti goal biasanya
(makhluk makhluk standar aja), jalan yang hendak saya tempuh-in ini in-konvensional,
tidak just follow the path tapi making a new line, malah maybe in a way that having no an end, sebuah
standar baru setting-high rata-kanan yang tidak akan terikuti
oleh robot robot terdidik lainnya yang memang takkompeten sudah dari
“spesifikasi sononya”, para medioker, mungkin
karena ini memang terlalu saking sulitnya atau memang tak ada penyelesaiannya
sama sekali dalam batas capaian pengetahuan manusiawi zaman now, atau malah saya sendiri belum punya
kapasitas untuk meneruka-i-nya,
sekedar terobsesi oleh kilauan asumsi awal, didesak oleh kejenuhan akan mode
mode konsesusisusisusial, konpensional gitu,
ortodoks-tradisional-seremonial-habitual-mekanikal-epigonik-looping, sehingga karna saking beratnya
medan satu ini orang yang akan men-supervisi saya malah—patut diduga akan—lebih
lemah pengetahuannya khusus dalam “hal spesifik” ini tuh dibanding saya sendiri
yang akan di-supervisinya, padahal iya orang yang kadung ber-prestise secara
norma komunitas karir, plus moralitas pribadinya tidak toleran untuk membiarkan
gengsinya tercoreng “disalip” orang yang mestinya dibimbing olehnya si ini, ini
adalah pekerjaan membenturkan kepala ke tembok berton alias mustahil,
destruktif, menghancuran, ia vairus di dalam systim, terlebih sebuah sistem
yang miskin pelumas dan tanpa nilai kelenturan, belum lagi tim assesor
nantinya, ketika orang yang akan menguji kita adalah orang yang terlebih tidak
berpengetahuan dari kita dalam hal “tertentu” itu,itu masih masuk akal karena
jenis pengujian dalam sebuah proses panjang (dan berjenjang) ini akan bermacam,
anggap saja bagian dari alur-acsendasi: tahapan demi tahapan, tetapi ketika
penguji tersebut sekaligus menjadi penilai-final kompetensi kita yang (kita) dalam
suatu hal spesifik tertentu tersebut lebih punya kapabilitas dari diri mereka, ini sudah hal tidak logis, tidak
ada penyelesaian persamaannya, neraca menjadi tidak dalam kesetimbangan, ini
mengacaukan sistem dan struktur, ini akan menimbulkan chaos dan kehancuran semua tatanan tata nilai yang belum tentu akan
bisa di-rebuild bangun-ulang-kembali, untuk menghindari hal musykil seperti ini terjadi bisa diakali
dengan pihak yang di-supervisi harap menurunkan kapasitasnya ke leveling di
bawah pihak yang men-supervisi dan meng-asesmeni, being correct politically, “mengosongkan gelas” terlebih dulu,
sehingga proses yang mesti match to meta-struktur
ini bisa smooth untuk terus
dikontinyukan kembali, sehingga menghindar dari peluang gesekan dan kementalan,
inilah jalan keluar puitis, politis, konformitas, to fit, win win solution, every one happy, kopi kopi kopi... saya
sudah pernah melakukan itu, “mantab” memang untuk tujuan tujuan praktis, tapi
bagi pandangan hidup saya pribadi ini hanya akan menjadi kesia-siaan karena
saya tidak menjadikan hal hal pragmatis seperti tersebut sebagai pencapaian,
saya punya pandangan hidup yang keluar dari kotak strukturisasi yang sudah
punya tingkat stabilitas positivistik tertentu begini, terus bekerja dalam
tempurung gading merasa takretak ini hasilnya bagi visi hidup saya terbukti
empiris sudah semata un-signifikan, pion pion tak berguna dalam sebaran normal
dunia silat dan percaturan, saya sudah mendapat pelajaran, saya sudah pernah
melakukan, saya tidak akan membuang buwang umur kembali untuk mengulang-ulang(i)nya
lagi, lagi, karena rasa rasanya masih banyak lah the new error need to commit
yang according to myvision du mounde,
daripada kelak sudah tahu bakal getting
stuck lebih baik sejak-sedari dini-hari kupindah trek saja mencoba lapak
yang lain lagi, lagi, bumi ini bulat tapi dunia ini datar “kawan”, kami
memutuskan untuk enyah dari berkubang di situ situ aja lagi lagi, dan lagi,
meski konsekuensinya akan nge-ekplorasi ke arah arah yang sudah tak jelas lagi border dan bonding-nya dimana dan apakah ada!
“And
ya can tell me, be back to being lonely-right one.”
-Locomotive by Guns N Roses, Use Your
Illusion Album (1990)-
Komentar
Posting Komentar
silakan komen yaw mmmmmmuuuahhhhh