"Membobol" OS XPe-nya Mini-PC eks-Server Bank HP Compact T5000 Series

mini pc hp t5720
Selamat pagi dunya materialistik, para determinator pejihad harta-kedudukan, seolah-olah bisa bermanfaat untuk biaya menyogok kelak biar bisa ngadem di alam kubur nanti, terus m-booking kavling syurga dengan pelayan para bidadari bugil yang super-mbohaynya selevel artis JAV Makyabi. Para kaum hipokrit-manipulatif, yang ntah inisiator ataukah hanya ikut-ikutan tren kemana arah angin hegemonik berhembus tak menyisakan tempat sejengkal pun bagi arus lain. Tenang ajah. Walau doyan mengolok-olok siasat politiking kaum kalian, tapi aq juga beradaptasi dan mensesuaikan diri toh untuk survive di “surga” duniawi yang kelen kejar-kejer ini. Yaaa, anggap game aja, simulasi. Kebetulan ikut-ikutan terlempar menonton permainan adu siasat topeng hipokrates yang kelen sebetulnya juga tidak mengerti ini. Tak usah pikir-pikir, langsung saja bertindak. That's how this works, man. The one with the gun gets to tell the truth. Problem is, you don't know shit (Blue Ruin, 2014). Para kaum sumum bukmum umyum fahum laa yarji’un. Apah boleh bautt, that’s the way it is, isn’t it? Kami hanya mengikuti naluri primitif saja: cari nikmat, cari senang. So fuckin naturally!

Kalee ini aq mo ikut-ikutan mosting blogging dengan topik dunya simulasi neyy. Beberapa waktu silam aq membeli sebuah mini-PC branded-nya Hewlett Packard dari salah satu seller di website Olx. Barang bekas dan jadul dengan procie masih pentium III frekuensi 800 MHz, ram 512 MB, dan ini tahh: hardisk-flash juga cuman 512 MB cuyy! Dan di "ruang" super-duper-tiny-size inilah OS-nya mesti dimampatkan kalok tidak make OS eksternal. Katanya, mini-PC ini eks pemakaian kantor/bank bekas "anggota" dari sebuah jaringan server. Mungkin karena barang ini merk branded dari koorporat bangsat besar seperti HP tersebut—tapi konon kini produksinya juga di-outsource ke Chinese (coba aja tengok “stempelnya” yang made in Cina)—makanya barang produksi 10 tahun yang lampau ini (zaman old kwetika belum ada olx) ia masih awet nyala sampai sekarang; dan masih bisa mereka jual-jualin bersaing dengan produksi yang lebih kekinian.

Seller yang menjual barang ini di Padang adalah anak komplek kompi senapan (akuannya dia) di Siteba sana. Dia sampai bela-belain ngantar barang ini pake mobil segala ke rumahku di Lubuk Minturun ini. Padahal cumak dijual 250 ribuen—mangkanya aq beli, sekedar penasaran hehe. Ongkos bensinnya dia aja udah berapa, padahal belum tentu juga aq beli, udah kubilang pengen lihat-lihat dulu (bikin bete pramuniaga mol gw hehe). Kadang mengagumkan juga totalitas orang-orang trading ini, seolah-olah mereka siap rugi dan “main” tanpa kalkulasi. Padahal mungkin udah punya "celah"-nya yang tidak kita mengerti hitung-hitungannya bagaimana mereka untuk tetap bisa profit dari modal sehingga tetap punya penghasilan untuk menyambung hidup (no data, no analisa). Salah satu "investasi/judi" paling fenomenal kekinian tentu saja bagaimana Nadiem Makarim “membakar” uang lewat apps GoJeknya yang bisa berkompetisi “menyingkirkan” ojek konvensional (bahkan usaha kelas atas seperti Taxi) dengan memberi harga yang bisa-bisanya lebih murah. Atau lihatlah bagaimana operator seluler Mbak Sulastri yang pemegang sahamnya gambler dari Hongkong itu sanggup memberi harga superrr murah bagi kuota data internet yang mereka jual—bayangkan telkomprett dengan pulsa 50 ribu hanya kebeli 1 giga, dia dgn harga segitu bisa ngasih 50 giga bokkkk—sampai-sampai CEO Indosat yang sudah berpengalaman di industri telekomunikasi itu Alexander Rusli harus mundur dari gelanggang. Dan kita semua tahu XL juga ndak pernah sanggup ngasih promo sekuat Tri-hongkong ini. Papa Alexander terakhir kudengar meyakinkan bahwa tak lama lagi konsolidasi harga (baca: kongkalingkong) antar operator akan terjadi supaya bisnis tidak kolaps karena ngerugi terus-terusan sampai modal habis (adu ketahanan terhadap luka, siapa yang modalnya paling kuat). Padahal kukira promo banting harga Tri akan keganjel oleh kebijakan baru registrasi prabayar oleh pemerintah yang konsekuensinya mempersulit penjualan kartu baru (promo) walau ada demo asosiasi pedagang kartu yg membuat tarik menarik kepentingan politik-bisnis ini semakin menarik saja untuk disimak pembelajaran politiknya.

Okehhh, tuh kan jadi ngelantur guwah, namanya juga menulis seenak udel dan anti-struktur, anti mainstream hehe. Kembali ke si mini-PC, ternyata oh ternyata produk yang dijual orang Siteba ini menganut OS Windows XP Embedded yang bisa “muat” di “hardisk” kecil karena banyak pengurangan dari versi XP yang utuh. XP-full butuh hardisk lebih dari segiga untuk OS-nya aja. Aq belum mencoba win 98 ke bawah atau linux size kecil apa bisa muat di disk 512 MB ini. Nah, ternyata untuk masuk ke sistem XPe ini butuh akun username dan password segala. Nah, ternyata si penjual Olx ini juga gak tau pass-nya. Pantes aja pas gw mau masuk login dia purak-purak nelpon segala; mungkin berharap gw orang yang jago ngoprek jaringan kompi dan ia bisa nimba ilmu gratis biar jualannya yang lain bisa laku hehehe. Singkat cerita aq akhirnya beli juga mini-PC ini dengan harga dikurangi jadi 200 ribu yang katanya si seller itu anggap sebagai ganti ongkos bensinnya dia aja. Aku tetap beli karena penasaran (dan perlu juga) dengan pertimbangan nanti kuganti OS-nya ke yang mampu di disk kecil (taklim dulu ke Syaikh Google, hehe). Belakangan setelah googling sana-sini, sebelum mencoba cara yang lebih rumit, aq ketemu cara masuknya yakni username dan pass adalah "Administrator" (tanpa tanda kutip dan A-nya kapital). Ternyata ini akun default saja; dan kayaknya yang dagang juga bukan orang ngerti PC makanya ia juga ndak tahu hehehe.

Kulihat-lihat di Google sepertinya ini barang dari Jakarta juga atau tempat lain, bukan ia beli dari bekas pakai kantor di Padang ini. Meski mungkin dengan spek sedikit beda (aq tdk ingat persis) yang jual di Kaskus kulihat ngasih harga 175 ribu. Jadi si Abang seller Olx kita dari Siteba ini masih untung dikit lah di luar ongkos kirim dan andai adaptornya udah include hehe. Mini PC HP Compact T5000 series ini bukanlah jenis produk yang mudah ditemukan di Google artikel tentangnya. Maka itulah kuposting jadi bahan blog kali ini. Barangkali saja ada ummat dunmay sekalian yang kebetulan membeli barang yang sama dan kecewa karena “dicegat” untuk masuk. Bahkan dari sumber-sumber berbahasa Inggris pun juga tidak akan mudah bagi Anda dapat review produknya. Dari situs resminya pun, meski ini brand ternama, tapi mungkin karen produk sudah sangat lama juga, juga sepertinya tipe seperti ini jenis penjualan khusus atau pesanan grosiran untuk perusahaan besar, sudah tidak ada support driver-nya segala macam. Jadi kalok Anda, juga saya ganti OS, siap-siap aja dengan kemungkinan rempong atau tak ada solusi sama sekali.

Si gw walau sudah punya PC yang biasa dipakai untuk aktifitas digital (serta “segudang” PC dan laptop yang tengah rusak) tetap membeli mini-PC ini karena ingin memanfaatkan koleksi LCD bekas warnet gw dulu (yang CPU-nya dalam keadaan rusak disana-sini). Di tengah tarif listrik yang bisa-bisanya diakalin Jokowi jadi mahal diam-diam seperti sekarang ini, gw punya rumah lama yang masih bervoltase 450 watt yang sekarang cuman bayar sekitar 11 ribuan per bulan. Sementara rumahku yang bervoltase 900 non-subsidi ini 100 ribu juga gak nyampe sebulan habisnya sekarang. Menariknya, mini-PC ini “kuat” di rumah lamaku, karena pakai adaptor kecil sehingga nariknya pertama ndak terlalu kenceng. Jangankan CPU, adaptor netbook saja bikin nge-jepret listrik disana. Kini aq punya alternatif PC selain yang di rumah baru bervoltase-ampere 900 ini. Karena ini rumah kosong, ia bisa kupakai buat nonton film dengan suara yang menggelegar (ditambahin sound system ber-bass gede), cihuyyy. Cuma ada satu kendala dikit terkait “status” si PC-mungilku ini. Karena spek yang rendah ia tidak sanggup “memainkan” file multimedia berat seperti mkv atau mp4 yang size-nya melebihi 500 megabyte-an. Lebih dari 400 aja dia udah ngos-ngosan. Mungkin ini pengaruh memori VGA-nya yang dialokasikan kecil, bukan kekuatan prosesornya. Jadinya ia hanya kupakai buat file-file mp4 yang resolusi kecil atau file 3gp baru lancar jaya. Mungkinkah klo kuganti OS-nya akan bisakah “memainkan” yang lebih heavy? Tapi rempong juga harus “riset” dulu di Universitas Google, terus trial n’ error seperti Thomas Alfa Edison hingga 1000 kali percobaan. Beginilah nasib pembelajar otodidak. Kadang memang perlu juga jadi manusia yang berpikir praktis-pragmatis yakni menyelesaikan masalah dengan jurus PAKAI-bayar! Yakkk, modal agak 4 jutaan rupiah buat beli netbook hybrid berdaya listrik kecil, tidak membuang-buang waktu mempelajari hal-hal lain, dan fokus pada apa yang kita merasa berbakat untuk menjadi seorang master. Oh tuhan, betulkah bisa menyogok untuk masuk syurga dengan jurus PAKAI-bayar? Biar gw bisa memfokuskan diri menjadi orang yang master dalam hal per-uang-uang-an sajalah, dapet dunia-akhirat sekaligus hehehe.

Dan kemudian, setidaknya mini-kompi ini masih bisa dipakai nge-winamp musik-musik housemix yang nge-beat (anak dugem rumahan ceritanya neh) serta setidaknya untuk tempat ketak-ketik di notepad saja juga. Melatih diri untuk menjadi penulis jempolan yang punya ciri-khas di tengah gelembung pasar penerbitan tulisan yang “biasa-biasa saja”, overrated, bahkan jelek-jelek tapi di-publish juga karena punya koneksi bisnis/politik (bekingan) dan ini yang lebih gawat: ada pangsa pasarnya! Xixixixixi. Lho, koq dari tulisan topik teknologi gw jadi menyimpang lagi nih curhat masalah dekualitasi terbitan “sastra” gara-gara selera konsumen industri pop? Menurut gw ini bottle-neck bagi kampanye literasi. Kalo tulisan pop untuk membasmi buta huruf masyarakat oke lah, tapi masalahnya kan sekarang buta pemahaman. Orang-orang bernalar pas-pasan. “Any fool can know, the poin is to understand,” kata Syaikh Einstein. Apalagi sasaran pembeli bahan bacaan juga generasi terdidik. Terjadilah deintelektualitas; orangnya “pintar-pintar” (secara teknis, namun miskin wawasan lintas pengetahuan) tapi percaya bahwa matahari mengelilingi bumi atau dogmatik bahwa bumi ini ceper terhamparkan hihihi. Para robot-robot pintar, ahli disuruh-suruh, apa boleh buat demi cari makan. Wokehh, ini topik lain lah dan sekian saja artikel dengan judul “agak menipuku” ini, yang seolah-olah ia jagoan dalam menembus jaringan komputer begini, hasekkk. Maklumlah, sayah sedang belajar nih untuk menjadi orang yang pintar-pintar!

Kyle: Without my pension money, I can't even pay rent this month.
Joe: We'll get a lawyer and sue the piss out of them.
Kyle: Shit. We'd be dead by the time the settlement comes in.
Chuck: Which would suit them just fine.
Joe: When did coffee go to two dollars?
Kyle: A decade ago.

(Going in Style, 2017)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSEDUR PENERBITAN BUKU

Dari Badaceh, Hingga ke Jimek

LAGU NGETOP JULI 1998 - OKTOBER 2000, MY DIARY: THE MEMORY REMAINS!